Laporkan Masalah

Ngasak: Mekanisme Pertahanan Orang Kecil (Wong Cilik) Terhadap Marginalisasi Petani di Pandansari, Brebes, Jawa Tengah

RIMAYANTI NUR UTAMI, Dr. Agung Wicaksono, S.Ant, M. A.

2024 | Skripsi | ANTROPOLOGI BUDAYA

Dataran tinggi di Jawa, mengalami perubahan agroekosistem yang cepat seiring dengan masuknya kentang. Di Pandansari, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, kentang berkontribusi signifikan dalam mengubah kondisi ekonomi sebagian penduduk desa. Kentang dalam hal ini merupakan komoditas pengganti jagung dan tembakau. Meski harganya cenderung naik turun atau volatile, namun kentang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Tidak bisa dipungkiri, kehadiran kentang menghasilkan beragam kemakmuran yang bisa dilihat dengan secara langsung. Dimulai dari banyaknya bangunan rumah beton yang sebagian berlantai dua, kepemilikan mobil dan motor, serta gaya hidup yang modern berbasis pasar. Kehadiran kentang juga menghadirkan beragam mode produksi baru yang berpusat pada kapital. Dalam tanaman kentang yang begitu intensif, tenaga kerja yang diperlukan pun semakin massif. Dengan demikian, kentang sebagai tanaman komersial tidak hanya membawa kemakmuran bagi para pembudidaya kentang yang notabene adalah petani kaya, namun juga membuka peluang kerja bagi penduduk desa. Meski demikian, penulis mengamati bahwa praktik mengambil sisa-sisa panen (Ngasak), terutama yang dijalankan oleh perempuan, masih terus berlangsung. Pengamatan penulis selama riset ini akhirnya membawa pada pertanyaan, jika masyarakat telah makmur, mengapa para perempuan di Pandansari masih menjalankan praktik Ngasak yang merupakan bagian dari pranata sosial lama ketika masyarakat masih belum makmur? Kemudian, bagaimana para perempuan mempertahankan praktik Ngasak ini? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, studi ini dilakukan di dusun Taman, Pandansari, Paguyangan, Brebes, Jawa Tengah, selama kurang lebih tiga puluh hari. Selama masa tersebut, peneliti tinggal di masyarakat, melakukan observasi, partisipasi, serta beragam wawancara.

The Javanese highlands experienced rapid agroecosystem change with the introduction of potatoes. In Pandansari, Paguyangan, Brebes, Central Java, potatoes have contributed significantly to changing the economic conditions of some village residents. In this case, potatoes are a substitute commodity for corn and tobacco. Even though prices tend to fluctuate, potatoes have high economic value. It cannot be denied that the presence of potatoes produces various welfare that can be seen directly. Starting from a large number of two-story concrete houses, car and motorbike ownership, as well as a modern market-based lifestyle. The presence of potatoes also introduced various new production methods that were centered on capital. In intensive potato cultivation, the labor required is greater. Thus, potatoes as a commercial crop not only bring prosperity to potato cultivators who are rich farmers but also open up employment opportunities for village residents. However, the author observes that the practice of collecting harvest residues (Ngasak), especially carried out by women, continues. The author's observations during this research ultimately raise the question, if society is prosperous, why do women in Pandansari still practice Ngasak which is part of the old social institutions even though society is still not prosperous? So, how do women maintain this Ngasak practice? To answer this question, this research was conducted in Taman Hamlet, Pandansari, Paguyangan, Brebes, Central Java, for approximately thirty days. During this period, researchers lived in the community, conducting observations, participation, and various interviews.

Kata Kunci : Pertanian, Ngasak, Petani Kentang, Pertahanan, Kemakmuran / Agriculture, Ngasak, Potato Farmers, Defense, Prosperity

  1. S1-2024-459932-abstract.pdf  
  2. S1-2024-459932-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-459932-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-459932-title.pdf