Pesan-Pesan Kearifan Ekologis dalam Pantang Larang di Kalurahan Ngestirejo, Kapanewon Tanjungsari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta: Kajian Ekokritik Sastra
ARDINA PUTRI SEKAR KINASIH, Dr. Novi Siti Kussuji Indrastuti, M.Hum.
2024 | Skripsi | S1 SASTRA INDONESIA
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pesan-pesan kearifan ekologis pantang larang pada cerita lisan di Kalurahan Ngestirejo. Sastra lisan memegang peranan penting dalam kebudayaan manusia. Sastra lisan yang mengandung nilai-nilai kearifan lokal yang bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Sastra lisan merupakan salah satu perwujudan ekspresi dari kearifan lokal masyarakatnya, termasuk pantang larang. Untuk mengungkap hal tersebut digunakan teori ekokritik sastra dengan menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data sastra lisan dilakukan dengan studi lapangan secara langsung di Kalurahan Ngestirejo, Kabupaten Gunungkidul dengan teknik observasi, wawancara, pencatatan, perekaman, dokumentasi, dan studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) terdapat berbagai jenis pantang larang yang masih dilestarikan oleh masyarakat di Kalurahan Ngestirejo, seperti larangan menebang pohon, larangan mandi di sendang, larangan menurunkan alat berat ke telaga, larangan berburu hewan, larangan membakar hutan, dan larangan melakukan aktivitas penambangan di gua. Pantang larang dalam cerita lisan di Kalurahan Ngestirejo terbukti menjadi strategi yang efektif untuk mengatur perilaku manusia, khususnya perilaku terhadap alam. 2) Terdapat pesan-pesan kearifan ekologis yang terkandung dalam pantang yang diproduksi melalui cerita lisan di Kalurahan Ngestirejo yang bermuara pada pelestarian lingkungan, yaitu a) menjaga kelestarian pohon, b) menjaga kelestarian sumber daya air, c) menjaga kelestarian satwa langka, d) menjaga kelestarian kawasan karst. Seluruh pesan-pesan kearifan ekologis yang terkandung dalam pantang larang pada cerita lisan Ngestirejo dapat digunakan sebagai instrumen untuk meningkatkan kesadaran menjaga lingkungan alam pada masyarakat Ngestirejo sehingga bencana krisis lingkungan yang mengancam kehidupan manusia dapat teratasi dari akar permasalahannya yaitu, perilaku dan sikap manusia terhadap alam.
This research aims to discover messages of ecological wisdom within the taboos in oral stories in Kalurahan Ngestirejo. Oral literature plays a crucial role in human culture. Oral literature containing local wisdom values that are beneficial to community life. Oral literature is one manifestation of the expression of the local community's wisdom, including taboos. To uncover this, the literary ecocriticism theory is utilized using a qualitative method. Data collection of oral literature is conducted through direct field studies in Kalurahan Ngestirejo, Gunungkidul Regency, using observation, interviews, note-taking, recording, documentation, and literature review techniques.
The research results indicate that 1) there are various types of taboos that are still maintained by the people of Ngestirejo District, such as the prohibition on cutting down trees, the prohibition on bathing in springs, the prohibition on lowering heavy equipment into lakes, the prohibition on hunting animals, the prohibition on burning forests, and the prohibition on carrying out mining activities in caves. Taboos and taboos in oral stories in Ngestirejo Village have proven to be an effective strategy for regulating human behavior, especially behavior towards nature. 2) There are messages of ecological wisdom contained within the taboos produced through oral stories in Kalurahan Ngestirejo that focus on environmental preservation, namely a) preserving trees, b) preserving water resources, c) preserving rare wildlife, d) maintain the sustainability of karst areas. All messages of ecological wisdom contained within the taboos in Ngestirejo's oral stories can be used as instruments to increase awareness of environmental conservation among the Ngestirejo community so that environmental crisis disasters threatening human life can be addressed from their root causes, namely human behavior and attitudes towards nature.
Kata Kunci : kearifan ekologis, pantang larang, cerita lisan, Ngestirejo, ekokritik sastra.