Analisis Biaya Medis Langsung Penggunaan H2RA dan PPI pada Pasien Gangguan Gastrointestinal Instalasi Rawat Jalan RSA UGM
DIANDRA AFISYA PUTRI, Prof. Dr. apt. Agung Endro N., S, Si., M.Si
2024 | Skripsi | FARMASI
Gangguan gastrointestinal di Indonesia memiliki prevalensi yang cukup tinggi dengan tingkat kematian oleh tukak peptik sebanyak 1,22 setiap 100.000 individu. Dalam penatalaksanaan gangguan gastrointestinal, obat yang banyak diresepkan adalah obat golongan H2RA dan PPI. Dengan jumlah penderita yang cukup tinggi dan tingkat keparahan yang bervariasi, penatalaksanaan gangguan gastrointestinal membutuhkan biaya yang terbilang tidak sedikit. Analisis biaya bertujuan agar rumah sakit dapat memberikan pelayanan yang efektif dari segi klinis dan efisien dari segi ekonomi serta rumah sakit dapat memanfaatkan secara maksimal sumber daya yang tersedia.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional retrospektif dengan sudut pandang rumah sakit sebagai penyedia layanan. Pengambilan data dilakukan menggunakan metode purposive sampling. Subjek penelitian adalah pasien rawat jalan RSA UGM berusia lebih dari 18 tahun yang terdiagnosis gangguan gastrointestinal serta mendapatkan terapi dengan obat golongan H2RA atau PPI. Data dari sampel yang sesuai dengan kriteria inklusi serta eksklusi dianalisis dengan metode Kruskal Wallis dan Mann Whitney U untuk mengetahui perbedaan bermakna setiap karakteristik.
Data penelitian adalah 117 pasien yang didiagnosis gangguan saluran pencernaan meliputi dispepsia, GERD, tukak peptik, dan melaena. Rata-rata biaya medis langsung penggunaan H2RA sebesar Rp310.981,89 ± 171.019, kombinasi H2RA dan PPI Rp275.866,65 ± 111.354, serta golongan PPI sebesar Rp272.317,15 ± 213.156. Selain itu, faktor sumber pembiayaan pasien berpengaruh signifikan terhadap peningkatan biaya medis langsung yang dibuktikan dengan hasil analisis statistika P = 0,000.
Gastrointestinal disorders in Indonesia have a high
prevalence with a peptic ulcer mortality rate of 1.22 per 100,000 population.
In the management of gastrointestinal disorders, the most commonly prescribed
drugs are H2RAs and PPIs. With a high number of patients and varying severity,
the management of gastrointestinal disorders requires a lot of money. Cost
analysis aims to ensure that hospitals can provide services that are clinically
effective and economically efficient and that hospitals can make maximum use of
available resources.
This study is a quantitative study with a
retrospective cross-sectional approach from the perspective of the hospital as
a service provider. Data were collected using purposive sampling method. The
study subjects were outpatients of RSA UGM aged more than 18 years who were
diagnosed with gastrointestinal disorders and received therapy with H2RA or PPI
class drugs. Data from samples that fit the inclusion and exclusion criteria
were analyzed using the Kruskal Wallis and Mann Whitney U method for
significant differences in each characteristic.
There
were 117 patients diagnosed with gastrointestinal disorders including dyspepsia,
GERD, peptic ulcer, and melaena. The average direct medical cost of using H2RA
was IDR Rp310.981,89 ± 171.019, combination of H2RA and PPI IDR 275.866,65 ±
111.354, and PPI was IDR 272.317,15 ± 213.156. In addition, funding source is
affecting total direct medical cost significantly indicated by P = 0,000.
Kata Kunci : gangguan gastrointestinal, H2RA, PPI, biaya medis langsung