Laporkan Masalah

Tanggapan Pertumbuhan dan Hasil Benih Bawang Merah (Allium cepa L. Kelompok Aggregatum) Terhadap Pengaturan Dosis Pupuk dan Jarak Tanam

Maulana Malik Ibrahim, Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.; Valentina Dwi Suci Handayani, S.P., M.Sc., Ph.D.

2024 | Skripsi | AGRONOMI

Bawang merah merupakan komoditas hortikultura dengan permintaan dan nilai ekonomi tinggi. Budidaya bawang merah masih mengalami kendala, salah satunya penggunaan benih dari produksi konsumsi bukan dari produksi khusus untuk benih. Penggunaan dosis yang tepat dapat menghasilkan benih umbi bermutu, selain itu pengaturan jarak tanam yang tepat dapat meningkatkan hasil benih umbi per satuan luas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pupuk, jarak tanam, dan kombinasi terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil benih bawang merah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2023 di lahan pertanian bawang merah yang berlokasi di Sono, Parangtritis, Kretek, Bantul, D.I. Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan Split Plot dengan empat kombinasi perlakuan dengan empat blok sebagai ulangan. Setiap plot memiliki ukuran 2,5 m x 1 m dengan varietas bawang merah Crok Kuning. Petak utama penelitian adalah dosis pupuk yaitu dosis pupuk petani (N 91,67 kg/ha, P 108,33 kg/ha, K 25 kg/ha) dan dosis 2/3 pupuk petani (N 61,1 kg/ha, P 72,22 kg/ha, K 16,66 kg/ha). Anak petak penelitian adalah jarak tanam yaitu 15 cm x 20 cm dan 20 cm x 20 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dosis 2/3 pupuk petani menghasilkan pertumbuhan tanaman dan hasil benih bawang merah yang sama baiknya dengan dosis pupuk petani. Penggunaan jarak tanam 15 cm x 20 cm juga mampu menghasilkan pertumbuhan tanaman yang sama baiknya dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm dengan jumlah benih umbi yang dihasilkan lebih banyak. Dengan demikian, dosis 2/3 pupuk petani (N 61,1 kg/ha, P 72,22 kg/ha, K 16,66 kg/ha) maupun jarak tanam 15 cm x 20 cm dapat memberikan pertumbuhan dan hasil benih umbi bawang merah terbaik secara independen tanpa ada interaksi antara keduanya.

Shallot are a horticultural commodity with high demand and economic value. Shallot cultivation still faces challenges, one of which is the use of seeds from consumption production rather than specifically for seed production. Appropriate fertilizer dosage can result in high-quality bulb seeds, and proper plant spacing can increase the yield of bulb seeds per unit area. This research aimed to determine the best combination of fertilizer dosage and plant spacing for the growth and yield of shallot seeds. This study was conducted from June to August 2023 in a shallot farming area located in Sono, Parangtritis, Kretek, Bantul, D.I. Yogyakarta. The research was conducted using a Split Plot design with two treatment combinations and four blocks as replications. Each plot had a size of 2.5 m x 1 m, using the Crok Kuning shallot variety. The main plot of this study was fertilizer dosage, namely farmer’s fertilizer dosage (N 91.67 kg/ha, P 108.33 kg/ha, K 25 kg/ha) and 2/3 of the farmer’s fertilizer dosage (N 61.1 kg/ha, P 72.22 kg/ha, K 16.66 kg/ha). The sub-plot was plant spacing, namely 15 cm x 20 cm and 20 cm x 20 cm. The result of this study showed little to no difference in plant growth and yields of shallot seeds between farmer’s dosage and 2/3 of farmer’s dosage. The effect of plant spacing 15 cm x 20 cm also showed little to no difference in plant growth as using 20 cm x 20 cm spacing, but with a higher yield of shallot bulbs produced. Thus, 2/3 farmer's fertilizer dosage (N 61,1 kg/ha, P 72,22 kg/ha, K 16,66 kg/ha) and 15 cm x 20 cm plant spacing could provide the best growth and yield of shallot bulb seeds independently, with no interaction between the two.

Kata Kunci : bawang merah; crok kuning; kerapatan; kualitas umbi; unsur hara; produktivitas.

  1. S1-2024-445747-abstract.pdf  
  2. S1-2024-445747-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-445747-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-445747-title.pdf