Analisis Radioaktivitas dan Potensi Bahaya Radiologis pada Bottom Ash di Penyimpanan Limbah PLTU Paiton
Muhammad Rais Zaky Mughni, Ir. Anung Muharini, M.T., IPM.; Ir. Gede Sutresna Wijaya, M.Eng.
2024 | Skripsi | TEKNIK NUKLIR
Indonesia masih menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai salah satu sumber energi listrik, dengan bahan bakar batu bara sebagai salah satu bahan bakar utama. Batu bara secara alami mengandung radionuklida seperti 40K, 232Th, dan 226Ra beserta anak luruhnya. Penggunaan batu bara dalam PLTU dapat meningkatkan konsentrasi radionuklida yang diakibatkan oleh aktivitas teknologi manusia. Batubara yang telah digunakan akan menghasilkan limbah seperti bottom ash dan disimpan di penyimpanan limbah. Peningkatan konsentrasi ini akan meningkatkan radioaktivitas dan diterima oleh makhluk hidup yang ada di area tersebut, termasuk pekerja yang berada di area penyimpanan limbah.
Spektrometri gamma digunakan untuk metode analisis radioaktivitas sampel, kemudian ditentukan nilai potensi bahaya radiologis dengan perangkat lunak RESRAD-ONSITE. Perangkat lunak ini memodelkan radiasi yang diterima melalui jalur yang telah ditentukan untuk memperkirakan laju dosis efektif tahunan dan potensi kanker yang diterima oleh pekerja di area limbah PLTU.
Hasil penelitian menunjukkan radioaktivitas yang terukur pada sampel sebesar 132,401 Bq/kg, 14,8426 Bq/kg, dan 22,0585 Bq/kg untuk 40K, 232Th, dan 226Ra. Terukur parameter bahaya radiologis berupa Raeq, Hin, dan Hex sebesar 53,4468 Bq/kg, 02040, dan 0,1444. Dari parameter tersebut, nilai laju dosis tahunan dan potensi kanker yang diterima oleh pekerja adalah 0,076 mSv/tahun dan 2,93×10^(-4). Hasil tersebut berada di bawah batas yang direkomendasikan, kecuali nilai potensi kanker yang sedikit lebih besar dari yang terukur oleh UNSCEAR.
Indonesia still uses Steam Power Plants (PLTU) as a source of electrical energy, with coal as one of the main fuels. Coal naturally contains radionuclides such as 40K, 232Th, and 226Ra and their decay products. The use of coal in PLTUs can increase radionuclide concentrations caused by human technological activities. Coal that has been used will produce waste such as bottom ash and is stored in waste storage. This increase in concentration will increase radioactivity and be received by living creatures in the area, including workers in the waste storage area.
Gamma spectrometry was used for the sample analysis method and sample radioactivity, then the potential radiological hazard value was determined using the RESRAD-ONSITE software. This software models the radiation received through predetermined pathways to estimate the annual effective dose rate and cancer potential received by workers in the PLTU waste area.
The research results showed that the measured radioactivity in the samples was 132.401 Bq/kg, 14.8426 Bq/kg, and 22.0585 Bq/kg for 40K, 232Th, and 226Ra. The measured radiological hazard parameters in the form of Raeq, Hin, and Hex were 53.4468 Bq/kg, 0.2040, and 0.1444. From these parameters, the annual dose rate and cancer potential values received by workers are 0.076 mSv/year and 2.93×10^(-4). These results are below the recommended limits, except for the cancer potential value which is slightly greater than that recommended by UNSCEAR.
Kata Kunci : Radioaktivitas, Bahaya Radiologis, PLTU, Bottom Ash