Evaluasi Penggunaan Obat PPOK dengan Metode ATC/DDD dan DU90% pada Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Paru Respira Yogyakarta
INDIRA RAHMAWATI, Prof. Dr. apt. Tri Murti Andayani, Sp.FRS.
2024 | Skripsi | FARMASI
Terapi PPOK secara umum menggunakan lebih dari satu jenis obat, sehingga perlu dilakukan evaluasi dalam penggunaannya untuk hasil terapi yang lebih baik. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan perbandingan pola penggunaan obat PPOK di Indonesia dengan standar dunia yaitu WHO. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pola penggunaan obat PPOK berdasarkan profil ATC/DDD dan DU90% pada pasien PPOK rawat inap yang digunakan pada September 2022 – Agustus 2023.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dan pengumpulan data retrospektif. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pemakaian obat PPOK di rawat inap yang terdapat dalam sistem manajemen Rumah Sakit Respira Yogyakarta periode September 2022 – Agustus 2023. Data usia, jenis kelamin, komorbid, data pemakaian obat PPOK yang meliputi dosis, frekuensi, dan lama rawat inap diambil dari data rekam medik pasien. Data dianalisis dengan perhitungan ATC/DDD dan DU90% untuk mengetahui obat-obatan yang paling banyak digunakan dalam terapi PPOK.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa obat PPOK yang memiliki nilai DDD/100 patient days paling tinggi adalah metilprednisolon injeksi 125 mg dengan nilai 665,18 DDD/100 patient days. Sementara itu, penggunaan obat PPOK yang masuk dalam segmen DU90?alah metilprednisolon injeksi 125 mg, salbutamol 2,5 mg/ipratropium bromide 0,5 mg, levofloksasin 500 mg/100 mL infus, asetilsistein 200 mg kapsul, budesonide 0,5 mg inhalasi, azitromisin 500 mg tablet, budesonide 1 mg inhalasi, dan ceftriaxone sodium 1 g injeksi. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam proses perencanaan dan pengadaan obat PPOK di rumah sakit.
COPD therapy generally uses more than one type of drug, so it is necessary to evaluate its use for better therapeutic results. One way that can be done is to compare patterns of COPD drug use in Indonesia with world standards, namely WHO. The aim of this study is to determine the pattern of drug use and consumption of COPD drugs based on the ATC/DDD and DU90% profiles in inpatient COPD patients used in September 2022 – August 2023.
This research is an analytical observational study with a cross-sectional design and retrospective data collection. The data used in this research is data on the use of COPD drugs in inpatient settings contained in the management system of the Yogyakarta Respira Lung Hospital used in September 2022 – August 2023. Data on age, gender, comorbidities, data on COPD drug use which includes dose, frequency and length of stay hospitalization data is taken from the patient's medical record data. Data were analyzed using ATC/DDD and DU90?lculations to determine the drugs most commonly used in COPD therapy.
The results of the study showed that the COPD drug that had the highest DDD/100 patient days value was methylprednisolone injection 125 mg with a value of 665.18 DDD/100 patient days. Meanwhile, the use of COPD drugs included in the DU90% segment is methylprednisolone injection 125 mg, salbutamol 2.5 mg/ipratropium bromide 0.5 mg, levofloxacin 500 mg/100 mL infusion, acetylcysteine 200 mg capsule, budesonide 0.5 mg inhalation, azithromycin 500 mg tablets, budesonide 1 mg inhalation, and ceftriaxone sodium 1 g injection. The results of this research can be used as a consideration in the planning and procurement process for COPD drugs in hospitals.
Kata Kunci : PPOK, ATC/DDD, DU90%