Laporkan Masalah

Pergeseran Narasi Dalam Gerakan Feminis Dalam Diskursus Feminisme Korea Selatan (2015-2022)

MASAKO SEPTIANINGRUM OMPUSUNGGU, Ririn Tri Nurhayati, MA

2024 | Skripsi | Ilmu Hubungan Internasional

Sejak tahun 2015, pertentangan antara kelompok antifeminis dan feminis Korea Selatan semakin mudah untuk diidentifikasi. Kampanye dua kandidat presiden pemilihan umum Korea pada tahun 2022 yang sarat dengan retorika antifeminisme semakin menegaskan gambaran perpecahan dalam masyarakat tentang kesetaraan gender. Studi ini menganalisis penguatan pertentangan antara kedua kelompok yang terjadi akibat perluasan dan pergeseran narasi feminisme di kalangan masyarakat. Dengan melakukan analisis diskursus dengan teori diskursus Laclau & Mouffe, penelitian ini menganalisis proses perluasan dan pergeseran artikulasi narasi feminisme serta dampaknya terhadap hubungan antagonistik antara kelompok feminis dan antifeminis sejak tahun 2015. Tulisan ini menemukan bahwa (1) politisasi terhadap hak-hak personal dan kekhawatiran masyarakat terkait langgengnya misogini memperluas dan menggeser narasi feminis yang sebelumnya berorientasi pada tujuan feminisme liberal; (2) kondisi tersebut memicu dislokasi terhadap stabilitas dan hegemoni narasi kelompok antifeminis; dan (3) antagonisme antara kelompok feminis dan antifeminis merupakan upaya kedua kelompok untuk mempertahankan dominasi masing-masing dalam mengartikulasikan makna terkait gender dan feminisme di Korea.

The contentious relations between South Korean feminist and anti-feminist have become more distinctive since 2015. The centrality of anti-feminist rhetoric in the 2022 presidential campaign further emphasizes society's division over gender equality. By conducting discourse analysis using Laclau & Mouffe’s discourse theory, this research argues that the antagonistic relations between the two groups occurred due to the expansion and shift of the feminist narration since 2015. This paper finds that (1) the politicization of people's personal rights and concerns about prevalent misogyny expanded and shifted the previous feminist narrative; (2) the shifted narrative dislocated the stability and dominance of the anti-feminist hegemonic narrative; and (3) antagonism between feminist and anti-feminist groups was formed by both groups to maintain their respective dominance in articulating their narrative on gender and feminism in South Korea.

Kata Kunci : diskursus feminisme, relasi antagonistik, dislokasi, pergeseran narasi, analisis diskursus, feminisme.

  1. S1-2024-462799-abstract.pdf  
  2. S1-2024-462799-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-462799-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-462799-title.pdf