Karakteristik dan Profil Klinis Empat Jenis Fenotipe Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2020-2022
SALSABILA DEFIANTI, dr. Sarrah Ayuandari, Ph.D., Sp.OG.;dr. Diannisa Ikarumi Enisar Sangun, Sp.OG.Subs.Obsginsos.
2024 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER
Latar Belakang :
Sindrom ovarium polikistik (PCOS) adalah salah satu gangguan hormonal paling umum yang dialami oleh wanita pada usia subur. Saat ini, PCOS didiagnosis menggunakan suatu kriteria yang disebut kriteria Rotterdam. Kriteria tersebut mengklasifikasikan PCOS menjadi empat fenotipe, yaitu fenotipe A atau full-blown PCOS, fenotipe B atau non-PCO PCOS, fenotipe C atau ovulatory PCOS, dan fenotipe D atau non-hyperandrogenic PCOS. Pendekatan fenotipik untuk mendefinisikan PCOS dapat digunakan untuk berbagai praktik klinis. Seperti contohnya, dapat menentukan pasien dengan fenotipe mana yang lebih berisiko tinggi untuk mengalami disfungsi metabolik, atau kondisi lainnya. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui karakteristik dan profil klinis pada pasien PCOS dengan empat fenotipe berbeda. Namun, di Indonesia, khususnya di Yogyakarta, penelitian terkait karakteristik fenotipe PCOS belum pernah dilakukan.
Tujuan :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik dan profil klinis pada pasien PCOS dengan empat fenotipe berbeda.
Metode :
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif menggunakan design potong lintang. Penelitian ini menggunakan data sekunder/rekam medik yang diambil dari RSUP Sardjito Yogyakarta tahun 2020–2022 yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi. Kriteria inklusi adalah seluruh pasien yang telah terdiagnosis PCOS berdasarkan kriteria rotterdam dengan umur antara 18—45 tahun dan kriteria ekslusi meliputi pasien dengan diabetes melitus, penyakit kardiovaskular, penyakit endokrin, pasien sedang hamil, dan pasien yang sedang menerima pengobatan hormonal. Data yang diambil berupa umur, paritas, hasil anamnesis (ada atau tidaknya oligo/amenorrhea), pemeriksaan fisik (tanda hirsutisme, tekanan darah, dan BMI), pemeriksaan metabolik (gula darah puasa dan insulin), dan hasil pemeriksaan ultrasonografi.
Hasil:
Mayoritas subjek memiliki hiperandrogenisme (58,5%), mengalami disfungsi ovulasi (97%), memiliki morfologi PCO (87,9%), dan belum pernah memiliki anak (90,9%). Fenotipe D adalah fenotipe PCOS dengan prevalensi terbanyak di RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2020—2022. Tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan pada usia, IMT, tekanan darah, paritas, onset amenore, gula darah puasa, insulin puasa, dan HOMA-IR di keempat fenotipe PCOS. Subjek dengan fenotipe D cenderung tidak mengalami hirsutisme dibandingkan dengan fenotipe B dan fenotipe C, dan hal ini signifikan secara statistik.
Background:
Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS) is one of the most common hormonal disorder in women with reproductive age. As of today, PCOS is diagnosed using a criteria called the Rotterdam criteria. The criteria classifies PCOS into four phenotypes, phenotype A or full-blown PCOS, phenotype B or non-PCO PCOS, phenotype C or ovulatory PCOS, and phenotype D or non-hyperandrogenic PCOS. Phenotypic approach to PCOS has a number of practical applications. For example, in routine clinical practice, it helps distinguish which patient with PCOS is more likely to have the highest risk of metabolic disfunction. Several research have been done to find out the differences in the characteristic and clinical profile of each phenotype. However, in Indonesia, specifically in Yogyakarta, research alike have never been done.
Aim:
The purpose of this study is to determine the characteristic and clinical profile difference in each PCOS phenotype.
Method:
The research method used in this research is analytical descriptive with cross-sectional design. This research uses secondary data/medical record that is taken from RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta between the year of 2020—2022 that fulfills the inclusion and exclusion criteria. The inclusion criteria includes patient that is diagnosed with PCOS based on the Rotterdam criteria with age between 18—45 and exclusion criteria includes patient with diabetes mellitus, cardiovascular diseases, endocrine disorder, pregnancy, and patients that is receiving hormonal treatment. The data that will be taken includes age, parity, anamnesis results (presence of amenorrhea), physical examination (hirsutism, BMI, blood pressure), metabolic exam (fasting blood glucose and insulin), and also ultrasonography findings.
Results:
Majority of the subjects had hyperandrogenism (58,5%), ovulatory dysfunction (97%), PCO morphology (87,9%), and have never had children (90,9%). Phenotype D was the most prevalent phenotype among the subjects in RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta in 2020—2022. No statistical differences in age, body mass index, blood pressure, amenorrhea onset, fasting blood glucose, fasting insulin, and HOMA-IR were noted between the four phenotypes. Subjects with phenotype D tends to not have hirsutism compared with phenotype B and phenotype C, and it is shown to be statistically significant.
Kata Kunci : Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), Amenorrhea, Fenotipe, Menstruasi, Gangguan Hormonal