Laporkan Masalah

Optimasi usahatani tumpangsari empang parit di lahan konservasi hutan mangrove RPH Cikiperan BKPH Rawa Timur KPH Banyumas Barat

MARDIYATI, Sri, Dr.Ir. Slamet Hartono, MSc

2004 | Tesis | S2 Ekonomi Pertanian

Penelitian Optimasi Usahatani Tumpangsari Empang Parit di Lahan Konservasi Hutan Mangrove dilakukan untuk mengetahui pola usahatani optimal, alokasi sumberdaya (lahan, tenaga kerja, modal) yang optimal dan pengaruh fluktuasi harga input dan output terhadap kondisi optimal. Penelitian dilakukan di Kecamatan Kawunganten Kabupaten Cilacap, yang merupakan kawasan lahan konservasi hutan mangrove milik Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah (RPH Cikiperan BKPH Rawa Timur KPH Banyumas Barat). Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Pengambilan sampel secara purposif dengan jumlah 60 petani yang melaksanakan pola usahatani selama satu tahun dari Mei 2002 sampai April 2003. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah programasi linier biasa dan programasi linier dengan model focus of loss. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada optimasi dengan faktor risiko ternyata pola usahatani optimal yang diperoleh meliputi : a) lahan payau asin musim hujan adalah bakau/tancang + udang windu + udang sayur, b) lahan payau asin musim kemarau adalah bakau/tancang + bandeng + udang windu + udang sayur, c) lahan payau tawar musim hujan adalah bakau/tancang + kayu putih + bandeng + udang sayur, d) lahan payau tawar musim kemarau adalah bakau/tancang + kayu putih + bandeng + udang windu + udang sayur. Pada optimasi tanpa faktor risiko maka pola usahatani optimal yang diperoleh meliputi : a) lahan payau asin musim hujan adalah bakau/tancang + udang windu + udang sayur, b) lahan payau asin musim kemarau adalah bakau/tancang + udang windu, c) lahan payau tawar musim hujan adalah bakau/tancang + kayu putih + bandeng + udang sayur, d) lahan payau tawar musim kemarau adalah bakau/tancang + kayu putih + udang windu. Pendapatan maksimum untuk optimasi dengan faktor risiko untuk musim hujan sebesar Rp 26.544.900,00 dan musim kemarau sebesar Rp 43.603.720,00. Pada optimasi tanpa faktor risiko maka pendapatan maksimum lebih rendah, yaitu untuk musim hujan adalah Rp 23.458.790,00 dan musim kemarau Rp 22.115.780,00. Untuk optimasi berfaktor risiko maupun tanpa faktor risiko ternyata sumberdaya lahan dan modal merupakan kendala, sedangkan sumberdaya tenaga kerja masih melimpah. Fluktuasi harga input dan output dapat mempengaruhi tingkat pendapatan maksimum. Untuk optimasi dengan faktor risiko ternyata fluktuasi harga sangat sensitif terhadap perubahan kondisi optimal, tetapi perubahan tersebut lebih cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan maksimum. Kondisi optimal dengan optimasi berfaktor risiko akan lebih mendekati kenyataan. Tanaman mangrove (bakau, tancang) secara langsung belum memberikan kontribusi pendapatan, karena belum berproduksi dan bertujuan untuk pelestarian.

This research aimed to determine the optimal sylvofishery system, the allocation of land, labor and capital resources, and the impact of the input and output price fluctuation to the sylvofishery system, resource allocation and gross margin. The research site is choosen purposively in the conservation land of mangrove forest in Kawunganten Subdistrict, Cilacap Regency (RPH Cikiperan, BKPH Rawa Timur, KPH Banyumas Barat, Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah). The basic method used in this research was descriptive. The sampling method was done purposively to 60 farmers who implemented sylvofishery system during May 2002 to April 2003. The collected data were primary and secondary data, that were analyzed, using the conventional linear programming and linear programming with model the focus of loss. The results show that the optimal sylvofishery system considering risk factor are as follows : a) on the salty brackish in the rainy season is mangrove + windu shrimp (Penaeus monodon) + vegetable shrimp, b) on the salty brackish in the dry season is mangrove + milkfish + windu shrimp + vegetable shrimp, c) on the fresh water brackish in the rainy season is mangrove + Melaleuca cajuputi + milkfish + vegetable shrimp, d) on the fresh water in the dry season is mangrove + Melaleuca cajuputi + milkfish + windu shrimp + vegetable shrimp. The optimal sylvofishery system that is not considering risk factor are as follows : a) on the salty brackish in the rainy season is mangrove + windu shrimp + vegetable shrimp, b) on the salty brackish in the dry season is mangrove + windu shrimp, c) on the fresh water brackish in the rainy season is mangrove + Melaleuca cajuputi + milkfish + vegetable shrimp, d) on the fresh water brackish in the dry season is mangrove + Melaleuca cajuputi + windu shrimp. The maximum gross margin generated by optimizing that is considering risk factor in the rainy season is Rp 26.544.900,00 and in the dry season Rp 43.603.720,00. Whereas optimizing without considering risk factor generated maximum gross margin of both season is smaller than optimizing with risk factor, so rainy season obtained Rp 23.458.790,00 and dry season Rp 22.115.780,00. But, optimal condition of optimizing with risk factor is closer to the real condition. The constraints of optimizing with risk factor and without risk factor are land and capital resources, whereas labor resorce is nonbinding. The input and output price fluctuation to have influence on the optimal condition. The bakau (Rhizophora) and tancang (Bruguiera) have not give income contribution because they have not produce output yet and the main purpose of those plantation is conservation and sustainability.

Kata Kunci : Optimasi, Pola Usahatani, Risiko Faktor dan Pendapatan Maksimum, optimizing, sylvofishery system, risk factor and gross margin


    Tidak tersedia file untuk ditampilkan ke publik.