Laporkan Masalah

Gambaran Penilaian Livor Mortis pada Kasus Pembunuhan yang Ditangani di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito Tahun 2014-2019

ZHAFIRA IRSAN, dr. IBG Surya Putra Pidada, Sp.F.M(K), MH ; dr. Martiana Suciningtyas T.A,Sp.F.,M.Kes

2024 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang : Livor mortis (lebam mayat) merupakan salah satu perubahan yang dialami oleh jenazah setelah kematian. Ada beberapa hal dari livor mortis yang diperiksa selama pemeriksaan autopsi, yaitu warna, lokasi, dan perubahan pasca penekanan. Dalam kasus kriminalitas (pembunuhan), perubahan pasca kematian ini dapat berguna untuk menentukan perkiraan saat kematian dan  mengonfirmasi atau menyangkal alibi calon tersangka. Karena alasan itulah prosedur pemeriksaan itu harus dilakukan dengan baik dan sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, gambaran penilaian livor mortis perlu diketahui. Penelitian ini akan mengetahui gambaran penilaian livor mortis pada kasus pembunuhan.
Tujuan                 : Mengetahui gambaran penilaian livor mortis pada kasus pembunuhan yang ditangani di Instalasi Kedokteran Forensik di RSUP Dr. Sardjito tahun 2014-2019.
Metode                 : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain cross sectional atau potong lintang. Variabel pada penelitian ini adalah gambaran pemeriksaan livor mortis pada kasus pembunuhan. Data yang akan dipakai merupakan data sekunder yang diambil dari visum et repertum dan data kronologis peristiwa kasus pembunuhan.
Hasil         : Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan, didapatkan jumlah kasus pembunuhan yang diautopsi di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Dr. Sardjito pada tahun 2014-2019 sejumlah 82 kasus dengan jumlah kasus tertinggi pada tahun 2014. Kasus pembunuhan dengan penilaian livor mortis yang telah sesuai dengan standar operasional prosedur sejumlah 80 (97,6%) kasus dimana penilaian yang tidak sesuai terjadi pada kasus dengan korban berusia 10-19 tahun dan 20-29 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, tidak bekerja dan karyawan swasta, penyebab kematian berupa trauma tajam serta yang berlokasi di dalam dan luar rumah. Kematian karena pembunuhan paling banyak terjadi pada korban laki-laki, rentang usia 20-60 tahun, dan status pekerjaan karyawan swasta. Kasus pembunuhan paling banyak disebabkan oleh trauma tumpul dan berlokasi di luar rumah.
Kesimpulan : Sebagian besar penilaian livor mortis pada kasus pembunuhan telah sesuai dengan standar operasional prosedur. 
Kata Kunci : tanda-tanda kematian sekunder, livor mortis, kasus pembunuhan, standar operasional prosedur

Background : The livor mortis condition is one of the transformations that the corpse goes through after death. Many components of the livor mortis, including color, position, and post-suppression alterations, are evaluated during the autopsy examination. These postmortem changes in criminal (homicide) situations might be helpful in figuring out the approximate time of death and confirming or refuting a prospective suspect's alibi. This demands for proper execution of the examination procedure in accordance with the defined standard operating procedures. Thus it's important to understand how the livor mortis assessment is described. This study will discuss how livor mortis is evaluated in homicide cases.

Objective : To determine the description of livor mortis assessment in homicide cases handled at Dr. Sardjito's Forensic Medicine Installation from 2014 to 2019.

Methods : This study is an observational descriptive study using a cross-sectional design. The description of the livor mortis assessment in homicide cases serves as the study's variable. Secondary data from visum et repertum and chronological information about the murder case will be used.

Results         : Based on predetermined inclusion and exclusion criteria, 82 homicide cases were autopsied at the RSUP Dr. Sardjito Forensic Medicine Installation between 2014 and 2019, with 2014 having the largest number of cases. Homicide cases with livor mortis assessments that adhered to standard operating procedures found in 80 (97.6%) cases where an improper assessment occurred in cases with victims who were male and female, aged 10–19 and 20–29, unemployed and private employees, died from sharp trauma, and were found inside and outside the home. The majority of homicide-related deaths involved male victims, who ranged in age from 20 to 60 and worked as private employees. The majority of killings are committed outside the home and are caused by blunt trauma.

Conclusion : the majority of livor mortis evaluations in homicide instances comply to standard operating standards.

Keywords : postmortem change, livor mortis, homicide, standard operating standards

Kata Kunci : tanda-tanda kematian sekunder, livor mortis, kasus pembunuhan, standar operasional prosedur

  1. S1-2024-461792-abstract.pdf  
  2. S1-2024-461792-bibliography.pdf  
  3. S1-2024-461792-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2024-461792-title.pdf