Laporkan Masalah

The Risk of Behavioral and Emotional Problem on Children with Epilepsy during Therapeutic Period at RSUP Dr. Sardjito, Evaluated Using Pediatric Symptom Checklist-17

SAFIRA PUTRI SAIFUDDIN, dr. Dian Kesumapramudya Nurputra, M.Sc, Ph.D, Sp.A ; dr. Braghmandita Widya Indraswari, M.Sc., Sp.A.(K) ; dr. Indra Sari Kusuma Harahap, Ph.D, Sp.S(K)

2024 | Skripsi | PENDIDIKAN DOKTER

Latar Belakang: Epilepsi merupakan suatu penyakit kronis yang tidak menular dan telah menjangkiti sekitar 50 juta orang, dengan hampir 80?ri populasi tersebut berasal dari negara-negara berpendapatan rendah dan menengah. Di Indonesia, terdapat sekitar 1,5 juta penderita epilepsi dengan prevalensi sebesar 0,5-0,6%, di mana terdapat sekitar 440.000 kasus yang tidak dapat diatasi. Epilepsi adalah suatu gangguan yang ditandai oleh serangan motorik, sensorik, atau psikologis yang bersifat singkat, berulang, dan periodik. Anak-anak yang menderita epilepsi memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mengembangkan komorbiditas perilaku dan emosional dibandingkan dengan anak-anak pada populasi umum atau anak-anak dengan penyakit kronis lainnya. Depresi, kecemasan, dan psikosis merupakan tiga komorbiditas psikiatri utama pada penderita epilepsi. Oleh karena itu, penting untuk mengenali tanda dan gejala yang mungkin berkembang pada anak-anak setelah didiagnosis dengan epilepsi agar deteksi dini dapat dilakukan sesegera mungkin sebelum kondisinya memburuk. Deteksi dini pada anak dapat dilakukan melalui penggunaan kuesioner yang mengeksplorasi masalah kesehatan mental. Salah satu alat skrining yang digunakan adalah PSC-17, yang merupakan kuesioner yang dirancang khusus untuk digunakan oleh dokter anak dalam mendeteksi masalah kesehatan mental pada anak-anak.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk meneliti korelasi antara tingkat keparahan masalah perilaku dan emosional dengan durasi terapi pada anak-anak yang menderita epilepsi.

Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik dengan metode potong lintang menggunakan data primer yang telah dikumpulkan dari orang tua yang memiliki anak dengan epilepsi melalui pengisian kuesioner di Poli Neuro Anak RSUP Dr. Sardjito pada bulan Agustus hingga September 2023.

Hasil: Terdapat 47 data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Dari 47 subjek tersebut, terdapat 9 anak (19,2%) yang menjalani terapi dengan durasi 0-24 bulan, dan 38 pasien (80,9%) yang menjalani terapi selama lebih dari 24 bulan. Berdasarkan analisis chi-square, ditemukan bahwa jenis kelamin dan hubungan dengan pengasuh utama mungkin merupakan faktor yang berkontribusi terhadap tingkat keparahan masalah perilaku dan emosional pada anak-anak dengan epilepsi. Kami memperoleh nilai p sebesar 0,003 dan 0,0 untuk masing-masing faktor tersebut secara berurutan.

Kesimpulan: Durasi terapi yang lebih lama tidak memiliki dampak signifikan terhadap risiko masalah perilaku dan emosional yang menjadi lebih parah pada anak-anak dengan epilepsi. Jenis kelamin dan hubungan dengan pengasuh utama bisa dijadikan sebagai faktor yang membuat masalah perilaku dan emosional pada anak penderita epilepsi menjadi lebih buruk.

Background: Epilepsy is a chronic noncommunicable disease that already infects around 50 million people, and nearly 80% of the population is from low- and middle-income nations. In Indonesia, there are 1.5 million epileptics with a 0.5-0.6% prevalence, 440,000 of them are unsolvable. Epilepsy is a disorder marked by brief, recurrent, periodic motor, sensory, or psychological attacks. Children with epilepsy are more likely to develop behavioral and emotional comorbidities than children in the general population or children with other chronic illnesses. Depression, anxiety, and psychosis are the three main psychiatric comorbidities in people with epilepsy. It is essential to acknowledge the signs and symptoms that the child might develop after they are diagnosed with epilepsy so early detection can be conducted as early as possible before it worsens. The early detection of a child can be assessed using a questionnaire exploring mental health problems. PSC-17 is a screening tool created for pediatricians to use when looking for mental health issues in kids. 

Objective: To investigate the correlation between behavioral and emotional problem severity with the duration of the therapy in children with epilepsy.

Method: The study is an analytic observational study design with a cross-sectional method using primary data, which has already been collected from parents who have children with epilepsy via a questionnaire in Pediatric Neurology Clinic RSUP Dr. Sardjito in Agustus – September 2023 

Result: The data that successfully met the inclusion and exclusion criteria were 47. Of these 47 subjects, 9 children (19.2%) with a therapy duration of 0-24 months and 38 children (80.9%) were under therapy for over 24 months. Based on chi-square analysis, we found out that gender and relationships with primary caregivers might be considered factors that make behavioural and emotional problems in children with epilepsy become more severe. We obtained p-values of 0,003 and <0>

Conclusion: A longer duration of therapy does not have a significant impact on the risk of behavioral and emotional problems becoming more severe in children with epilepsy. Gender and relationships with the primary caregiver may be suggested as factors that make behavioural and emotional problems in children with epilepsy more severe.

Kata Kunci : epilepsy, children, behavioral, emotional, problem, PSC-17, RSUP DR. Sardjito

  1. S1-2023-457726-abstract.pdf  
  2. S1-2023-457726-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-457726-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-457726-title.pdf  
  5. S1-2024-457726-abstract.pdf  
  6. S1-2024-457726-bibliography.pdf  
  7. S1-2024-457726-tableofcontent.pdf  
  8. S1-2024-457726-title.pdf