Risiko Urosepsis Akibat Infeksi Saluran Kemih (ISK) yang Disebabkan oleh Escherichia coli Penghasil Extended-Spectrum Beta-Lactamase (ESBL)

Dauna Suryarty, Dr. dr. Osman Sianipar, DMM., M.Sc., Sp.PK(K); Dr.dr. Umi S Intansari, M.Kes., Sp.PK(K)

2024 | Tesis-Spesialis | S2 Ilmu Patologi Klinik

Latar belakang: Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi tersering kedua pada pasien rawat inap di rumah sakit dengan manifestasi klinis dari gejala ringan hingga kondisi yang mengancam jiwa (urosepsis). Sebanyak 10–30% kasus sepsis berasal dari traktus urogenital, dengan angka kematian diperkirakan sebesar 20–40%. Escherichia coli (E. coli) penghasil extended-spectrum beta-lactamase (ESBL) merupakan penyebab paling sering infeksi aliran darah yang berasal dari traktus urinarius dan dikaitkan dengan peningkatan mortalitas dua hingga tiga kali lebih besar, tingkat kegagalan pengobatan yang tinggi, dan waktu yang tertunda untuk memulai terapi antibiotik yang sesuai.

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi risiko urosepsis pada pasien ISK yang disebabkan oleh E. coli penghasil ESBL.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain kohort retrospektif dengan mengambil data rekam medis pasien ISK di RSUP Dr. Sardjito melibatkan pasien ISK yang berumur >18 tahun, hasil pemeriksaan kultur urin tumbuh E. coli dengan angka kuman >10⁵ CFU/mL. Kelompok terpapar adalah pasien ISK dengan penyebab E. coli penghasil enzim ESBL, sedangkan kelompok tidak terpapar adalah pasien ISK dengan penyebab E. coli bukan penghasil ESBL. Luaran klinis yang dinilai adalah terjadinya urosepsis berbasis munculnya SIRS dan skor SOFA yang diamati dalam 7 hari sejak tegaknya diagnosis ISK. Hubungan penyebab ISK E. coli penghasil ESBL dengan urosepsis dianalisis menggunakan analisis bivariat dan multivariat dengan nilai kemaknaan 0,05.

Hasil: Jumlah subjek penelitian adalah 240 pasien ISK sesuai dengan kriteria inklusi. Dua puluh empat pasien di antaranya dikeluarkan sesuai kriteria eksklusi, sehingga jumlah subjek yang dianalisis sebanyak 216 pasien yang terdiri dari 108 pasien ISK yang disebabkan oleh E. coli penghasil ESBL dan 108 pasien ISK yang disebabkan oleh E. coli bukan penghasil ESBL. Kejadian urosepsis pada kelompok pasien ISK dengan penyebab E. coli penghasil ESBL secara bermakna lebih tinggi dibanding kelompok pasien ISK dengan penyebab E. coli bukan penghasil ESBL (50,9% vs 21,3?rbasis SIRS; 48,1% vs 21,3?rbasis skor SOFA). Hasil analisis multivariat menunjukkan risiko urosepsis berbasis SIRS kelompok pasien ISK dengan penyebab E. coli penghasil ESBL sebesar 2,28 (IK95% 1,52–3,42; p= 0,002), sedangkan risiko urosepsis berbasis skor SOFA kelompok pasien ISK dengan penyebab E. coli penghasil ESBL sebesar 2,21 (IK95% 1,46–3,34; p=0,004)

Simpulan: Risiko urosepsis kelompok pasien ISK yang disebabkan oleh E. coli penghasil ESBL sekitar 2 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok pasien ISK yang disebabkan oleh E. coli bukan penghasil ESBL

Kata kunci: ISK, urosepsis, Escherichia coli, ESBL, risiko

Background: Urinary tract infection (UTI) is the second most common infection in hospitalized patients, with clinical manifestations ranging from mild to life-threatening (urosepsis). As many as 10–30% of sepsis cases originate from the urogenital tract, with an estimated mortality rate of 20–40%. Extended-spectrum beta-lactamase (ESBL)-producing Escherichia coli (E. coli) is the most frequent cause of bloodstream infections originating in the urinary tract and is associated with a two- to three-fold increase in mortality, higher rates of treatment failure, and time to delayed initiation of appropriate antibiotic therapy.

Purpose: This study aims to evaluate the risk of urosepsis in UTI patients caused by ESBL-producing E. coli.

Methods: This research is a retrospective cohort study that takes medical record data of UTI patients at Dr RSUP. Sardjito involved UTI patients aged >18 years old; urine culture results showed E. coli with germ numbers >10⁵ CFU/mL. The exposed group is UTI patients whose cause is E. coli, which produces ESBL enzymes, while the unexposed group is UTI patients whose cause is E. coli, which does not produce ESBL enzymes. The clinical outcome assessed was the occurrence of urosepsis based on the appearance of SIRS and SOFA scores observed within seven days of the diagnosis of UTI. The relationship between the causes of ESBL-producing E. coli UTI and urosepsis was analyzed using bivariate and multivariate analysis with a significance value of 0.05.

Results: According to the inclusion criteria, the number of research subjects was 240 UTI patients. Twenty-four of these patients were excluded according to the exclusion criteria, so the total number of subjects analyzed was 216 patients consisting of 108 UTI patients caused by ESBL-producing E. coli and 108 UTI patients caused by non-ESBL-producing E. coli. The incidence of urosepsis in the group of UTI patients whose cause was ESBL-producing E. coli was significantly higher than in the group of UTI patients whose cause was non-ESBL-producing E. coli (50.9% vs. 21.3?sed on SIRS; 48.1% vs. 21.3 % SOFA score based). The results of multivariate analysis showed that the risk of urosepsis based on SIRS in the group of UTI patients with ESBL-producing E. coli was 2.28 (95% CI 1.52–3.42; p=0.002), while the risk of urosepsis based on the SOFA score in the group of UTI patients with the cause of ESBL-producing E. coli was 2.21 (95% CI 1.46–3.34; p=0.004).

Conclusion: The risk of urosepsis in patients with UTI caused by ESBL-producing E. coli is two times greater than in patients with UTI caused by non-ESBL-producing E. coli.

Keywords: UTI, urosepsis, Escherichia coli, ESBL, risk

Kata Kunci : SK, urosepsis, Escherichia coli, ESBL, risiko