Peran Sikap Seksisme Ambivalen terhadap Standar Ganda Seksual pada Individu Dewasa Awal
Satria Farqi Kilali, Lavenda Geshica, S.Psi., M.A.
2024 | Skripsi | PSIKOLOGI
Perempuan dan laki-laki dinilai berbeda saat melakukan perilaku seksual yang sama. Fenomena ini disebut sebagai standar ganda seksual. Perempuan dicap negatif sedangkan laki-laki diwajarkan untuk melakukan aktivitas seksual. Seksisme, yaitu prasangka yang didasarkan pada jenis kelamin seseorang, berpotensi berperan dalam adanya standar ganda ini. Melihat adanya potensi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mencari apakah sikap seksisme ambivalen berperan terhadap standar ganda seksual pada individu dewasa awal. Partisipan dalam penelitian ini berusia 18-29 tahun (N = 234). Terdapat dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu 1) Double Standard Scale (DSS), dan 2) Ambivalent Sexism Inventory (ASI). Penelitian kuantitatif ini menggunakan teknik analisis regresi linear sederhana. Hasilnya, hipotesis penelitian diterima yang menunjukkan adanya peran positif sikap seksisme ambivalen terhadap standar ganda seksual. Semakin tinggi tingkat seksisme ambivalen individu, maka semakin tinggi pula standar ganda seksualnya. Individu dapat terlihat ‘baik’ kepada perempuan, tetapi di sisi lain memberikan sikap diskriminatif di ranah seksual. Temuan lain menunjukkan jika individu dewasa awal juga memiliki tingkat seksisme ambivalen serta standar ganda seksual di level yang moderat.
People judge women and men differently for the same sexual behavior. This phenomenon is called the sexual double standard. While women are labeled negatively, men are often viewed as permissible when it comes to sexual acts. Sexism, defined as prejudice based on someone's sex, likely plays a role in shaping this double standard. Recognizing this potential influence, our study aims to determine if ambivalent sexism plays a role towards sexual double standard in emerging adulthood. The participants in our study are emerging adults aged 18 to 29 (N = 234). We utilized two scales: 1) Double Standard Scale (DSS) and 2) Ambivalent Sexism Inventory (ASI). Data analysis for this quantitative research was conducted using simple linear regression. The findings support the hypothesis, indicating a positive association between sexism and sexual double standard in emerging adults individuals. The more sexist an individual is, the greater the chance they will exhibit high levels of double standard. Someone may appear 'benevolent' on the outside but will discriminate against women based on their sexual behavior. Another finding also indicates that Indonesian emerging adults exhibit moderate levels of sexism and traditional sexual double standard.
Kata Kunci : standar ganda seksual, seksisme, seksisme ambivalen