Society-centered Water Conservation Governance: Belajar dari Praktik Indigenous Komunitas Resan di Gunungkidul
Khusnul Prasetyo, Prof. Dr. sc. pol. Agus Heruanto Hadna, S.I.P., M.Si
2024 | Tesis | S2 Ilmu Administrasi Negara
Penelitian ini mencoba menelaah Komunitas Resan di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, yang gencar dalam melakukan aktivitas konservasi, utamanya terkait dengan pelestarian sumber air bersih, menggunakan perspektif governance dengan pendekatan society-centered governance untuk memahami governance. Komunitas Resan hidup di sebuah kabupaten dengan socio-ecological yang khas: bentang alam karst yang tidak bisa menampung air tanah, sehingga bentang sosial yang tumbuh adalah adat-budaya pelestarian sumber air yang desentralistik dan komunal. Maksud baik pembangunan negara untuk memenuhi kebutuhan air sayangnya malah mengabaikan nilai-nilai budaya lokal. Penelitian ini mencoba mendudukkan upaya pemenuhan air agar lebih akomodatif terhadap nilai budaya lokal dengan mengkaji Komunitas Resan sebagai sebuah studi kasus. Sebagai sebuah praktik governance, Komunitas Resan terbukti memiliki nilai yang diperjuangkan, mampu menjaga idealismenya terhadap berbagai tantangan, memahami dan mempraktikkan norma-norma yang berlaku di Gunungkidul, serta aktif berjejaring dengan banyak pihak. Praktik governance yang ditunjukkan oleh Komunitas Resan menunjukkan bahwa tata kelola tidak harus selalu bersifat kaku, hierarki, dan memiliki otoritas. Melalui pendekatan budaya berdasarkan pada indigenous knowledge menjadi salah satu model yang seharusnya dapat diaplikasikan dalam menyelesaikan persoalan kekeringan di Gunungkidul.
This research attempts to examine the Resan Community in Gunungkidul Regency, Special Region of Yogyakarta, which is vigorous in carrying out conservation activities, mainly related to the preservation of clean water sources, using a governance perspective with a society-centered governance approach to understand governance. The Resan community lives in a district with a unique socio-ecological landscape: a karst landscape that cannot hold groundwater, so the social landscape that grows is a decentralized and communal water source preservation culture. The good intentions of state development to fulfill water needs unfortunately ignore local cultural values. This research tries to position water fulfillment efforts to be more accommodating to local cultural values by examining the Resan Community as a case study. As a governance practice, Komunitas Resan is proven to have values that are fought for, able to maintain its idealism against various challenges, understand and practice the norms that apply in Gunungkidul, and actively network with many parties. The governance practices demonstrated by Komunitas Resan show that governance does not always have to be rigid, hierarchical, and authoritative. A cultural approach based on indigenous knowledge is one model that should be applied in solving the drought problem in Gunungkidul.
Kata Kunci : Governance, Society-centered Governance, Konservasi Air, Indigenous Knowledge, Indigenous Governance, Komunitas Resan, Gunungkidul