Risiko Produksi Usaha Tani Bawang Merah Di Kapanewon Wonosari Kabupaten Gunungkidul

SALSABILA AULIA RAHMADANI, Dr.Jangkung Handoyo Mulyo M.Ec; Muh Amat Nasir, S.P., M.Sc.

2024 | Skripsi | SOS.EK. PERTANIAN (AGROBISNIS)

Subsektor hortikultura khususnya komoditas bawang merah selalu dihadapkan pada risiko. Risiko yang selalu dihadapi petani bawang merah adalah risiko produksi dengan indikator adanya variasi pada kuantitas produksi. Variasi produksi tersebut disebabkan oleh faktor internal seperti penggunaan sarana produksi dan faktor eksternal yaitu pengaruh cuaca iklim serta serangan OPT. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat risiko produksi dan faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi bawang merah di Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul. Penelitian dilakukan terhadap 50 petani bawang merah di Kalurahan Karangrejek dan Kalurahan Duwet yang terletak di Kapanewon Wonosari sebagai salah satu sentra penghasil bawang merah. Metode penelitian untuk mengukur tingkat risiko adalah koefisien variasi (CV), sedangkan untuk menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi menggunakan metode fungsi produksi Cobb Douglas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko produksi bawang merah sebesar 0,685 (68,5%) yang berarti tingkat risiko produksi tergolong tinggi (CV>0,5). Lebih lanjut, hasil analisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap produksi yaitu lahan, bibit, biaya tenaga kerja dan mesin, pengalaman usaha tani, frekuensi tanam, MT Utama, dan jumlah blok.

The horticultural subsector, particularly the shallot commodity, is constantly faced with risks. The risk that shallot farmers are always exposed to is production risk, which is indicated by variations in production quantity. Production variation is caused by internal factors such as the use of production facilities, as well as external factors such as climate, weather, and pest attacks. The objective of this study was to determine the level of production risk for shallots in Kapanewon Wonosari, Gunungkidul Regency. The study included 50 shallot farmers from Karangrejek and Duwet villages in Kapanewon Wonosari, which is one of the shallot production centers. The coefficient of variation (CV) was a research method for measuring risk, while the Cobb Douglas function method was used to analyze the factors that influenced production. The results showed that the risk of shallot production was 0.685 (68.5%), indicating a high level of production risk (CV>0.5). Furthermore, the study found that land, seeds, labor and machine costs, farming experience, planting frequency, Main MT, and number of blocks all influence the level of production.

Kata Kunci : bawang merah, risiko, produksi, cobb douglas