EVALUASI PROGRAM PEMBERIAN TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS (TPT) PADA PASIEN HIV
Beatrix Marendeng, dr. Yanri W. S, Ph.D., Sp.PD KPTI FINASIM; Prof. Dr. Dra.Erna Kristin, Apt., M.Si
2024 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Tropis
Latar belakang: Tuberkulosis (TB) merupakan tantangan serius dalam kesehatan masyarakat, khususnya bagi individu yang hidup dengan HIV (ODHIV). Risiko TB pada ODHIV mencapai 18 kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi HIV. Terapi pencegahan tuberkulosis (TPT) telah terbukti efektif dalam mengurangi kejadian TB di kalangan ODHIV. Meskipun demikian, data menunjukkan rendahnya cakupan pemberian TPT pada ODHIV. Di Daerah Istimewa Yogyakarta, kasus HIV menduduki peringkat kesembilan di Indonesia, namun belum ada evaluasi yang dilakukan terhadap kaskade pelayanan TPT. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dan meningkatkan implementasi program pemberian TPT pada ODHIV di wilayah ini.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaskade pelayanan TPT dan mengeksplorasi faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi program pemberian TPT pada ODHIV di puskesmas.
Metode: Penelitian ini menggunakan metode campuran (mixed methods) dengan desain penelitian konkuren. Pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif dilakukan secara bersamaan, demikian pula analisis data dilakukan secara terpisah dan dilakukan triangulasi data yang berasal dari kedua sumber yaitu dari ODHIV dan tenaga kesehatan. Penelitian kuantitatif untuk melihat gambaran kaskade layanan TPT dan penelitian kualitatif untuk mendapatkan informasi terkait faktor pendukung dan penghambat dari pemberian TPT dari sudut pandang pasien dan tenaga kesehatan. Penelitian dilakukan pada lima puskesmas di wilayah Kota Yogyakarta dan lima puskesmas di Kabupaten Sleman. Penelitian kualitatif melibatkan 12 pasien HIV dan 28 tenaga kesehatan. Penelitian berlangsung dari bulan Juli 2023-Oktober 2023.
Hasil: Hasil kuantitatif secara deskriptif terhadap kaskade pelayanan TPT pada lokasi studi, didapatkan hasil cakupan pada tahapan skrining tuberkulosis sebesar 68,85%, pemberian TPT pada ODHIV sebesar 35,95?n pasien HIV yang menyelesaikan TPT sebesar 17,51?ri total 1605 responden. Hasil kualitatif yang didapatkan dari triangulasi menggunakan dua sumber informasi berupa faktor pendukung antara lain adalah status PDP puskesmas, kemudahan layanan di Puskesmas, regimen TPT dengan durasi singkat dan peran pendamping sebaya sedangkan faktor penghambat yang ditemukan antara lain adalah kurangnya pelatihan bagi tenaga kesehatan, prosedur skrining TB yang bervariasi, kurangnya pengetahuan pasien terkait TPT dan aplikasi pelaporan yang belum terintegrasi.
Kesimpulan: Secara keseluruhan cakupan pemberian TPT masih rendah.Terdapat tantangan dan peluang pada implementasi program pemberian TPT baik dari sisi pasien maupun dari tenaga kesehatan.
Background: Tuberculosis (TB) is a serious public health challenge, especially for individuals living with HIV (PLHIV). The risk of TB in PLHIV is up to 18 times compared to those who are not infected with HIV. TB preventive therapy (TPT) has been shown to be effective in reducing TB incidence among PLHIV. However, data shows low coverage of TPT among PLHIV. In the Special Region of Yogyakarta, HIV cases rank ninth in Indonesia, but no evaluation of the TPT service cascade has been conducted. Further research is needed to understand and improve the implementation of the TPT programme among PLHIV in this region.
Objectives: This study aimed to determine the cascade of TPT services and explore the supporting and inhibiting factors in the implementation of the TPT programme for PLHIV at health centres.
Methods: This study used mixed methods with a concurrent research design. Quantitative and qualitative data were collected simultaneously, and data were analysed separately, triangulating data from both sources: PLHIV and health workers. Quantitative research was conducted to describe the cascade of TPT services and qualitative research was conducted to obtain information on the supporting and inhibiting factors of TPT provision from the perspectives of patients and health workers. The study was conducted at five health centres in Yogyakarta City and five health centres in Sleman District. The qualitative study involved 12 HIV patients and 28 health workers. The study took place from July 2023-October 2023.
Results: Descriptive quantitative results of the TPT service cascade at the study site showed that the coverage of TB screening was 68.85%, provision of TPT to PLHIV was 35.95% and HIV patients who completed TPT was 17.51% of the total 1605 respondents. Qualitative results obtained from triangulation using two sources of information in the form of supporting factors include the PDP status of the puskesmas, ease of service at the Puskesmas, short duration TPT regimens and the role of peer mentors while the inhibiting factors found include lack of training for health workers, varied TB screening procedures, lack of patient knowledge related to TPT and reporting applications that have not been integrated.
Conclusion: The overall coverage of TPT administration is still low. There are challenges and opportunities in the implementation of the TPT administration programme both from the patient side and from the health workers.
Kata Kunci : Terapi pencegahan tuberkulosis, kaskade pelayanan TB-HIV, ODHIV, mixed method