Kolektivitas Masyarakat dalam Penyediaan Air dan Sanitasi Alternatif Studi Kasus : Bekerjanya Kolektivitas Masyarakat dalam Wadah Koperasi untuk Menghadirkan Pembiayaan Air dan Sanitasi Terjangkau
Syahran Firdaus, Dr. Nanang Indra Kurniawan, S.IP., MPA
2024 | Tesis | S2 Ilmu Politik
Studi ini bertujuan untuk melihat
bekerjanya kolektivitas gerakan sosial dalam wadah koperasi yaitu Koperasi
Benteng Mikro Indonesia (BMI) yang menghadirkan layanan pembiayaan terjangkau
untuk mendapatkan air dan sanitasi yang layak. Dengan menggunakan teori gerakan
sosial lalu dikaitkan dengan konsep kolektivitas koperasi, studi ini mengidentifikasi
strategi gerakan dalam mendapatkan akses sehingga mampu menyediakan layanan
pembiayaan air dan sanitasi kepada masyarakat.
Studi ini mengajukan pertanyaan
penelitian yaitu apa yang melatarbelakangi munculnya gerakan kolektif
masyarakat oleh Koperasi BMI serta bagaimana strategi bekerjanya gerakan
kolektif masyarakat yaitu Koperasi BMI dalam menyediakan akses terhadap air dan
sanitasi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode pengumpulan
data metode wawancara, observasi serta analisis dokumen sebagai bahan pendukung
dari data primer.
Penelitian ini menemukan data
bahwa karakteristik koperasi memiliki keterkaitan yang kuat dengan konsep
kolektivitas gerakan sosial. Kolektivitas dan solidaritas Koperasi BMI dibentuk
dari adanya kebutuhan bersama dari para anggotanya terhadap akses air dan
sanitasi yang yang disebabkan keterbatasan jangkauan layanan pemerintah daerah.
Melalui forum-forum internal dan kemudian divalidasi dengan melaksanakan survei
kebutuhan kepada anggotanya, Koperasi BMI kemudian menyediakan layanan
pembiayaan akses air dan sanitasi yang terjangkau. Dalam pelaksanaannya,
Koperasi BMI mengintegrasikan konsep bisnis dengan konsep pemberdayaan sehingga
tidak hanya mengejar keuntungan, akan tetapi mengutamakan kebermanfaatan.
Terkait akses, Koperasi BMI
membangun relasi dengan beberapa lembaga/instansi yang dapat dikelompokkan
sebagai berikut pemerintah daerah dan pusat, lembaga eksternal non-profit (yang
memberikan pendanaan), lembaga eksternal profit (lembaga keuangan lainnya yang
memfasilitasi likuidasi keuangan) serta mitra konstruksi sebagai penyedian
kebutuhan barang dan alat untuk pembangunan akses air dan sanitasi. Dari
berbagai relasi yang dibentuk, Koperasi BMI tidak sepenuhnya terdikte oleh
kepentingan mitranya karena adanya mekanisme internal yaitu forum rembug pusat
yang berfungsi untuk membahas poin-poin kerja sama tersebut.
Secara keseluruhan, Gerakan Sosial yang dijelaskan oleh Tilly yang
melihat sebuah gerakan sosial didasarkan adanya ketidakpuasan terhadap pihak
otoritas atau dalam hal ini pemerintah. Sehingga aktivitas yang dilakukan
adalah perlawanan karena adanya ketidakpuasan tersebut. Sementara Koperasi BMI
sebagai sebuah gerakan sosial kolektif masyarakat merespon ketidakpuasan
terhadap isu pelayanan publik yaitu keterbatasan akses sanitasi dan air dengan
berkolaborasi dengan beberapa stakeholder termasuk pemerintah. Menariknya,
karena kolaborasi tersebut dilakukan tapi dengan mekanisme kontrol yang kuat
dari internal Koperasi BMI.
This study aims to examine the
functioning of the collective social movements within the economic entity
called ‘Cooperatives’ namely Koperasi Benteng Mikro Indonesia (BMI), which
provides affordable financing services to obtain adequate water and sanitation.
By using social movement theory and linking it with the concept of cooperative
collectivity, this study identifies movement strategies in gaining access to be
able to provide water and sanitation financing services to the community.
This research poses the questions
of what underlies the emergence of the collective movement by the BMI
Cooperative and how the collective movement strategy of the BMI Cooperative
works in providing access to water and sanitation. This research is qualitative
research using data collection methods such as interviews, observations, and
document analysis as supporting material for primary data.
This study found that the
characteristics of cooperatives have a strong connection with the concept of
collectivity in social movements. The collectivity and solidarity of the BMI Cooperative
are formed from the common needs of its members for access to water and
sanitation, which are caused by the limited access from the local government
services. Through internal forums and subsequently validated by conducting
needs surveys among its members, the BMI Cooperative then provides affordable
financing services for access to water and sanitation. In its implementation,
the BMI Cooperative integrates business concepts with empowerment concepts so
that it is not only pursues profits but also prioritized benefits.
Regarding access, the BMI
Cooperative builds relationships with several institutions/agencies, which can
be categorized as following groups: local and central governments, external
non-profit organizations (providing funding), external for-profit institutions
(other financial institutions facilitating financial liquidity), and
construction partners as providers of goods and tools for water and sanitation
access development. From the various relationships formed, the BMI Cooperative
is not entirely dictated by the interest of its partners due to internal
mechanisms through the central discussion forum, which functions to discuss
these cooperation points.
Overall, the Social Movement as described by Tilly see a social
movement based on disatisfaction with
authorities or in this case the government. Therefore, the activities carried
out are resistance due to this dissatisfaction. Meanwhile, the BMI Cooperative
as a collective social movement responds to dissatisfaction with public service
issues, namely the limited access to sanitation and water, by collaborating
with several stakeholders, including the government. Interestingly, because
this collaboration is conducted with strong internal control mechanisms of the
BMI Cooperative.
Kata Kunci : Gerakan Sosial, Kolektivitas, Koperasi, Akses, Air dan Sanitasi