Kepemimpinan Perempuan dalam Novel Couleurs de L'Incendie Karya Pierre Lemaitre
Resha Naura Safa Amelia, Prof. Dr. Wening Udasmoro, S.S., M.Hum., DEA
2024 | Tesis | S2 Sastra
Pemosisian
perempuan sebagai pemimpin dalam karya sastra dianggap mampu mengubah
penggambaran perempuan sebagai entitas yang submisif secara luas. Namun,
reproduksi narasi bias gender yang merugikan perempuan semakin menguatkan
stereotip ketidakmampuan perempuan dalam mengemban peran penting dalam ranah
sosial, salah satunya menjadi pemimpin. Apabila kepemimpinan laki-laki dianggap
sebagai suatu yang normal dalam masyarakat, pemimpin perempuan dianggap perlu
dipertimbangkan. Data primer dalam penelitian ini bersumber dari novel Couleurs de L’Incendie Karya Pierre
Lemaitre (2018). Novel ini merepresentasikan bentuk-bentuk kepemimpinan tokoh
perempuan dalam ruang lingkup maskulin di Prancis pada awal abad ke-20. Ketika
semua jenis peran dalam ruang lingkup Prancis dianggap lebih tepat untuk
laki-laki daripada perempuan, termasuk didalamnya adalah posisi kekuasaan,
tokoh perempuan hadir dengan membawakan strategi feminim yang mengejutkan untuk
menjadi seorang pemimpin. Cara kepemimpinan tokoh perempuan ini menjadi
perdebatan dan disertai dengan penolakan, diskriminasi dan usaha-usaha
melanggengkan subordinasi perempuan sehingga upaya rekonstruksi identitas,
negosiasi dan resistensi perlu dilakukan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian
ini akan mengulas
tantangan dan perjuangan tokoh perempuan ketika menjadi seorang pemimpin serta
strategi yang digunakan tokoh perempuan dalam mengelola dan mempertahankan
peran kepemimpinannya. Teori yang digunakan adalah teori subjektivitas dan
strategic essentialism oleh Luce Irigaray yang erat mengulas tentang relasi
maskulin dan feminim dalam ruang sosial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
pemimpin perempuan mengalami rintangan seperti aksi sabotase kuasa, tekanan psikologis
serta diskriminasi dan deprivasi ekonomi. Untuk menghadapi tantangan tersebut
pemimpin perempuan lalu membentuk strategi feminim yang mempertimbangkan
keinginan individu dan kebutuhan kolektif dari lingkungan sosial tertentu yaitu
dengan membentuk tim dan alur aksi-aksi penegakkan kuasa. Dengan implementasi
strategi yang melibatkan sisi feminim ini resistensi pemimpin perempuan dapat
menegaskan identifikasi diri dan memberdayakan kemampuannya sekaligus
menavigasi dominasi maskulin. Dengan mengeksplorasi peran pemimpin perempuan
dalam novel, penelitian ini bertujuan untuk melawan penggambaran laki-laki
sebagai subjek utama yang memiliki sifat, atribut dan potensi untuk menguasai
seluruh sektor sosial.
The positioning of women as leaders in literary works is considered capable of widely changing the depiction of women as submissive entities. However, the reproduction of gender bias narratives that are detrimental to women increasingly reinforces the stereotype of women's inability to assume important roles in the social realm, one of which is being a leader. If a man leader considered normal in society, a woman leader needs to be consider. Primary data in this research comes from the novel Couleurs de L'Incendie by Pierre Lemaitre (2018). This novel represents forms of leadership of woman within a masculine environment in France at the beginning of the 20th century. When all types of roles in the French sphere are considered more appropriate for men than women, including positions of power, women come up with surprising feminine strategies for becoming a leader. The positioning of women as leader has become a matter of debate and is accompanied by rejection, discrimination and efforts to perpetuate women's subordination so that efforts to reconstruct identity, negotiation and resistance need to be carried out. This research will review the challenges and struggles that women face when becoming leaders as well as the strategies used in managing and maintaining their leadership roles. The theory used is the theory of subjectivity and strategic essentialism by Luce Irigaray which closely reviews masculine and feminine relations in social space. The results of this research show that women leader experience obstacles such as acts of power sabotage, psychological pressure as well as discrimination and economic deprivation. To face these challenges, women leader then form a feminine strategy that takes into account individual desires and the collective needs of a particular social environment, namely by forming teams and a flow of actions to enforce power. By implementing strategies that involve the feminine side, women leaders' resistance can emphasize self-identification and empower their abilities while navigating masculine domination. By exploring the role of women leader in novels, this research aims to counter the depiction of men as the main subjects who have the characteristics, attributes and potential to dominate all social sectors.
Kata Kunci : women leadership, pemimpin perempuan, strategic essentialism, Luce Irigaray