Evaluasi Sumber Daya Manusia Dalam Program Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular Di Kabupaten Tapin
Muriandono Budi Susetyo, Prof. dr. Yodi Mahendradhata, MSc, Ph.D, FRSPH; dr. Bagas Suryo Bintoro, Ph.D
2024 | Tesis | MAGISTER KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN KESEHATAN
Latar Belakang : WHO menyatakan bahwa 70% kematian di dunia saat ini disebabkan Penyakit Tidak Menular, hal ini merupakan masalah global. Sementara itu penelitian yang dilakukan Bapelitbangkes menunjukkan perkembangan Penyakit Tidak Menular di Indonesia kian menghawatirkan dan menyerap biaya terbesar dalam Jaminan Kesehatan Nasional. Pemerintah berupaya mengatasi masalah PTM dengan program Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu PTM) yang sudah dikembangkan sejak tahun 2011 dan diatur dalam peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015. Posbindu PTM merupakan program kesehatan yang melibatkan kesehatan (UKBM). Kabupaten Tapin merupakan wilayah Kalimantan Selatan dimana penanganan PTM masih rendah sehingga belum mencapai SPM kesehatan. Diketahui terdapat aspek – aspek yang dapat mempengaruhi implementasi pelaksanaan Posbindi PTM salah satunya sumber daya manusia yang memiliki peran penting dalam keberhasilan program Posbindu PTM. Dimana perilaku SDM akan mempengaruhi keberhasilan kinerja suatu organisasi.
Tujuan Penelitian : untuk mengevaluasi manajemen SDM dalam pelaksanaan program Posbindu PTM di Kabupaten Tapin dalam upaya mencapai target SPM.
Metode : Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bersifat eksploratif, dengan purposive sampling untuk menentukan sampel. Informan dalam penelitan ini berjumlah 21 orang. Teknik pengambilan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan telaah dokumen.
Hasil : Program Posbindu PTM di Kabupaten Tapin sudah berjalan sesuai dengan jiknis dan pedoman, namun belum memenuhi capaian SPM. SDM merupakan kunci keberhasilan sebuah program, namun di Kabupaten Tapin kebutuhan SDM di Puskesmas dan Dinas Kesehatan masih dirasa kurang. Hal ini menyebabkan kurang maksimalnya dalam menangani sebuah program dikarenakan terdapat kelebihan beban kerja yang dipegang oleh SDM di tingkat Puskesmas. Monitoring dan evaluasi SDM dalam menjalankan program dilakukan situasional, hanya monitoring dan evaluasi capaian program saja yang dilakukan berkala setiap bulan. Kebijakan pimpinan dalam masalah kekurangan SDM perlu mendapat perhatian khusus, sebab keberhasilan program merupakan cerminan keberhasilan pemerintah daerah itu sendiri.
Kesimpulan : Petugas kesehatan di Puskesmas terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan Pandu PTM. Namun kenyataannya tidak berjalan sesuai pedoman dikarenakan SDM yang terbatas sehingga pelaksanaan Pandu PTM digabungkan dengan pelayanan kuratif di Puskesmas. Kader berperan aktif dalam seluruh pelaksanaan posbindu PTM di desa, dalam melaksanakan kegiatan Posbindu PTM kader mendapat pelatihan dari dinas kesehatan atau Puskesmas. Setiap bulan kader mendapatkan honor yang dianggarkan setiap bulan dari desa yang bersumber dari APBDes. Sebelum pelaksanaan Posbindu PTM kader mengajak dan mengingatkan Masyarakat untuk datang ke Posbindu PTM menggunakan sarana komunikasi atau secara langsung melibatkan ketua RT masing-masing. dalam pelaksanaan Posbindu PTM kader juga membuat laporan secara tertulis dan melalui aplikasi dan berkoordinasi dengan petugas Puskesmas. Kepala Puskesmas telah menunjuk satu petugas ASN sebagai pelaksana program PTM yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan Posbindu PTM dan pelaporan, dalam pelaksanaan program di lapangan kepala Puskesmas memberdayakan TKS. Tenaga kesehatan Puskesmas bersama kader melaksanakan pemeriksaan sasaran dari rumah ke rumah sebagai kebijakan kepala Puskesmas untuk mencapain target sasaran SPM. Strategi intervensi dalam mengatasi permasalahan SDM sudah dilakukan baik di tingkat dinas kesehatan, Puskesmas, maupun desa. Pengusulan kekurangan SDM oleh Puskesmas sudah dilakukan setiap tahun melalui dinas kesehatan dan berkoordinasi dengan Badan Kepegawaian Daerah untuk menentukan formasi kebutuhan, proses tersebut tidak menjamin kekurangan SDM segera teratasi. Selain itu ketersediaan sarana dan prasarana juga sangat penting dalam keberhasilan program. Ketersediaan kader di desa tidak mengalami masalah kekurangan jumlah karena langsung dipilih oleh kepala desa.
Kata kunci : evaluasi program; kebijakan pimpinan; Posbindu PTM; SDM kesehatan