Kajian pola spasial, fisiologis, dan agronomis Teratai (Nymphaea pubescens Willd.) dI rawa lebak, Kalimantan Sselatan
Bakti Nur Ismuhajaroh, Prof Dr. Ir. Didik Indradewa, Dip.Agr.St.; Ir. Budiastuti Kurniasih, M.Sc., PhD.; Prof. Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah U., M.P., M.Sc.
2024 | Disertasi | S3 Ilmu Pertanian
Teratai (Nymphaea pubescens Willd. Nympheaceae) merupakan tanaman rawa penghasil pangan fungsional yang perlu
dikembangkan. Pengaruh zona kedalaman air dan tingkat kompetisi dengan tumbuhan
lainnya yang cukup tinggi diperlukan untuk meningkatkan hasil bijinya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
informasi mengenai karakter lingkungan tumbuh, pola sebaran spasial N. pubescens, kesesuain rawa lebak
tempat budidaya N. pubescens dengan menganalisis
peta ortho-mosaik, mengkaji gatra fisiologi, dan agronomi di rawa lebak pada
kedalaman air dan penyiangan untuk pengembangan N. pubescens di rawa lebak.
Penelitian pertama meliputi pembuatan
peta ortho-mosaik untuk mendapatkan karakter lingkungan tumbuh N. pubescens dengan mempelajari kondisi
fisik-kimia, lingkungan tumbuh, dan mengidentifikasi tumbuhan akuatik.
Lingkungan tumbuh yang diperoleh dikelompokkan menjadi empat zona tingkat
kedalaman air yaitu, zona I (28–95
cm), zona II (28–99),
zona III (54–112 cm), dan
zona IV (55–124 cm). Pada
penelitian yang kedua N. pubescens
yang hidup di empat zona dengan perlakuan budidaya dilakukan kajian gatra
fisiologis dan agronomisnya untuk mengetahui potensi hasil bijinya.
Hasil
penelitian pertama menunjukkan bahwa N.
pubescens tumbuh dengan pola sebaran line
dan dapat tumbuh di semua zona
kedalaman air yang berbeda. Semakin bertambah tingkat kedalaman air, kerapatan N. pubescens semakin menurun. Hasil penelitian
kedua menunjukkan bahwa N. pubescens tidak
mengalami cekaman terlihat pada indikator daun umur 12 hari yang tidak berbeda
nyata pada lebar bukaan stomata, laju transpirasi, klorofil a+b,
laju fotosintesis, H2O2, dan AsA. Energi yang diperlukan
untuk pertumbuhan di zona IV lebih banyak sehingga energi yang tersimpan lebih rendah,
terlihat pada indikator berat segar per buah, panjang buah, berat kering biji
per buah, berat kering 1000 butir sehingga produksi biji yang dihasilkan dan IP
lebih rendah dibandingkan zona I, II, dan III. Produksi biji dan IP teratai
tidak berbeda dengan perlakuan tanpa penyiangan. Nymphaea
pubescens dengan
daun yang telah mencapai di permukaan air tidak memerlukan
penyiangan.
Waterlilies (Nymphaea pubescens Willd. Nympheaceae), a functional
food-producing swamp plant, requires further development. To increase seed
yield, it is imperative to understand the effects of water depth zones and high
competition with other plants. This study aims to gather data on the growing
environment's characteristics, waterlily spatial distribution patterns, and the
lebak swamp's suitability for waterlily cultivation. This will be done by
analyzing ortho-mosaic maps, as well as examining physiological and agronomic
aspects of N. pubescens development in the lebak swamp, considering
water depth and weeding.
The
initial study involved creating ortho-mosaic maps to delineate the growing
conditions of N. pubescens through examining physico-chemical variables, vegetation
identification, and the overall growth environment. The growing environment was
segregated into four water depth zones: zone I (28-95 cm), zone II (28-99),
zone III (54-112 cm), and zone IV (55-124 cm). The study analyzed the
physiological and agronomic aspects of N.
pubescens in four zones using cultivation treatment to determine
its potential seed yield.
The results of the first
suggest that N. pubescens grows with
a line distribution pattern and can grow in all different water depth zones. As
the water depth increases, the density of N. pubescens decreases.
The second research suggest that N. pubescens did
not experience stress as seen in leaf indicators, especially at the age of 12
days, which did not differ significantly in stomatal opening width,
transpiration rate, chlorophyll a+b, photosynthesis rate, H2O2,
and AsA. The energy required for growth in zone IV is more so that the energy
stored is lower, seen in the indicators of fresh weight per fruit, fruit
length, dry weight of seeds per fruit, dry weight of 1000 grains so that the
production of seeds produced and IP is lower than in zone I , II, and III.
Weeding treatment is not necessary because N. pubescens seed production and IP are no different from the treatment without
weeding.
Kata Kunci : Nymphaea pubescens, rawa lebak, zona kedalaman air, budidaya