Laporkan Masalah

PENGARUH FRAKSI AKTIF CIPLUKAN (Physalis angulata) TERHADAP STRUKTUR SEL-SEL SPERMATOGENIK DAN INFLAMASI TESTIS TIKUS WISTAR (Rattus norvegicus) DIABETES MELITUS YANG DIINDUKSI STREPTOZOTOCIN

Kim Danasjz Syafeti, Prof. Dr. dr. Dicky Moch. Rizal, M.Kes., Sp.And(K)., AIFM , dr. Nur Arfian, Ph.D

2024 | Tesis | S2 Ilmu Kedokteran Dasar dan Biomedis

INTISARI

Latar Belakang : Hiperglikemia pada diabetes melitus menyebabkan terjadinya stres oksidatif yang berujung pada inflamasi dan jumlah sel-sel spermatogenik yang turun sehingga dapat mempengaruhi reproduksi khususnya pada pria berakibat pada infertilitas. Ciplukan (P. angulata) memiliki senyawa flavonoid yang berperan sebagai antioksidan untuk menangkal radikal bebas dan memiliki efek proteksi serta perbaikan pada sel-sel spermatogenik tikus diabetes melitus.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh fraksi aktif ciplukan (P. angulata) terhadap histologi jumlah sel-sel spermatogenik, ekspresi mRNA NF?B dan TNF-? pada testis tikus model diabetes melitus. 

Metode : Penelitian ini menggunakan desain penelitian posttest-only control group design. Terdiri dari 5 kelompok perlakuan, kelompok kontrol (K), kelompok DM (K-DM), kelompok DM + fraksi aktif P.angulata dosis 8,5 mg/kg BB (KP-1), kelompok DM + fraksi aktif P. angulata dosis 34 mg/kg BB (KP-2), dan kelompok DM + fraksi aktif P. angulata 136 mg/kg BB (KP-3). Masing-masing terdiri dari 5 ekor tikus putih jantan (Rattus norvegicus) galur Wistar. Gambaran histologi testis diamati pada preparat dengan pewarnaan HE, perbesaran 400x. Ekspresi mRNA NF?B dan TNF-? diuji menggunakan qPCR. Analisis statistik menggunakan software SPSS, uji normalitas Shapiro-Wilk, dan uji Anova sebagai uji hipotesis. 

Hasil : Jumlah spermatogonium K-DM (14,36±0,59) lebih sedikit dibandingkan dengan K (17,00±1,00) dan berbeda signifikan (p=0,002). Jumlah spermatogonium KP-1, KP-2 dan KP-3 (15,72±1,60 ; 14,84±0,73 dan 15,96±1,42) lebih banyak dibandingkan dengan K-DM. KP-1 dan KP-2 tidak berbeda signifikan (p=0,073 dan 0,512), KP-3 berbeda signifikan (p=0,038). Jumlah spermatosit primer K-DM lebih sedikit (9,16±1,43) dibandingkan dengan K (14,88±1,25) berbeda signifikan (p=<0 xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed>P. angulata pada kelompok DM, KP-2 dan KP-3 secara statistik berbeda signifikan dibandingkan dengan K-DM (p<0>0,05).

Kesimpulan : Jumlah sel-sel spermatogenik pada kelompok tikus DM yang diberi fraksi P. angulata lebih banyak dibandingkan dengan kelompok tikus DM yang tidak diberi fraksi aktif P. angulata. Ekspresi mRNA NF?B dan TNF-? pada kelompok tikus DM yang diberi fraksi P angulata lebih rendah dibandingkan dengan kelompok tikus DM yang tidak diberi fraksi aktif P. angulata. 

Kata kunci : fraksi aktif, ciplukan, P. angulata, testis, NF?B, TNF-?, DM. 

ABSTRACT

Background : Hyperglycemia in diabetes mellitus causes oxidative stress, leading to inflammation and fewer number of spermatogenic cells, which can affect reproduction, especially in men, resulting in infertility. Ciplukan (P. angulata) contains flavonoid compounds that act as antioxidants to counteract free radicals and have a protective and terapeutic effect on spermatogenic cells in diabetic rats.

Objective : This study aims to investigate the effect of the active fraction of Physalis angulata on the histology of spermatogenic cells, in addition to mRNA expression of NFkB, and TNF-? in the testis of diabetic rat model.

Method : This study employed a post-test-only control group design. It consisted of 5 treatment groups: control group (K), DM group (K-DM), DM group + active fraction of P. angulata at a dose of 8,5 mg/kg BW (KP-1), DM group + active fraction of P. angulata at a dose of 34 mg/kg BW (KP-2), DM group + active fraction of P. angulata at a dose of 136 mg/kg BW (KP-3). Each group comprised of 5 male white rats (Rattus norvegicus) of the Wistar strain. Testicular histology was prepared with HE-staining and then observed under a microscope at 400x magnification. The mRNA expression of NFkB and TNF-? was tested using qPCR. All statistical analysis including Shapiro-Wilk test for normality and ANOVA for hypothesis testing was performed in SPSS.

Results: The number of K-DM spermatogonia (14.36 ± 0.59) was less than K (17.00 ± 1.00) and was significantly different (p = 0.002). The number of KP-1, KP-2 and KP-3 spermatogonia (15.72 ± 1.60; 14.84 ± 0.73 and 15.96 ± 1.42) was greater than that of K-DM. KP-1 and KP-2 are not significantly different (p=0.073 and 0.512), KP-3 is significantly different (p=0.038). The number of primary spermatocytes in K-DM was less (9.16 ± 1.43) compared to K (14.88 ± 1.25), which was significantly different (p=<0 xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed xss=removed>P. angulata in the DM, KP-2 and KP-3 groups which were statistically significantly different compared to K-DM (p<0>0.05).

Conclusion: The number of spermatogenic cells in the group of DM rat that were given the P. angulata fraction was greater than in the group of DM rat that were not given the active P. angulata fraction. The expression of NF?B and TNF-? mRNA in the group of DM rat that were given the P.angulata fraction was lower compared to the group of DM rat that were not given the active P. angulata fraction.

Key words: active fraction, ciplukan, P. angulata, testis, NF?B, TNF-?, DM

Kata Kunci : fraksi aktif, ciplukan, P. angulata, testis, NF?B, TNF-?, DM.

  1. S2-2024-495671-abstract.pdf  
  2. S2-2024-495671-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-495671-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-495671-title.pdf