Hubungan Usia Pertama Kali dan Durasi Merokok dengan Intensitas Merokok pada Remaja Pria Usia 15-24 Tahun di Indonesia (Analisis SDKI KRR 2007, 2012 dan 2017)
Putri Hanani Nazihah, dr. Ifta Choiriyyah, MSPH., Ph.D
2024 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Latar belakang: Merokok di kalangan remaja masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat penting tingkat dunia karena efek kecanduan, kesehatan, dan ekonomi jangka pendek dan panjang yang besar. Di Indonesia, prevalensi merokok pada usia remaja (10-18 tahun) terus meningkat, dari 7,2% pada tahun 2013 menjadi 9,1% pada tahun 2018 (Riskesdas 2018). Sebagian besar perokok memulai merokok di usia remaja dan kebiasaan merokok sejak usia dini ini dikaitkan dengan intensitas merokok yang tinggi dan kecanduan di usia selanjutnya. Pengetahuan mengenai tren hubungan antara usia pertama kali merokok dan intensitas merokok dapat menjadi informasi penting untuk program dan kebijakan pencegahan merokok pada remaja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tren hubungan usia pertama kali dan durasi merokok dengan intensitas merokok pada remaja di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) khususnya Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) tahun 2007, 2012 dan 2017. Uji analisis bi-varibel menggunakan regresi linier sederhana untuk melihat nilai koefisien ? serta signifikansi hubungan variabel independen dan variabel luar terhadap variabel dependen, analisis multi-variabel menggunakan regresi linier berganda dengan transformasi log variabel dependen (intensitas merokok-jumlah batang rokok yang dihisap per hari) karena distribusi yang tidak normal. Hasil: Usia pertama kali dan intensitas merokok pada remaja pria memiliki hubungan negatif; untuk setiap satu tahun peningkatan usia pertama kali merokok, jumlah batang rokok yang diisap per hari menurun 2% pada tahun 2007 dan 2,2% pada tahun 2012 pada remaja usia 20-24 tahun. Sebaliknya, durasi merokok dan intensitas merokok memiliki hubungan positif; untuk setiap peningkatan satu tahun durasi merokok, jumlah batang rokok yang diisap per hari meningkat 4,4% sampai 11,2% pada remaja pria usia 15-19 tahun dan 2,8% sampai 4,4% pada remaja pria usia 20-24 tahun. Faktor lain yang berhubungan positif dengan intensitas merokok adalah status pekerjaan dan tingkat kekayaan, sedangkan yang berhubungan negatif yaitu tingkat pendidikan dan tempat tinggal. Wilayah Jawa dan Bali & Nusa Tenggara berhubungan negatif dengan intensitas merokok, namun wilayah Kalimantan dan Sulawesi berhubungan positif. Kesimpulan: Perilaku merokok remaja pria di Indonesia dari 2007 hingga 2017 semakin membaik dengan meningkatnya prevalensi remaja pria yang tidak pernah merokok dan menurunnya prevalensi remaja pria yang teratur merokok, perlunya intervensi untuk pencegahan remaja merokok teratur, hubungan durasi merokok dengan intensitas merokok pada remaja lebih signifikan dibanding usia pertama kali merokok, dan faktor lain seperti usia, status pekerjaan, tingkat pendidikan, wilayah, tempat tinggal dan tingkat kekayaan juga berhubungan dengan intensitas merokok pada remaja pria.
Kata kunci : Intensitas merokok, usia pertama kali merokok, durasi merokok, remaja pria.
Background: Adolescent smoking remains one of the world's most important public health problems due to its large short- and long-term addictive, health, and economic effects. In Indonesia, the prevalence of smoking among adolescents (10-18 years) continues to increase, from 7.2% in 2013 to 9.1% in 2018 (Riskesdas 2018). Most smokers start smoking in adolescence and this early smoking is associated with high smoking intensity and addiction later in life. Knowledge of the trend in the relationship between age at first smoking and smoking intensity can provide important information for adolescent smoking prevention programs and policies. Objective: This study aimed to determine the trend of the relationship between age at first and duration of smoking with smoking intensity in adolescents in Indonesia. Methods: This study used a cross-sectional design by analysing data from the Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS), especially Adolescent Reproductive Health (RH) in 2007, 2012 and 2017. The bi-variable analysis test used simple linear regression to see the value of the ? coefficient and the significance of the relationship between the independent variable and the outside variable on the dependent variable, multi-variable analysis used multiple linear regression with log transformation of the dependent variable (smoking intensity-number of cigarettes smoked per day) due to abnormal distribution. Results: Age at first start and smoking intensity in male adolescents have a negative relationship; for every one-year increase in age at first start, the number of cigarettes smoked per day decreased by 2% in 2007 and 2.2% in 2012 in adolescents aged 20-24 years. In contrast, smoking duration and smoking intensity had a positive association; for every one-year increase in smoking duration, the number of cigarettes smoked per day increased by 4.4% to 11.2% in male adolescents aged 15-19 years and 2.8% to 4.4% in male adolescents aged 20-24 years. Other factors positively associated with smoking intensity were employment status and wealth level, while those negatively associated were education level and place of residence. Java and Bali & Nusa Tenggara were negatively associated with smoking intensity, but Kalimantan and Sulawesi were positively associated. Conclusion: The smoking behavior of male adolescents in Indonesia from 2007 to 2017 is improving with the increasing prevalence of male adolescents who have never smoked and the decreasing prevalence of male adolescents who smoke regularly, the need for interventions to prevent adolescents from smoking regularly, the association of smoking duration with smoking intensity in adolescents is more significant than the age of first smoking, and other factors such as age, employment status, education level, region, residence and wealth level are also associated with smoking intensity in male adolescents.
Keywords: Smoking intensity, age at first smoking, smoking duration, male adolescents.
Kata Kunci : Intensitas merokok , usia pertama kali merokok , durasi merokok , remaja pria / smoking intensity , age at first smoking , smoking duration , male adolescents.