Conversion Within Islam: Becoming Shia In Majority Sunni In Indonesia
Imran, Dr. Siti Syamsiyatun
2024 | Disertasi | S3 INTER-RELIGIOUS STUDIES
Sejak revolusi islam iran yang dipimpin oleh imam Khomeini, syiah dan komunitasnya mendapat cukup banyak perhatian sebagai subjek penelitian. Di Indonesia, tema-tema kajian syiah kebanyakan diteliti dalam kerangka narasi besar yaitu syiah sebagai sebuah institusi, syiah sebagai ideologi politik, syiah sebagai komunitas agama dan sebagainya. Kajian-kajian tersebut masih memandang syiah ‘institusi’ sementara kajian mengenai bagaimana dieksperikan dalam kehidupan sehari-hari masih belum banyak mendapat perhatian.
Tulisan ini bertujuan menelusui bagaimana fenomena konversi dari sunni ke syiah di Indonesia. Apa yang melatarbelakangi pilihan untuk melakukan konversi bahkan Ketika konsekuensinya konversi ke syiah berpotensi menimbulkan tegangan psikologis, ekonomi, sosial, dan politik. Penelitian dilaksanakan di empat kota yaitu kota Jakarta. Bandung, Yogyakarta, dan Makassar. Kota-kota tersebut digunakan untuk merepresentasi Indonesia. Kota-kota tersebut juga dipilih karena kebanyakan penganut syiah bermukim di daerah perkotaan.
Penelitian ini menggunakan teori fenomenologi dan konsep dialogisme Bakhtin sebagai pisau analasis. Desain penelitian menggunakan metode autoetnografi. Metode yang digunakan dalam pendekatan ini adalah wawancara mendalam dan observasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat setidaknya empat pintu perjumpaan yang menjadi argumentasi utama keputusan para informan melakukan konversi. Pintu tersebut adalah filsafat, Sejarah, Irfan/sufism, dan fiqh. Tipologi tersebut merupak pola tipologi konversi yang ditemukan dalam penelitian. Kebanyakan orang yang konversi dari sunni ke syiah biasanya melewati satu atau beberapa pintu tersebut yang menjadi tonggak penerimaan mereka terhadap syiah.
Since the Iranian Islamic revolution led by Imam Khomeini, Shia and its community have received a lot of attention as a research subject. In Indonesia, the theme of Shia studies is still mostly researched within the framework of a grand narrative, namely Shia as an institution, Shia as a political, Shia as a religious group and so on. Studies on Shia still view Shia as 'institutional Shia' while studies on how Shia is expressed in daily life or ' everyday/lived shia' have not received much attention.
This paper aims to examine how the phenomenon of conversion from Sunni-Shia in Indonesia. What underlies the choice to convert even with the consequence that conversion to Shia has the potential to cause psychological, economic, social and political tensions. This research was conducted in four cities in Indonesia, namely Jakarta, Bandung, Yogyakarta and Makassar. These cities are used to represent Indonesia. these cities were also chosen because of the large Shia population in the urban area.
This study uses the theory of phenomenology and the concept of Bakhtin's dialogism as an analytical tool. The research use autoethnography as a research design. The method used in this approach is an in-depth interview and field observation. The results of the study show that there are at least four 'gates' which are the main arguments in their decision to convert from Sunni to Shia. These gates are 'philosophy', 'history', 'Irfan/Sufism', and 'fiqh gates'. The typology of encounters through the four doors is a strong typology that I encountered in my research. most people who convert from Sunni to Shia usually pass through one or several gates that become milestones for their acceptance of Shia.
Kata Kunci : Religious Conversion, Sunni, Shia, Islam, Indonesia