EKSISTENSI LANGGAR DI KAMPUNG KAUMAN YOGYAKARTA
Hafsah Intifadhoh Rabbaniyah, Ir. Ikaputra, M.Eng., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur
Kampung Kauman Yogyakarta terdefinisi sebagai kampung religius dengan beragam aktivitas agama islam yang menjadi rutinitas sehari-hari masyarakat di masa lalu. Dalam kawasan tersebut terdapat sebuah Masjid Gedhe sebagai masjid kagungan dalem dan melayani kegiatan keagamaan dengan skala pelayanan kota. Namun demikian, ditemukan pula sejumlah langgar sebagai tempat peibadatan yang tersebar secara masif di Kauman. Dalam perjalanannya, terjadi perubahan-perubahan pada langgar di Kauman. Fenomena tersebut memunculkan pertanyaan: mengapa suatu kampung yang sudah memiliki masjid dengan skala pelayanan kota, masih ditemukan langgar dengan jumlah masif di dalamnya? Berdasarkan kondisi tersebut, penelitian ini mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut: (1) Bagaimana proses kemunculan langgar di Kauman Yogyakarta?; (2) Bagaimana perubahan yang terjadi pada langgar dari masa ke masa?; (3) Bagaimana eksistensi langgar di masa lalu dan sekarang di Kauman Yogyakarta?. Penelusuran lapangan dan penyusunan data penelitian menggunakan metode induktif kuaitatif, sehingga narasi yang tebangun dapat menjelaskan pertanyaan ‘bagaimana’ yang diajukan. Dilakukan pengukuran langgar serta wawancara mendalam terhadap narasumber di setiap langgar. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat dua kategorisasi langgar di Kauman, yaitu Langgar Kiai dan Langgar Komunitas. Lebih lanjut, terdapat 4 langgar yang mengalami perubahan fungsi. Ditemukan bahwa perubahan fungsi menjadi faktor yang menentukan eksistensi langgar. Secara lebih jauh, motif pengadaan langgar berperan penting dalam perjalanan eksistensi, dimana aspek tersebut berkaitan erat dengan pemenuhan kebutuhan dari pengguna langgar.
The village of Kauman in Yogyakarta is defined as a religious village with various Islamic activities that were part of the daily routine of the community in the past. In this area, there is a Masjid Gedhe as the central mosque (kagungan dalem) serving religious activities on a city-wide scale. However, there are also several langgar (prayer halls) found extensively scattered throughout Kauman. Over time, changes have occurred in the langgar in Kauman. This phenomenon raises the question: why, in a village already equipped with a city-scale mosque, are langgar still found in large numbers within it? Based on this condition, this research poses the following research questions: (1) How did the langgar emerge in Kauman, Yogyakarta?; (2) What changes have occurred in the langgar over time?; (3) What is the existence of langgar in the past and present in Kauman, Yogyakarta? Field research and data compilation were conducted using qualitative inductive methods, so that the constructed narrative could explain the 'how' questions posed. Measurements of langgar and in-depth interviews with informants at each langgar were conducted. This research found that there are two categorizations of langgar in Kauman, namely Langgar Kiai and Langgar Komunitas (Community Langgar). Furthermore, four langgar were found to have changed functions. It was found that changes in function are a determining factor in the existence of langgar. Furthermore, the motif for establishing langgar plays a crucial role in the journey of their existence, as this aspect is closely related to fulfilling the needs of langgar users.
Kata Kunci : eksistensi, langgar, kiai, komunitas, Kauman Yogyakarta