Laporkan Masalah

Hubungan Antara Keterhubungan Orang Tua Dengan Gejala Depresi Pada Remaja Awal di Indonesia: Analisis Data Global Early Adolescent Study (GEAS) Gelombang II

Resti Ami Indri Wardani, dr. Ifta Choriyyah, MSPH. Ph.D;dr. Amirah Ellyza Wahdi., MPH

2023 | Tesis | S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Latar Belakang : Data WHO menunjukkan sebagian dari permasalahan kesehatan mental mulai bermunculan pada usia 14 tahun. WHO 2015 memperkirakan 4,4% populasi global mengalami depresi,  termasuk anak-anak dan remaja di bawah usia 15 tahun. Data Riskesdas tahun 2018 menunjukkan 6,1% penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas  mengalami gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala depresi  dan  kecemasan, setara dengan 11 juta orang. Namun, banyak aspek permasalahan kesehatan remaja yang belum teridentifikasi sehingga belum banyak dasar bukti yang dapat digunakan untuk menyusun kebijakan dan program. Belum ditemukan penelitian yang secara khusus membahas hubungan antara keterhubungan orangtua dengan gejala depresi pada remaja awal (10-14 tahun) di Indonesia dengan peserta yang mewakili variasi konteks sosial budaya, pengaruh globalisasi serta pariwisata dan kontak dengan budaya non-asli di Indonesia. Hal tersebut membuat peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara keterhubungan orangtua dengan gejala depresi pada remaja awal (10-14 tahun) di Indonesia menggunakan data GEAS gelombang 2.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara parent connectedness dengan gejala depresi pada remaja awal di Indonesia berdasarkan data GEAS gelombang 2
Metode : Peneliti menggunakan data GEAS gelombang 2 di Indonesia. Sampel penelitian ini adalah remaja 10-14 tahun peserta GEAS di kota Denpasar, Bandar Lampung, dan Semarang. Uji analisis yang digunakan yaitu uji chi-square untuk mencari kemaknaan hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat serta variabel luar dengan variabel terikat dan uji regresi logistik untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan mempertimbangkan variabel kontrol.
Hasil : Analisis menunjukkan 50,5% remaja awal (usia 10-14) memiliki keterhubungan dengan orangtua yang baik dan 47% memiliki keterhubungan yang buruk; sedangkan 5,4% remaja terkategori sebagai MDD. Persentase remaja yang terkategori sebagai MDD dua kali lebih tinggi pada mereka yang memiliki keterhubungan orangtua yang buruk dibandingkan dengan remaja yang memiliki keterhubungan orangtua yang baik (7,7% vs 3,3%). Remaja awal dengan keterhubungan orangtua yang baik berpeluang 70% lebih rendah untuk mengalami gangguan depresi mayor (MDD) dibandingkan remaja dengan keterhubungan orangtua yang buruk (OR 0,35 [0,24-0,51]).
Kesimpulan : Program dukungan keluarga untuk untuk membantu pengasuhan orang tua dapat dikembangkan sebagai upaya pencegahan depresi pada remaja. Dengan program dukungan keluarga, remaja diharapkan lebih merasa nyaman untuk membicarakan mengenai apa yang mereka rasakan. Program keluarga ini juga dapat menjadi bekal bagi orangtua untuk  meningkatkan komunikasi efektif dan berkualitas dengan remaja yang selanjutnya meningkatkan keterhubungan orang tua-remaja. Kerjasama dengan sekolah mungkin juga dibutuhkan untuk mengembangkan program dukungan keluarga

Background: WHO data shows that some mental health problems begin to emerge at the age of 14. WHO 2015 estimates that 4.4% of the global population experiences depression, including children and adolescents under the age of 15. Riskesdas data in 2018 showed that 6.1% of the Indonesian population aged 15 years and over experienced mental emotional disorders indicated by symptoms of depression and anxiety, equivalent to 11 million people. However, many aspects of adolescent health problems have not been identified, so there is not much evidence base that can be used to develop policies and programs. There is no research that specifically addresses the relationship between parental connectedness and depressive symptoms in early adolescents (10-14 years old) in Indonesia with participants who represent a variety of socio-cultural contexts, the influence of globalization and tourism and contact with non-native cultures in Indonesia. This makes researchers interested in looking at the relationship between parental connectedness and depressive symptoms in early adolescents (10-14 years) in Indonesia using GEAS wave 2 data.
Objectives: This study aims to identify the relationship between parent connectedness and depressive symptoms in early adolescents in Indonesia based on GEAS wave 2 data.
Methods: Researchers used GEAS wave 2 data in Indonesia. The samples of this study were adolescents 10-14 years of GEAS participants in the cities of Denpasar, Bandar Lampung, and Semarang. The analytical test used is the chi-square test to find the meaning of the relationship between the independent variable and the dependent variable and the external variable with the dependent variable and the logistic regression test to determine the magnitude of the influence of the independent variable on the dependent variable by considering the control variable.
Results: The analysis showed that 50.5% of early adolescents (aged 10-14) had a good relationship with parents and 47% had a poor relationship; while 5.4% of adolescents were categorized as MDD. The percentage of adolescents categorized as MDD was twice as high among those with poor parental connectedness compared to those with good parental connectedness (7.7% vs 3.3%). Early adolescents with good parental connectedness were 70% less likely to experience major depressive disorder (MDD) than adolescents with poor parental connectedness (OR 0.35 [0.24-0.51]).
Conclusion: A family support program to assist parenting can be developed as an effort to prevent depression in adolescents. With the family support program, adolescents are expected to feel more comfortable to talk about what they feel. This family program can also be a provision for parents to improve effective and quality communication with adolescents which further improves the parent-adolescent relationship. Collaboration with schools may also be needed to develop family support programs.

Kata Kunci : Keterhubungan orangtua, remaja awal, gejala depresi

  1. S2-2023-475971-abstract.pdf  
  2. S2-2023-475971-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-475971-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-475971-title.pdf  
  5. S2-2024-475971-abstract.pdf  
  6. S2-2024-475971-bibliography.pdf  
  7. S2-2024-475971-tableofcontent.pdf  
  8. S2-2024-475971-title.pdf