Laporkan Masalah

Pedagang kaki lima di kecamatan Kepanjen Kidul kotamadya Blitar : Studi tentang karakteristik sosial ekonomi dan latar belakang keluarga

Soehardjito HS, Drs. Kasto, M.A.

1987 | Skripsi | S1 GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

Proporsi angkatan kerja yeng bekerja pada sektor informal di daerah perkotaan ada kecenderungan semakin besar, akibat tidak terserapnya angkatan kerja ke da-lam sektor formal. Sektor informal di daerah perkotaan ini terdiri dari bermacam-macam unit kegiatan usaha, yang tidak bisa digeneralisasikan antara satu unit usaha dengan lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan karakteristik unit-unit usaha yang termasuk sebagai pe-dagang kaki lima, yang meliputi karakteristik demografi, sosial maupun ekonominya. Disamping itu juga ditelaah latar belakang sosial ekonomi keluarga pedagang kaki lima dengan menggunakan indikator status ekonomi keluarga, jumlah tanggungan keluarga dan penghasilan keluarga. ketode penelitian yang digunakan adalah stu-di kasus, deluran daerah penelitian .Lecamatan kepanjen kidul, Kotamadya Blitar. Responden penelitian ini adalah seluruh unit usaha pedagang kaki lima yang berjualan di daerah penelitian, Di dalam penelitian ini digunakan metode analisis tabel frekuensi, tebel silang, dan uji statistik untuk memperkuat penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang nyata antara karakteristik demografi, sosial, dan ekonomi angkatan kerja yang menekuni unit-unit usaha pedagang kaki lima. Unit usaha kios sandang ditandai dengan karakteristik angkatan kerja berumur muda, pendidikan relatif tinggi, jumlah tanggungan kelua.rga relatif sedikit, jam kerja panjang (lebih dari 75 jam/ minggu), modal kerja besar, dan penghasilan yang diperoleh tinggi. Unit usaha kios rokok dijalankan oleh angkatan kerja berumur menengah (25-64 tahun), berpendidikan rendah (tabun sukses pendidikan 0-6 tahun), jumlah tang-gungan keluarga agak sedikit (22,3 prosen kurang dari 2 orang), mempunyai jam kerja pendek, menjalankan usaha belum lama (53,7 persen kurang da.ri 5 tahun), frekuensi ganti pekerjaan kecil (41,5 persen ganti pekerjaan satu kali), modal kerja kurarg dari Rp.100.000,- dan pengha-silannya paling rendah di antara unit usaba lainnya. Warung makanan minuman ditekuni oleh angkatan kerja yang berumur relatif tua (paling banyak yang berumur lebih dari 64 tahun), pendidikannya sangat rendah bahkan paling banyak (21,4 persen) yang tidak pernah sekolah, jumlah tanggungan keluarga besar, lama usaha paling banyak yang sudah menjalankan selama 15 tahun atau lebih namun jam kerjanya termasuk menengah 74 a.m/minggu), frekuensi ganti pekerjaan paling tinggi k42,9 persen pernah genti pekerjaan dua kali atau lebih), modal kerja awal yang diperlukan cukup tinggi (antara Rp.100.000,- sampai Rp.250.000,-) dan penghasilan yang diperoleh termasuk menengah (antara Rp. 10.000,- sampai Rp.20.000,- tiap minggu). Prombengan besi/onderdil dijalankan oleh angkatan kerja yang berumur relatif tua yang berpendidikan rendah namun cukup banyak (14,6 persen) yang berpendidikan relatif tinggi, jumlah tanggungan keluarga besar sebagian besar lebih da.ri 4 orang), lama usaha kurang dari 10 tahun, tetapi sebanyak 17,1 persen telah menjalankan usahanya. 15 tahun atau lebih dengan jam kerja yang relatif pendek k93,7 persen pedagang bekerja antara jam/minggu bahkan 7,2 persen dari mereka bekerja kurang dari 35 jam/minggu). Modal kerja awal yang dibutuhkan unit usaha ini paling rendah (43,5 persen memulai usahanya dengan modal kurang dari Rp.50.000) dan penghasilannya cukup rendah (56,1 persen berpenghasilan kurang dari Rp.10.000/minggu). Dengan menggunakan indikator indeks pemilikan barang berharga diketemukan bahwa unit usaha kios sandang mempunyai latar belakang status ekonomi paling tinggi, prombengan besi/onderdil berstatus ekonomi rendah,sedangkan unit usaha kios rokok dan warung makanan/ minuman beriatar belakang status ekonomi rendah sampai sangat rendah. Dari penelitian ini juga diketemukan bahwa ada hubungan negatif antara penehasilan dengan partisipasi anggota keluarga yang bekerja. Jadi, bagi pedagang kaki lima yang mempunyai penghasilan rendah, sumbangan penghasilan anggota keluarga yang bekerja mempunyai arti yang besar bagi penghasilan keluarga.

-

Kata Kunci : Pedagang Kaki Lima,Kepanjen,Blitar,Jawa Timur

  1. S1-1987-Soehardjito_HS-abstract.PDF  
  2. S1-1987-Soehardjito_HS-bibliography.PDF  
  3. S1-1987-Soehardjito_HS-tableofcontent.PDF  
  4. S1-1987-Soehardjito_HS-title.PDF