Potensi Berjalan Kaki Pada Kota Pusaka Dengan Pengaruh Kolonial Belanda: Studi Kota Lama Semarang
Maria Orchita Bella, Isti Hidayati, S.T., M.Sc., Ph.D.
2024 | Tesis | S2 Magist.Prnc.Kota & Daerah
Kota pusaka di Jawa diyakini memiliki potensi berjalan kaki (walkability) terlihat dari elemen utama morfologi kota yang terletak berdekatan, terutama kotakota pusaka yang memiliki pengaruh kolonial Belanda.
Semarang sebagai salah satu kota pusaka di Indonesia, merupakan tonggak pergerakan ekonomi Jawa pada masa lampau. Pertimbangan Kota Semarang dipilih karena faktor budaya dan politik merepresentasikan pengaruh kolonial Belanda.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi potensi berjalan kaki (walkability) di kawasan kota pusaka Kota Lama Semarang yang memiliki pengaruh kolonial Belanda, 2) mengidentifikasi pengaruh faktor fisik dan non fisik Kota Lama Semarang dengan potensi berjalan kaki (walkability). Faktor fisik pembentuk kawasan kota pusaka terdiri dari pola ruang, struktur ruang dan urban desain, faktor non fisik terdiri dari, sosial, ekonomi, budaya dan politik kota.
Penelitian ini menggunakan metode campuran kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan melalui studi historis, interpretasi kondisi visual lapangan, wawancara dan kuisioner. Metode analisis terdiri dari tiga tahapan: 1) identifikasi elemen fisik kawasan 2) penilaian potensi tingkat walkability kawasan (analisis makro) dan potensi versus kondisi aktual walkability di masing-masing penggal jalan (analisis mikro), 3) penilaian kondisi aktual walkability berdasarkan persepsi pejalan kaki melalui analisis kuisioner dan wawancara.
Secara keseluruhan walkability kawasan Kota Lama Semarang (skala makro) memenuhi 80%, yang berarti aktivitas dapat dilakukan dengan berjalan kaki. Temuan penelitian menunjukkan bahwa konteks Kota Lama Semarang sebagai kawasan wisata cagar budaya menjadi tujuan utama perjalanan berjalan kaki. Secara potensi morfologi kawasan, desain arsitektur, sosial, budaya dan ekonomi yang dipengaruhi oleh Kolonial Belanda pada masa lampau mampu menjadi daya tarik utama yang mendorong masyarakat berjalan kaki ditambah dengan faktor keberhasilan regenerasi perkotaan dengan revitalisasi pedestrian dan banyaknya bangunan difungsikan kembali. Festival dan seni jalanan yang ditemukan adalah nilai tambah yang menjadi daya tarik berjalan kaki di Kota Lama Semarang. Kurangnya peneduh jalan dan proteksi keamanan dari kejahatan dan kepadatan lalu lintas menjadi faktor yang tidak mendorong berjalan kaki. Penelitian ini memberikan pengetahuan baru bahwa pada kota pusaka, daya tarik kota memberikan pengaruh terbesar jika diimbangi dengan regenerasi perkotaan.
Heritage cities in Java are believed to have the potential for walking (walkability) as seen from the main elements of city morphology which are located close to each other, especially heritage cities that have Dutch colonial influences.
Semarang, as one of the heritage cities in Indonesia, is a city which was a milestone in Java's economic movement in the past. The consideration of the city of Semarang was chosen because the cultural and political factors represent Dutch colonial influences.
This research aims to: 1) identify the potential of walking (walkability) in a heritage city of Semarang Old Town which have Dutch colonial influences, 2) identify the influence of physical and non-physical of urban form elements in a heritage city, Semarang Old Town which encourage walking (walkability). The physical factors consist of spatial patterns, structures and urban designs, non-physical factors consist of socio-economics, cultures and politicals.
This research uses a mixmethods, quantitative and qualitative methods. Data was collected through historical studies, interpretation of visual field conditions, interviews and questionnaires. The analysis method consists of three stages: 1) Identifying the physical elements in the area 2) assessing the potential and real condition level of walkability in the area (macro analysis) and on each road section (micro analysis), 3) assessing the actual condition of walkability based on pedestrian perception through questionnaire analysis and interviews.
Overall, the walkability of the Semarang Old City (macro scale) meets 80%, which means that activities can be done by walking. The research findings show that the context of Semarang Old City which currently become a cultural heritage tourism area, is the main destination for walking trips. In terms of the potential, its morphology, urban designs, socio-cultures and economics influenced by The Dutch Colonial are able to become the main attraction that encourages people to walk, plus the success factors of urban regeneration such as pedestrian revitalization and many buildings that being reused. The festivals and street art performances found are added attractions of walking in Semarang Old City. Lack of street shading and safety protection from crime and traffic congestion are factors that discourage walking. This research provides new knowledge that in heritage cities, urban attractiveness has the greatest influence if it is combined by the success of urban regeneration.
Kata Kunci : walkability, kota pusaka, Kota Lama Semarang, Kolonial Belanda, elemen pembentuk kota