Laporkan Masalah

Pengalaman Berteman pada Remaja dengan Autism Spectrum Disorder

Josephine Chandra, Dr. Budi Andayani, M.A., Psikolog

2024 | Tesis | S2 Magister Profesi Psikologi

Autism Spectrum Disorder (ASD) ditandai dengan defisit dalam interaksi dan komunikasi sosial serta pola perilaku yang terbatas dan berulang. Gangguan pada kemampuan sosial merupakan hambatan utama remaja dengan ASD dalam berinteraksi sosial, khususnya berteman. Pertemanan memberikan manfaat pada setiap jenjang hidup, terutama saat remaja. Akan tetapi, remaja dengan ASD cenderung mengalami dan mendefinisikan pertemanan secara berbeda. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan metode studi kasus yang mewawancarai satu orang remaja dengan ASD. Partisipan dipilih dengan menggunakan opportunistic sampling, karena memiliki pengalaman berteman di sekolah inklusi dan sekolah luar biasa. Dari hasil penelitian ini terdapat dua tema utama, yaitu: pengalaman berteman dan makna pertemanan. Partisipan menunjukkan kemampuan sosial yang mendukungnya dalam berteman. Selama bersekolah di sekolah inklusi dan sekolah luar biasa, partisipan merasakan perbedaan pengalaman berteman. Meskipun mengalami kesulitan dalam mendefinisikan pertemanan, partisipan mampu menyebutkan dan menggambarkan sahabatnya. Partisipan merasakan adanya manfaat pertemanan. Walaupun senang memiliki teman, partisipan juga merasa senang untuk menghabiskan waktu seorang diri. 

Autism Spectrum Disorder (ASD) is characterized by deficits in social interaction, communication, and restricted repetitive behaviour patterns. Impairments in social abilities pose a significant challenge for adolescents with ASD, particularly in forming friendships. Friendship offers benefits through various stages of life, especially during adolescence. However, adolescents with ASD tend to experience and define friendship differently. This research uses a qualitative method with a case study method that interviews one teenager with ASD. Participants were selected using opportunistic sampling, because they had experience making friends in inclusive and special schools. The study reveals two main themes: friendship experiences and the significance of friendship. Participants exhibit social skills that support his ability to make friends. Throughout his schooling in inclusive and special settings, participants perceive differences in friendship experiences. Despite facing difficulties in defining friendship, participants can articulate and describe his friends. Participants acknowledge the benefits of friendship. While enjoying having friends, participants also express contentment in spending time alone. 

Kata Kunci : Autism spectrum disorder, pertemanan, remaja, sekolah inklusi, sekolah luar biasa

  1. S2-2024-486753-abstract.pdf  
  2. S2-2024-486753-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-486753-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-486753-title.pdf