Laporkan Masalah

Analisis Perubahan Nama Jalan di Perkotaan

Inggit Diah Novitaningrum, Heri Sutanta, S.T., M.Sc., Ph.D.

2024 | Tesis | S2 Teknik Geomatika

Fenomena perubahan nama jalan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Dalam implementasinya seringkali menimbulkan pro dan kontra. Nama jalan merupakan simbol identitas dan bagian dari informasi. Perubahan terhadap nama jalan dapat menimbulkan kebingungan dan kesalahpahaman bagi masyarakat sebagai pengguna jalan. Terlebih lagi informasi nama jalan digunakan dalam pencarian suatu lokasi atau alamat. Semakin tinggi aktivitas manusia, kebutuhan pencarian jalan (wayfinding) makin bertambah. Tujuan penelitian ini yaitu melakukan eksplorasi tentang fenomena perubahan nama jalan khususnya di Kota Yogyakarta, DKI Jakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kebumen, dan Kabupaten Magelang. Penelitian ini menyajikan informasi melalui pembuatan peta sejarah berlapis untuk menelusuri perubahan nama jalan seiring berjalannya waktu, wawancara dengan pemangku kepentingan terkait, dan wawancara pengguna untuk lebih memahami konteks perubahan nama jalan saat ini.

Pendekatan penelitian menggunakan metode campuran yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode campuran memandu kerangka kerja pengumpulan dan analisis data menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data dalam penelitian yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara kepada 39 informan yang terdiri atas 12 orang dari pemerintah dan pakar, dan 27 orang dari masyarakat. Wawancara dilakukan pada bulan Mei hingga September 2023. Selain itu, survei lapangan ke lokasi terpilih untuk memverifikasi nama jalan, mengamati nama jalan dan papan tanda yang ada, dilengkapi dengan foto-foto nama jalan. Data sekunder terdiri atas: 1) data spasial berupa data batas administrasi kabupaten/kota dan data jaringan jalan, 2) data tekstual memuat informasi perubahan nama jalan dari hasil dokumentasi di kantor-kantor pemerintah (surat keputusan, peta dan catatan administratif) dan studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai tulisan pada buku, laporan penelitian, artikel berita, dan sumber online. Validitas data dilakukan dengan triangulasi teknik dan sumber. Data perubahan nama jalan kemudian divisualisasikan dengan perangkat SIG dan dianalisis secara deskriptif. Data hasil wawancara dikategorisasi sehingga menghasilkan temuan yang mendukung faktor dan dampak perubahan nama jalan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap daerah memiliki pola perubahan yang berbeda. Perubahan nama jalan di DKI Jakarta yaitu 218 jalan, Kota Yogyakarta 74 jalan, Kabupaten Sleman 7 jalan, Kabupaten Kebumen 13 jalan, dan Kabupaten Magelang 9 nama. Pola perubahan nama jalan yang paling dominan yaitu penggunaan nama tokoh sebagai nama jalan dan perubahan nama jalan terjadi paling banyak pada masa paska kemerdekaan. Perubahan nama jalan didominasi di area pemerintahan. Faktor yang mempengaruhi perubahan nama jalan dikelompokkan dalam beberapa aspek yaitu sosial budaya, politik dan spasial. Aspek sosial budaya meliputi motivasi pembentukan identitas budaya, perubahan nilai-nilai sosial, pengakuan terhadap tokoh budaya, penghormatan terhadap tradisi agama, dan penggunaan bahasa lokal, aspek politik meliputi penghapusan nama kolonialisme, perubahan penguasa, kebijakan pemerintah, mengakomodir usulan masyarakat, pengaruh perang atau konflik, pengenalan tokoh baru, sedangkan aspek spasial meliputi pembangunan dan perencanaan kota dan memperjelas orientasi. Dampak perubahan nama jalan yaitu berkaitan dengan dampak sosial budaya berupa identitas daerah, adanya persepsi masyarakat, bahasa lisan masyarakat, penggunaan nama di ruang publik dan dampak, legal administrasi.

The phenomenon of road name changes occurs in several regions in Indonesia. Its implementation often raises pros and cons. Street names are a symbol of identity and part of information. Changes to street names can cause confusion and misunderstanding for the public as road users. Moreover, street name information is used in searching for a location or address. As human activity increases, the need for wayfinding increases. Therefore, this research aims to explore the phenomenon of street name changes, especially in Yogyakarta City, DKI Jakarta, Sleman Regency, Kebumen Regency, and Magelang Regency. This research presents information through the creation of layered historical maps to trace street name changes over time, interviews with relevant stakeholders, and user interviews to better understand the current context of street name changes.

The research approach used mixed methods, namely qualitative and quantitative methods. The mixed method guides the framework for data collection and analysis using quantitative and qualitative approaches. The data used in the research are primary data and secondary data. Primary data was obtained from interviews with 39 informants consisting of 12 people from the government and experts, and 27 people from the community. The interviews were conducted from May to September 2023. In addition, field surveys to selected locations to verify street names, observing existing street names and signboards, supplemented by photographs of street names. Secondary data consisted of: 1) spatial data in the form of district/city administrative boundary data and road network data, 2) textual data containing information on road name changes from documentation in government offices (decrees, maps and administrative records) and literature studies by studying various writings in books, research reports, news articles, and online sources. Data validity was done by  riangulating techniques and sources. Data on street name changes were visualized using GIS tools and analyzed descriptively. Interview data was categorized to produce findings that support the factors and impacts of street name changes.

The results show that each region has a different pattern of change. The changes in street names in DKI Jakarta are 218 streets, Yogyakarta City 74 streets, Sleman Regency 9 streets, Kebumen Regency 13 streets, and Magelang Regency 9 names. The most dominant pattern of street name changes is the use of the name of a character as a street name and the most changes in street names occurred in the post-independence period. Street name changes are dominated in government areas. Several factors that influence street name changes are grouped into several aspects, namely socio-cultural, political and spatial. Socio-cultural aspects include motivation for cultural identity formation, changes in social values, recognition of cultural figures, respect for religious traditions, and the use of local languages, political aspects include the elimination of colonialism names, changes in rulers, government policies, accommodating community proposals, the influence of war or conflict, the introduction of new figures, while spatial aspects include development and urban planning and clarifying orientation. The impact of changing street names is related to socio-cultural impacts in the form of regional identity, public perception, oral language of the community, use of names in public spaces and the impact of legal administration.

Kata Kunci : toponim, perubahan nama jalan, perkotaan / toponym, street name change, urban

  1. S2-2024-484137-abstract.pdf  
  2. S2-2024-484137-bibliography.pdf  
  3. S2-2024-484137-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2024-484137-title.pdf