Analisis Perbandingan Pengukuran GNSS Metode Statik dan RTK dalam Pengukuran Titik Sekutu untuk Transformasi Koordinat dari Sistem Lokal menjadi SRGI 2013
Muhammad Dimitry Nanda Shahreza, Dr. Ir. Dwi Lestari, S.T., M.E., IPM.
2024 | Skripsi | TEKNIK GEODESI
Kegiatan survei pemetaan di Indonesia masih banyak yang menggunakan koordinat dengan datum yang tidak sesuai dengan peraturan Badan Informasi Geospasial nomor 13 tahun 2021, yaitu SRGI 2013 sehingga perlu dilakukan transformasi koordinat. Transformasi koordinat memerlukan titik sekutu yang diketahui koordinatnya dalam dua sistem atau datum yang berbeda. Penelitian ini melakukan perbandingan pengukuran titik sekutu dengan GNSS metode statik dan RTK NTRIP untuk perhitungan parameter transformasi koordinat dengan studi kasus dari sistem lokal menjadi SRGI 2013. Manfaat utama dari penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk pemilihan metode pengukuran koordinat titik sekutu dalam perhitungan parameter transformasi koordinat.
Penelitian ini dilakukan di sekitar Gedung Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan 20 titik yang terdiri atas 4 titik sekutu, 3 titik uji, dan 13 titik untuk ditransformasikan dari sistem lokal menjadi SRGI 2013. Semua titik diukur menggunakan metode terestris dengan alat Total Station untuk mendapatkan koordinat dalam sistem lokal dengan salah satu titik dianggap fix dan memiliki koordinat lokal sebesar (1000,1000,100) m. Selanjutnya, titik sekutu dan titik uji diukur juga dengan GNSS metode statik moda jaring dan metode RTK NTRIP untuk mendapatkan koordinat dalam SRGI 2013. Titik uji digunakan untuk membandingkan koordinat hasil pengukuran GNSS dengan koordinat hasil perhitungan transformasi koordinat. Perhitungan transformasi koordinat menggunakan model Bursa Wolf serta Molodensky Badekas. Hasil keluaran dari penelitian ini adalah nilai tujuh parameter transformasi koordinat dari sistem lokal menjadi SRGI 2013 dengan titik sekutu hasil pengamatan GNSS metode statik dan RTK NTRIP yang kemudian dibandingkan berdasarkan nilai RMSE dan simpangan baku yang terbaik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik perbedaan dua nilai parameter, maka parameter transformasi koordinat dengan titik sekutu hasil pengamatan GNSS metode statik memiliki perbedaan yang signifikan dibandingkan dengan parameter transformasi koordinat yang menggunakan titik sekutu hasil pengamatan GNSS metode RTK NTRIP. Selain itu, berdasarkan nilai RMSE, maka parameter transformasi koordinat dengan titik sekutu hasil pengamatan GNSS metode statik memiliki nilai yang lebih akurat dibandingkan dengan parameter transformasi koordinat yang menggunakan titik sekutu hasil pengamatan GNSS metode RTK NTRIP. Nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 3,542 cm pada model Bursa Wolf maupun Molodensky Badekas dengan perhitungan tanpa pembobotan. Namun, jika dibandingkan dari simpangan bakunya, maka perhitungan model Molodensky Badekas menghasilkan parameter transformasi koordinat yang lebih presisi dibandingkan dengan model Bursa Wolf.
Kata Kunci : Transformasi koordinat, Titik sekutu, GNSS statik, GNSS RTK NTRIP, sistem lokal, SRGI 2013