Petani dan Perubahan Iklim
Fa'iq Fadhillah, Bayu Dardias Kurniadi, S.I.P., M.A., M.Pub.Pol., Ph. D
2023 | Skripsi | ILMU PEMERINTAHAN
Perubahan iklim merupakan permasalahan serius yang berdampak buruk untuk petani di Indonesia. Perubahan iklim menyebabkan kegagalan panen dan meningkatkan potensi terjadinya krisis pangan. Indonesia kerap disebut sebagai negara agraris. Terdapat 40,7 juta penduduk Indonesia bekerja di sektor pertanian. Bulan Februari 2023, dari 1,2 juta hektar lahan pertanian padi, hanya ada 940 ribu hektar lahan yang bisa di panen dan penyusutan hasil panen sekitar 800 ribu ton beras dari estimasi pemerintah. Oleh karena itu, petani tidak bisa bergerak sendirian, perubahan iklim merupakan permasalahan bersama dan diperlukan upaya kolektif antara petani, pemerintah, dan akademisi maupun universitas. Studi kasus pertanian kopi di Desa Tegalsari dan pertanian padi di Desa Giripurwo, Kulon Progo menunjukkan pemerintah masih belum serius dalam menangani perubahan iklim yang sedang terjadi. Perubahan iklim menyebabkan kegagalan panen padi dan penurunan hasil produksi kopi yang signifikan. Tentu saja menjadi pertanyaan bagaimana peran pemerintah dalam merespon perubahan iklim yang sedang terjadi. Dalam konteks perubahan iklim, pemerintah harus menjaga kesinergisan hubungan yang konstruktif dengan petani agar upayanya sesuai dan petani tidak merasa sendirian menghadapi perubahan iklim. Harapannya bahwa persoalan terkait dengan perubahan iklim, pemerintah bisa menerapkan prinsip governance. Permasalahan ini merupakan permasalahan bersama dan petani tidak bisa menghadapi perubahan iklim sendirian.
Climate change is a serious problem that has a negative impact on farmers in Indonesia. Climate change causes crop failure and increases the potential for a food crisis. Indonesia is often referred to as an agricultural country. There are 40.7 million Indonesians working in the agricultural sector. In February 2023, of the 1.2 million hectares of rice farming land, there will only be 940 thousand hectares of land that can be harvested and the harvest will decrease by around 800 thousand tons of rice from government estimates. Therefore, farmers cannot move alone, climate change is a common problem and requires collective efforts between farmers, government, and academics and universities. Case studies of coffee farming in Tegalsari Village and rice farming in Giripurwo Village, Kulon Progo show that the government is still not serious about dealing with ongoing climate change. Climate change causes rice crop failures and a significant reduction in coffee production. Of course, the question is what the government's role is in responding to climate change that is currently occurring. In the context of climate change, the government must maintain a constructive synergistic relationship with farmers so that their efforts are appropriate and farmers do not feel alone in facing climate change. The hope is that on issues related to climate change, the government can apply governance principles. This problem is a collective problem and farmers cannot face climate change alone.
Kata Kunci : Petani, Perubahan Iklim, Kopi, Padi