Urgensi Penetapan Perwalian Orang Tua Kandung untuk Anak dalam Proses Pewarisan (Studi Penetapan Perwalian Heni Ambarwati)
DIMAS BINTANG AJI PRAJA, Annisa Syaufika Yustisia Ridwan, S.H., M.H.
2023 | Skripsi | ILMU HUKUM
Penetapan
perwalian orang tua kandung menjadi fenomena yang kerap terjadi pada Pengadilan
Negeri dan Pengadilan Agama. Salah satunya dapat terlihat melalui Penetapan Pengadilan
Negeri Sleman Nomor 249/Pdt.P/2019/PN Smn dan Penetapan Nomor 305/Pdt.P/2019/PN
Smn, yang selanjutnya disebut “Penetapan Perwalian Heni Ambarwati”. Penelitian
ini menjawab terkait permasalahan urgensi diajukannya permohonan perwalian Heni
Ambarwati sebagai orang tua kandung dari anak dalam proses pewarisan. Turut
dikaji pula permasalahan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak
setelah adanya perwalian dalam proses pewarisan.
Penelitian ini
menggunakan metode penelitian yuridis-empiris yang disajikan secara kualitatif untuk
mengkaji interaksi masyarakat terhadap penetapan pengadilan. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kasus (case approach) dan pendekatan perundang-undangan (statute
approach).
Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan penetapan perwalian orang tua
kandung sangat penting karena: (1) melindungi hak-hak atau kepentingan anak; (2)
pemberian izin tertentu dari negara kepada orang tua atau wali; (3)
meminimalisasi potensi terjadi adanya konflik, sengketa, atau permasalahan; (4)
memenuhi persyaratan yang diminta oleh Kantor Pertanahan; (5) sebagai otorisasi
formal dari wali yang berkaitan erat dengan adanya rekomendasi PPAT; dan (6)
sebagai suatu bukti formal penentu dimulainya suatu perwalian. Selain itu, perlindungan
hukum terhadap anak setelah adanya perwalian dalam proses pewarisan terbagi
menjadi dua bagian, yaitu: (1) perlindungan atas diri pribadi anak; dan (2) perlindungan
atas harta kekayaan anak. Khusus mengenai perlindungan atas harta kekayaan anak,
masih menjadi celah hukum bagi hukum perwalian di Indonesia mengingat posisi
KUH Perdata dan peraturan perundang-undangan setelah UUD 1945 masih belum
harmonis.
Court decree over biological parent
guardianship is commonly seen in District Courts and Religious Courts. Court Decree
No. 249/Pdt.P/2019/PN Smn and No. 305/Pdt.P/2019/PN Smn, hereinafter referred
to as "Heni Ambarwati Guardianship Court Decree", are a pair of the examples
of what happened. The purpose of this research is to answer the urgency of Heni
Ambarwati's application for guardianship as the biological parent of the minor
in the inheritance process. Issues concerning legal protection for children after
guardianship in the inheritance procedure are also discussed.
This study examines community
interactions with court decree using a juridical-empirical research method and
is presented qualitatively. The case approach and the statutory approach were
employed in this study.
The findings of this study concluded
that the existence of the determination of the guardians of biological parents
is essential because: (1) protects the rights or interests of children; (2)
grants specific permits from the state to parents or guardians; (3) minimizing
the potential for conflicts, disputes, or problems; (4) meet the requirements
requested by the Land Office; (5) as a formal authorization of guardians who
are closely related to the Official Certifier of Title Deeds (PPAT)
recommendations; and (6) as formal evidence to determine the starting of a
guardianship. Apart from that, legal protection for minors following
guardianship in the inheritance process is divided into two parts: (1)
protection for the minor's personality and (2) protection for the minor's
assets. There is still a legal gap in guardianship law in Indonesia
because the position of the Civil Code and laws after the 1945 Constitution are
still not harmonious.
Kata Kunci : penetapan, perwalian, orang tua, perlindungan hukum, anak, court decree, guardianship, parent, legal protection, minor