Potensi Jamur Entomopatogen Beauveria bassiana sebagai Agens Pengendali Hayati Spodoptera frugiperda
Natya Lakshita, Dr. Ir. Arman Wijonarko, M. Sc; Dr. Ir. Siwi Indarti, M.P.
2023 | Tesis | S2 Ilmu Hama Tumbuhan
Spodoptera frugiperda (ulat grayak jagung) terdeteksi masuk ke Indonesia pada tahun 2019. Gejala kerusakan terlihat pada bagian daun dan biasanya menyerang pada bagian titik tumbuh tanaman. Meskipun memiliki dampak negatif bagi kesehatan dan lingkungan, penggunaan insektisida kimia sebagai cara pengendalian terhadap S. frugiperda masih banyak diterapkan. Pemanfaatan agen hayati seperti jamur entomopatogen Beauveria bassiana menjadi salah satu alternatif upaya pengendalian dan lebih sesuai dengan konsep pengendalian hama terpadu. Penelitian menggunakan B. bassiana yang banyak dikembangkan saat ini adalah melakukan upaya induksi ketahanan pada tanaman inang. Isolat B. bassiana dari lokasi yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan karakteristik dan potensi mengendalikan hama sasaran, sehingga penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi morfologi dan molekuler untuk mengetahui perbedaan karakteristik B. bassiana, isolat koleksi LPHPT (Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman) Sukoharjo, LPHPT Banyumas dan LPHPT Temanggung, untuk mengetahui konsentrasi kematian 50% terhadap S. frugiperda dan mengetahui pengaruh teknik perendaman biji jagung terhadap pertumbuhan dan interaksinya padai jaringan tanaman. Pelitian menunjukkan isolat B. bassiana memiliki perbedaan pada hasil analisis molekuler, dimana secara genetika keempat isolat terbagi menjadi dua klad yang menunjukkan adanya perbedaan evolusi. Pengujian mortalitas menggunakan isolat B. bassiana Sukoharjo dan Cilacap menunjukkan kematian 50% S. frugiperda pada konsentrasi 1.4 x 107 konidia/mL dan 1.7 x 107 konidia/mL. Teknik perendaman biji tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman jagung namun dapat melakukan kolonisasi pada jaringan akar dan batang pada umur 2 MST.
Spodoptera frugiperda (fall armyworm) were first reported entering Indonesia in 2019. Symptoms of damage were seen on the leaves and S. frugiperda usually attacks in the growing points of plants. Although it has a negative impact on health and the environment, the use of chemical insecticides as a means of controlling S. frugiperda is still widely applied. Utilization of biological control agents such as the entomopathogenic fungi Beauveria bassiana is an alternative to control and in line with the concept of integrated pest management. Research using B. bassiana which is currently being developed is to induce resistance in host plants. B. bassiana isolates from different locations showed differences in characteristics and potential to control target pests, so this study aimed to carry out morphological and molecular identification to determine the different characteristics of isolate collection B. bassiana from LPHPT (Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman) Sukoharjo, LPHPT Banyumas and LPHPT Temanggung, knowing the percentage causing death of S. frugiperda and the effect of seed coating technique on growth and its interaction in plant tissue. Research has shown that B. bassiana isolates have molecular analysis differences, where genetically the isolates are divided into two clades were formed indicating evolutionary differences. Mortality testing using isolates B. bassiana Sukoharjo and Cilacap caused 50% mortality of S. frugiperda at concentrations 1.4 x 107 conidia/mL and 1.7 x 107 conidia/mL. Seed coating technique did not affect the growth of corn plants but can colonize the root and stem tissue at 2 WAP.
Kata Kunci : B. bassiana, S. frugiperda, analisis molekuler, mortalitas, endofitik/B. bassiana, S. frugiperda, molecular analysis, endophytic.