Efektivitas Penerapan Asymmetric Auto-rejection di Bursa Efek indonesia (BEI)
Ario Indrajid, Kusdhianto Setiawan, Sivilekonom., Ph.D.
2023 | Tesis | S2 Manajemen
Price limit atau auto-rejection telah digunakan oleh banyak pasar modal dibeberapa negara. Tujuan dari diterapkannya auto-rejection adalah untuk menanggulangi pegerakan harga saham yang tidak wajar. Adanya mekanime auto-rejection diharapkan dapat memberikan waktu bagi investor untuk menilai kembali informasi yang berada di pasar sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Covid-19 yang melanda Indonesia tahun 2020 membuat BEI memberlakukan auto-rejection dengan rentang yang kecil pada batas bawah yang dapat disebut dengan asymmetric auto-rejection.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas penerapan asymmetric auto-rejection yang diberlakukan oleh Bursa Efek Indonesia secara empiris. Secara mendalam, penelitian ini menguji apakah penerapan asymmetric auto-rejection mampu mengatasi menurunkan volatilitas jika dibandingkan dengan symmetric auto-rejection. Pengujian dilakukan pada saham emiten yang menjadi komponen indeks LQ45 serta menggunakan volatilitas saham harian pada rezim symmetric auto-rejection dan asymmetric auto-rejection.
Hasil pengujian menemukan bahwa penerapan asymmetric auto-rejection mampu menurunkan volatilitas saham yang terlihat dari volatilitas yang lebih rendah pada rezim asymmetric auto-rejection jika dibandingkan dengan rezim symmetric auto-rejection. Kedua, volatilitas periode sebelum dan setelah saham mencapai auto-rejection bawah pada rezim asymmetric auto-rejection tidak terdapat pebedaan yang signifikan. Ketiga, volatilias saham setelah saham mengalami auto-rejection bawah pada rezim symmetric auto-rejection lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode sebelum saham mengalami auto-rejection bawah pada rezim yang sama.
Price limits or auto-rejection has widely used in many capital markets around the globe. The purpose of implementing auto-rejection is to mitigate unnatural stock price movements. The existence of the auto-rejection method is to provide time for investors to reassess the information in the market so that they can make informed decisions. When COVID-19 hit Indonesia in 2020, the IDX imposed auto-rejection with a small range at the lower limit, called asymmetric autorejection.
This study aims to empirically test the effectiveness of asymmetric autorejection imposed by the Indonesia Stock Exchange. In-depth, this study examines whether asymmetric auto-rejection implementation can reduce volatility compared to symmetric auto-rejection. The test conducted on shares of issuers that are components of the LQ45 index, and it utilized daily stock volatility data in both symmetric auto-rejection and asymmetric auto-rejection regimes.
The test results found that asymmetric auto-rejection could effectively reduce stock volatility, evident from the lower volatility observed in the asymmetric auto-rejection regime compared to the symmetric auto-rejection period. Secondly, there was no significant difference in the volatility between the periods before and after the stock reached the lower auto-rejection threshold in the asymmetric regime. Thirdly, stock volatility after the price underwent lower auto-rejection in the symmetric auto-rejection regime was higher compared to the period before the price reach lower auto-rejection during the same regime.
Kata Kunci : asymmetric auto-rejection, volatilitas, LQ45, covid-19