NARASI NEGOSIASI: PERJALANAN KEAGENSIAN PEKERJA MIGRAN PEREMPUAN
An'ngam Khafifi, Prof. Dr. Suharko, S.Sos., M.Si.
2024 | Tesis | S2 Sosiologi
Pekerja
Migran Indonesia (PMI) terutama perempuan menyimpan berbagai persoalan yang
dihadapi baik secara struktural maupun kultural dalam proses mereka bekerja. Kerentanan
tersebut muncul dikarenakan pekerjaannya yang bersifat temporal, kerja berbasis
kontrak, hingga potensi terisolasi dari dunia luar karena bekerja di ranah
domestik.
Keadaan
tersebut menarik perhatian berbagai peneliti untuk mengkaji permasalahan yang
dihadapi, dimana salah satunya memandang kondisi tersebut berkaitan dengan
feminisasi pekerja migran. Namun penelitian tersebut justru melihat pekerja
migran sebagai subjek pasif atau korban di dalam rantai pekerja migran. Melalui
cerita perjalanan hidup MS dengan keagensiannya selama dan setelah menjadi
pekerja migran, tulisan ini melihat sisi sebaliknya dengan tidak hanya
menempatkan MS sebagai subjek aktif dalam bernegosiasi dengan keadaan struktur
maupun kultur yang ada, bahkan melihat bagaimana subjek berupaya melakukan
perubahan atas kondisi struktur dan kultur yang ada.
Melalui pendekatan life history,
dan juga perspektif agensi temporal Emirbayer dan Mische dan embodied agency
dari Saba Mahmood MS sebagai informan kunci setidaknya menghadapi tantangan
secara struktur dan kultural selama dan setelah menjadi pekerja migran.
Permaslaahan tersebut dapat dilihat dari cerita kultur di dalam masyarakat desa
tracap yang membuat dirinya ‘mau tidak mau’ menjadi pekerja migran, dan permasalahan
struktural di dalam rantai pekerja migran. Keadaan tersebut kemudian membuat MS
harus bernegosiasi dan bahkan berupaya menciptakan perubahan sosial terutama di
desa melalui pembentukan Kampung Buruh Migran untuk memproyeksikan keadaan yang
lebih baik di masa yang akan datang.
Indonesian
Migrant Workers (PMI), especially women, have various problems faced both
structurally and culturally in their work process. This vulnerability arises
due to the temporary nature of work, contract-based work, and the potential for
being protected from the outside world due to working in the domestic realm.
This
situation has attracted the attention of various scholars to study the problems
faced, one of which views this condition as related to the feminization of
migrant workers. However, this research views migrant workers as passive
subjects or victims in the chain of migrant workers. Through the story of MS's
life journey with his agency during and after becoming a migrant worker, this
article looks at the opposite side by not only placing MS as an active subject
in negotiating with existing structural and cultural conditions, but even
seeing how the subject attempts to make changes to existing structural and
cultural conditions.
Through
a life history approach, as well as a temporal agency perspective (Emirbayer
& Mische, 1998) and embodied agency (Mahmood, 2006), MS as a key informant
at least faces structural and cultural challenges during and after becoming a
migrant worker. This problem can be seen from the cultural story in the tracap
village community which makes them 'willy-nilly' to become migrant workers, and
structural problems in the chain of migrant workers. This situation then made
MS have to negotiate and even try to create social change, especially in
villages through the formation of Migrant Workers Villages to project better
conditions in the future.
Kata Kunci : Pekerja Migran Indonesia, Perempuan, Agensi