Pemilihan Kode Bahasa dalam Masyarakat Multietnik (Studi Kasus di Kelurahan Tembilahan Kota, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau)
AMALIA NAZLA SALDINA, Dr. Suhandano, M.A.
2023 | Tesis | S2 Linguistik
Keberagaman bahasa yang digunakan oleh berbagai etnik di Tembilahan Kota membawa dampak pada pemakaian bahasa masyarakatnya, yakni terjadinya pemilihan kode bahasa. Penelitian ini menggunakan metode pengamatan, wawancara, dan dokumentasi dalam mengumpulkan berbagai data peristiwa tutur masyarakat Tembilahan Kota. Data dianalisis menggunakan pendekatan etnografi komunikasi, yakni dengan memanfaatkan analisis komponen tutur Dell Hymes (1967, 1972). Hal ini dikarenakan, analisis pemilihan kode bahasa yang dilakukan tidak hanya mengamati bahasa-bahasa yang dipilih saja, namun juga mencari faktor-faktor ekstralingual yang mempengaruhi pemilihan tersebut. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah: (a) mengidentifikasi kode-kode bahasa yang digunakan dalam masyarakat multietnik di Kelurahan Tembilahan Kota, (b) mendeskripsikan pola-pola pemilihan kode bahasa yang digunakan masyarakat multietnik di Kelurahan Tembilahan Kota, (c) mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kode bahasa masyarakat multietnik di Tembilahan Kota. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Tembilahan Kota menggunakan tiga kode bahasa dominan, yakni bahasa Indonesia, bahasa Melayu Riau Dialek Pesisir, dan Bahasa Banjar. Sementara situasi diglosia yang ditunjukkan ialah, (a) bahasa Indonesia sebagai ragam bahasa tinggi (H), (b) pencampuran antara bahasa Indonesia, bahasa Melayu Riau Pesisir, dan bahasa Banjar menjadi lingua franca atau bahasa penghubung antar kelompok etnis, (c) bahasa-bahasa etnik lainnya yang berpenutur lebih sedikit sebagai ragam bahasa rendah (L). Namun, pemilahan kode bahasa tersebut tidak selalu digunakan demikian. Beberapa peristiwa lain menunjukkan adanya kebocoran diglosia, seperti pemakaian bahasa Indonesia dalam ranah keluarga dan pergaulan, bahasa Melayu Riau Pesisir yang terkadang digunakan dalam situasi-situasi formal, seperti dalam pertemuan formal, dan bahasa Banjar yang terkadang digunakan dalam ranah keagamaan. Hal ini menunjukkan pula kemampuan masyarakat Tembilahan Kota sebagai masyarakat multilingual yang kemudian memicu terjadinya pemilihan kode bahasa melalui peristiwa alih kode dan campur kode. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kode bahasa masyarakat Tembilahan Kota adalah: (a) latar, terutama suasana tutur; (b) partisipan, meliputi latar belakang usia dan etnis, jarak hubungan, kemampuan pemakaian bahasa, dan keberadaan orang ketiga; (c) topik tuturan; (d) tujuan tuturan, yakni mengungkapkan kemarahan atau kekesalan, menghormati lawan tutur, menciptakan humor, menawar barang, dan menciptakan nilai keindahan; (e) urutan tutur; (f) norma; serta (g) genre.
The linguistic diversity used by various ethnic groups in Tembilahan City has an impact on the language choices of its community. This study employs observation, interviews, and documentation methods to collect various data on speech events in the community of Tembilahan City. The data is analyzed using Dell Hymes’ (1967, 1972) ethnography of communication approach, that is components of communication. It is because the language choice research not only observes the selected languages but also seeks extralinguistic factors influencing such choices. Thus, the objectives of this research are: (a) to identify language codes used in the multiethnic community of Tembilahan City, (b) to describe patterns of language choice used by the multiethnic community in Tembilahan City, and (c) to describe the factors influencing such choices in the multiethnic community of Tembilahan City. The results of this research indicates that the Tembilahan City community uses three dominant language codes: Indonesian language, Coastal Riau Malay Dialect, and Banjar language. The diglossia situation is characterized by (a) Indonesian language as the high (H) language variety, (b) a mixture of Indonesian language, Coastal Riau Malay Dialect, and Banjar language as a lingua franca (c) other ethnic languages with fewer speakers as low (L) language varieties. However, the function of these languages is not consistently used this way. Some events show instances of diglossia leakage, such as the use of Indonesian language in family domain, Coastal Riau Malay Dialect sometimes used in formal situations, such as formal meetings, and Banjar used occasionally in religious contexts. This also indicates the Tembilahan City community's ability as a multilingual society, leading to choice language through code switching and code mixing events. The factors influencing language choice in the Tembilahan City community include: (a) setting and scene; (b) participants, including age and ethnic background, relationship distance, language proficiency, and the presence of third parties; (c) topic; (d) purpose, such as expressing anger or frustration, respecting the interlocutor, creating humor, negotiating goods, and creating aesthetic value; (e) act sequence; (f) norms; and (g) genre.
Kata Kunci : pemilihan bahasa, alih kode, campur kode, masyarakat multietnik, masyarakat multilingual