Laporkan Masalah

Makna Patologi Keagamaan dalam Perspektif Filsafat Tasawuf Iqbal dan Relevansinya dengan Penegakan Hak Asasi Manusia

Mustofa Anshori Lidinillah, Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D. of Arts

2023 | Disertasi | S3 Ilmu Filsafat

Penelitian dengan judul ‘Makna Patologi Keagamaan dalam Perspektif Filsafat Tasawuf Iqbal dan Relevansinya dengan Penegakan Hak Asasi Manusia’ ini dilatarbelakangi oleh persoalan ambivalensi hubungan antara agama dan Hak Asasi Manusia. Kebebasan beragama adalah bagian dari Hak Asasi Manusia, sementara terdapat keberagamaan yang mengakibatkan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Penegakan Hak Asasi Manusia adalah perjuangan abadi, dan agama tidak dapat disingkirkan dari perjuangan itu. Model keberagamaan yang mengakibatkan pelanggaran Hak Asasi Manusia, adalah model keberagamaan yang terindikasi patologis, dan akar masalahnya harus ditemukan untuk antisipasi dan solusi. Penelitian ini berupaya menemukan makna dan akar patologi keagamaan dengan perspektif filsafat tasawuf Iqbal, kemudian dikontekstualisasikan dengan upaya penegakan Hak Asasi Manusia.

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan tentang isu aktual. Objek formal penelitian adalah filsafat tasawuf Iqbal, dan objek material penelitian adalah wacana-wacana tentang patologi keagamaan dan tentang Hak Asasi Manusia. Metode penelitian yang digunakan adalah hermeneutik-filsafati dengan langkah-langkah metode: interpretasi, analisis-sintesis, koherensi internal, deskripsi, dan heuristik.

Hasil penelitian: (1) Iqbal merekonstruksi konsep tasawuf dengan meletakkan tiga landasan atau dasar filsafati, pertama, relasi  manusia-Tuhan, manusia sebagai  “co-worker”  dalam proses kreatif di alam yang serba dinamis sebagai dasar ontologi; kedua, integrasi persepsi inderawi-rasio-intuisi dalam memahami seluruh realitas untuk sampai kepada Realitas Ultim sebagai dasar epistemologi; dan ketiga, revitalisasi fungsi moral-sosial manusia sesuai motif penciptaannya dalam wujud insan kamil sebagai dasar aksiologi. (2) Patologi keagamaan adalah perilaku yang tidak biasa dalam kehidupan keagamaan, maladaptive dan bahkan berbahaya baik bagi diri maupun masyarakat. Patologi keagamaan dapat terjadi pada lingkup personal maupun sosial. (3) Patologi keagamaan dalam perspektif filsafat tasawuf Iqbal adalah suatu kondisi keberagamaan yang menyimpang, ketika keberagamaan mengasingkan manusia dari diri dan dunianya serta abai dengan motif penciptaannya. Patologi keagamaan terjadi karena distorsi ontologi, fragmentasi epistemologi, dan reduksi aksiologi. (4) Relevansi perspektif Iqbal bagi upaya penegakan Hak Asasi Manusia, pertama, terdapat model keberagamaan yang potensial menghambat penegakan Hak Asasi Manusia, yakni konservatisme agama dan segala paham turunannya. Kedua, Iqbal  mendamaikan agama dan Hak Asasi Manusia dengan melakukan framing timbal balik antara agama dan kemanusiaan.

 

 

 

 

The research entitled ‘The Meaning of Religious Pathology in the Perspective of Iqbal's Sufism Philosophy and Its Relevance to the Enforcement of Human Rights, is motivated by the issue of ambivalence in the relationship between religion and Human Rights. Freedom of religion is part of Human Rights, while there are religious beliefs that result in violations of Human Rights. Enforcement of Human Rights  is an eternal struggle, and religion cannot be removed from that struggle. The religious model that results in human rights violations is a religious model that is indicated to be pathological, and the root of the problem must be found for anticipation and solutions.This research seeks to find the roots of religious pathology with the perspective of Iqbal's Sufism philosophy, then contextualized it with efforts to uphold human rights.   

This research is literature research on actual issues. The formal object of research is Iqbal's philosophy of Sufism, and the material object of research is discourses on religious pathology and human rights. The research method used is hermeneutical-philosophical with method steps: interpretation, analysis-synthesis, internal coherence, description, and heuristics.

The results of the research: (1) Iqbal reconstructed the concept of Sufism by laying three philosophical foundations, first, the human-God relationship, humans as "co-workers" in the creative process in a dynamic nature as the  ontology basis; second, integration of sensory perception-ratio-intuition in understanding all reality to arrive at Ultimate Reality as the epistemology basis; and third, revitalizing the moral-social function of humans according to the motive for their creation in the form of human beings as the  axiology basis. (2) Religious pathology is behavior that is unusual in religious life, maladaptive and even dangerous for both oneself and society. Religious pathology can occur in the personal and social spheres. (3) Religious pathology in the perspective of Iqbal's Sufism philosophy is a deviant religious condition, namely when religion actually alienates humans from themselves and their world and ignores the motives for its creation. Religious pathology can occur due to ontological distortion, epistemological fragmentation, and axiological reduction. (4) The relevance of Iqbal's perspective for efforts to enforce Human Rights, first, there is a model of religion that has the potential to hinder the enforcement of Human Rights, namely religious conservatism and all its derivative ideologies. Second, Iqbal reconciles religion and human rights by reciprocally framing religion and humanity. 

Kata Kunci : Patologi keagamaan, filsafat tasawuf Iqbal, Hak Asasi Manusia.

  1. S3-2023-405229-abstract.pdf  
  2. S3-2023-405229-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-405229-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-405229-title.pdf