Laporkan Masalah

Resistensi Masyarakat Adat Atoni Pah Meto Terhadap Rencana Perubahan Fungsi Cagar Alam Mutis Menjadi Taman Nasional

Kristianto Ratu Marius Naben, Dr. Krisdyatmiko, S.Sos., M.Si

2023 | Tesis | S2 PEMBANGUNAN SOSIAL DAN KESEJAHTERAAN

Cagar Alam Mutis adalah salah satu kawasan konservasi yang terletak di Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur. BBKSDA NTT, sebagai pengelola Cagar Alam Mutis, berencana untuk mengubah fungsi kawasan tersebut menjadi taman nasional. Rencana ini mendapat dua reaksi yang berbeda dari masyarakat adat Atoni Pah Meto yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Ada yang menerima dan ada yang menolak usulan tersebut. Karena itu, masalah utama penelitian ini adalah mengapa masyarakat adat Atoni Pah Meto menolak rencana perubahan fungsi Cagar Alam Mutis? Dari masalah pokok di atas ada dua masalah lain yang harus didalami, yaitu apa bentuk-bentuk manifestasi dari resistensi tersebut? Bagaimana peran masyarakat adat Atoni Pah Meto dalam menjaga kelestarian alam Mutis? Untuk lebih mendalami masalah-masalah di atas, gerakan deep ecology dan teori resistensi digunakan untuk melakukan analisis dan refleksi lebih lanjut. Pada prinsipnya gerakan deep ecology menekankan pentingnya keseimbangan ekologi dalam relasi antara manusia dengan alam. Gerakan ini juga mengkritik program pembangunan yang lebih menitikberatkan pembangunan ekonomi dan mengabaikan kelestarian lingkungan hidup dan perhatian terhadap masyarakat lokal. Sementara James C. Scott menjabarkan dominasi dan resistensi dalam kaitannya dengan relasi kekuasaan. Relasi kekuasaan ini dengan jelas menunjukkan bahwa kaum dominan-berkuasa akan terus berusaha agar melanggengkan kekuasaan mereka melalui produksi wacana melalui public transcript sekaligus menunjukkan dominasi mereka. Sedangkan kaum bawahan-terpinggirkan akan memberikan respon berupa ungkapan verbal atau aksi nyata terhadap wacana kekuasaan tersebut melalui hidden transcript. Respon kaum bawahan-terpinggirkan ini yang disebut sebagai resistensi.

Penelitian ini dibuat pada awal Juni hingga akhir Juli 2023 di enam desa dari Kabupaten TTS dan TTU yang berbatasan dengan CA Mutis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus sebagai salah satu bentuk penelitian kualitatif. Kasus yang diteliti adalah resistensi masyarakat adat Atoni Pah Meto terhadap rencana perubahan fungsi CA Mutis menjadi taman nasional. Sumber-sumber data diperoleh dari para informan, yaitu para tokoh adat, tokoh masyarakat, tokoh pemuda dan tokoh perempuan melalui wawancara mendalam, hasil pengamatan di lapangan dan dokumentasi berupa foto, video dan rekaman. Semua data ini kemudian dianalisis dan direfleksikan untuk memperoleh makna-makna.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat adat Atoni Pah Meto menolak rencana tersebut karena ingin tetap mempertahankan Mutis sebagai pusat peradaban Timor dan simbol identitas mereka. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa perubahan fungsi Cagar Alam Mutis menjadi taman nasional hanya akan menguntungkan orang atau kelompok tertentu dan meminggirkan masyarakat lokal. Jika rencana tersebut tetap terlaksana, masyarakat menuntut supaya ada program pemberdayaan terhadap masyarakat lokal. Sedangkan kelompok yang menerima rencana perubahan fungsi Cagar Alam Mutis menjadi taman nasional berpendapat bahwa perubahan tersebut akan membuka isolasi wilayah mereka, mempercepat proses pembangunan dan memberikan keuntungan ekonomis bagi masyarakat. Karena itu, BBKSDA NTT harus mempertimbangkan dengan matang rencana tersebut agar dapat mengakomodir kebutuhan dasar masyarakat baik yang menerima maupun menolak rencana tersebut. Tujuannya adalah mempertahankan Mutis sebagai sebuah “rumah bersama” yang memberikan sumber kehidupan bagi masyarakat dan semua makhluk hidup yang tinggal di dalamnya.

Mutis Nature Reserve is one of the conservation areas located on Timor Island, East Nusa Tenggara. BBKSDA NTT as the administrator, has evaluated the function of the area and concluded that the management of the area is no longer in accordance with its function as a nature reserve. Hence, it is time for Mutis Nature Reserve to be converted into a national park. This plan and proposal received two different reactions from the indigenous people of Atoni Pah Meto who live around the area. Some accepted and some rejected the proposal. Thus, this research was designed to answer this question: why do the indigenous people of Atoni Pah Meto reject the plan to change the function of the Mutis Nature Reserve? What are the forms of manifestation of this resistance? What is the role of the Atoni Pah Meto in preserving the nature of Mutis? To explore the problems above, the deep ecology movement and theory of resistance are used to make analysis and reflection. In principle, the deep ecology movement emphasizes the importance of ecological harmony in the relationship between humans and nature. This movement also criticizes development programs that focus more on economic development and ignore environmental sustainability and attention to local communities. Meanwhile, James C. Scott explains domination and resistance which is related to power relationships. This power relationship clearly shows that the dominant people in power will continue to perpetuate their power through the production of discourse in public transcripts as well as demonstrating their dominance. While marginal people will respond in the form of verbal expressions or concrete actions to the discourse of power through hidden transcripts. The response of marginal people is called resistance.

This research was made from the beginning of June to the end of July 2023 in six villages from TTS and TTU Regencies that border the Mutis Nature Reserve. This research uses case study as a form of qualitative research. The case studied was the resistance of the indigenous people of Atoni Pah Meto to the plan to change the function of Mutis Nature Reserve into a national park. The data sources were obtained from informants through in-depth interviews, field observations and documentation of photos, videos and recordings. All this data is then explained and reflected on to obtain meanings

The results of this research were analyzed further using the concepts of the deep ecology movement which in principle emphasizes the importance of ecological harmony and criticizes development programs that prioritize economic development and ignore the preservation of the environment and the concern to local communities. Therefore, BBKSDA NTT should consider that plan carefully so that it can accommodate the basic needs of the community, both those who accept and reject the plan. The goal is to maintain Mutis as a “common home” that provides a source of life for the community and all living creatures.

Kata Kunci : Cagar Alam Mutis, masyarakat adat Atoni Pah Meto, gerakan deep ecology, resistensi

  1. S2-2023-489446-abstract.pdf  
  2. S2-2023-489446-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-489446-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-489446-title.pdf