Laporkan Masalah

Aspek Keterancaman terhadap Habitat Peneluran Penyu di Wilayah Kepesisiran antara Sungai Progo dan Sungai Serang Kabupaten Kulon Progo

ARLITA PRASETYANINGRUM, Prof. Dr. Djati Mardiatno, M.Si. ; Prof. Dr. Suwarno Hadisusanto, S.U.

2023 | Tesis | S2 Ilmu Lingkungan

Penyu merupakan hewan yang terancam punah dan tergolong dalam Appendix I menurut CITES, yaitu pengelompokkan hewan ke dalam status yang dilindungi. Status terancam punah disebabkan oleh berbagai ancaman, meliputi ancaman alami maupun ancaman antropogenik. Wilayah kepesisiran antara Sungai Progo dan Sungai Serang sebagai habitat peneluran penyu memiliki jenis tipologi pesisir marine depositional coast yang memiliki potensi sumberdaya dan ancaman di dalamnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek keterancaman dan menganalisis tingkat keterancaman terhadap habitat peneluran penyu, serta merumuskan strategi perlindungan ekosistem untuk menjaga kelestarian habitat peneluran penyu di wilayah kepesisiran antara Sungai Progo dan Sungai Serang, Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini menggunakan metode pembobotan dan skoring pada masing-masing parameter yang diperoleh dari inventarisasi ancaman dan metode analisis sebab-akibat untuk menentukan strategi perlindungan terhadap habitat peneluran penyu. Hasil penelitian menunjukkan terdapat sembilan ancaman, yaitu abrasi, pencurian telur penyu, predator, sampah laut, tambak udang, pemancing, kegiatan wisata/ wisatawan, nelayan jaring arad, dan polusi cahaya. Tingkat keterancaman di wilayah penelitian terdiri atas ancaman tinggi dan sedang. Tingkat ancaman tinggi terdapat di Pesisir Trisik, sedangkan tingkat ancaman sedang terdapat di Pesisir Imorenggo, Bugel, Bidara, Mlarangan Asri, Garongan, dan Karangwuni. Tingginya ancaman disebabkan oleh setidaknya terdapat lebih dari satu parameter ancaman berat dengan kelas ancaman yang berat, seperti abrasi dan pencurian telur penyu/ predator. Berdasarkan hal tersebut, maka strategi yang dapat dilakukan, yaitu dengan upaya mitigasi struktural dan non struktural. Salah satu mitigasi struktural adalah membuat bangunan pemecah ombak dan penahan abrasi untuk mengurangi dampak akibat abrasi dan mitigasi non struktural, seperti membentuk konservasi yang bertugas dalam upaya perlindungan penyu dan telurnya terhadap pencurian telur dan predator, edukasi kepada masyarakat dan wisatawan terkait ancaman terhadap habitat peneluran penyu, dan melakukan kerjasama dengan berbagai stakeholder.

Sea turtles are an endangered animal and classified in Appendix I according to CITES, as a protected animal status. Its endangered status is caused by various threats which include natural threats and anthropogenic threats. The coastal area between Progo and Serang River, Kulon Progo Regency is a type of coastal typology called marine depositional coast. It has so much potential and threat in it. Thus, this research aimed to identify threat aspects, analyze the level of threat to sea turtle nesting habitat, and determine the ecosystem protection strategy to preserve sea turtle nesting habitat in the coastal area between Progo and Serang River, Kulon Progo Regency. This research used the weight and scoring method for each parameter obtained by threat inventory and the cause-effect analysis method to determine protection strategies for sea turtle nesting habitats. The result showed that there were nine threats, such as abrasion, turtle egg theft, predators, marine debris, shrimp pond, fisherman, tourism activity, trawl, and light pollution. The threat level in the research study consists of high and moderate threat levels. The high threat level was only found in Trisik Coastal Area, meanwhile, the moderate threat level was found on six coasts, such as Imorenggo, Bugel, Bidara, Mlarangan Asri, Garongan, and Karangwuni Coastal Area. A high threat level is caused by at least there were more than one threat of heavy weight with a heavy threat class, such as abrasion and egg theft and/ or predators. Therefore, the strategy that can be implemented is structural and non-structural mitigation efforts. Structural mitigation such as breakwater and bank revetment to reduce the impact of abrasion, and non-structural mitigation such as establishing conservation to protect turtles and their egg from egg theft and predators, educating the public and tourists regarding threats to sea turtle nesting habitats, and collaborating with various stakeholders.

Kata Kunci : Ancaman, Habitat Peneluran, Penyu, Pesisir

  1. S2-2023-467748-abstract.pdf  
  2. S2-2023-467748-bibliography.pdf  
  3. S2-2023-467748-tableofcontent.pdf  
  4. S2-2023-467748-title.pdf