Jejaring Aktor Kebijakan Insentif Kendaraan Listrik Dalam Platform Media Sosial Twitter

Erythrina Orie Rahma, Media Wahyudi Askar, S.I.P., M.Sc., Ph.D.

2023 | Tesis | S2 Ilmu Administrasi Negara

Kebijakan insentif kedaraan listrik (electric vehicle/EV) telah menjadi perhatian publik dalam beberapa waktu terakhir. Hal tersebut dikarenakan usaha pemerintah dalam mempercepat hilirisasi sumber daya nikel menjadi produk yang lebih memiliki nilai tambah. Upaya konkret yang dilakukan pemeritah berupa pemberian sejumlah insentif pajak dan potongan harga beli untuk mengembangkan ekosistem EV. Kendati demikian, dalam pelaksaannya terdapat beberapa persoalan mendasar pada aspek preferensi dan potensi konflik kepentingan yang perlu diteliti lebih dalam. Untuk mencari tahu lebih jauh hal tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan social network analysis (SNA) untuk mengidentifikasi jejaring aktor yang terlibat dalam pembahasan topik kebijakan insentif EV di media sosial Twitter.

Selanjutnya, hasil identifikasi jejaring aktor tersebut diolah dengan menggunakan pendekatan Twitter sentiment analysis (TSA) untuk mengetahui tanggapan publik. Dari hasil kajian ini, analisis SNA menunjukan bahwa 6 dari 10 aktor sentral yang terlibat dalam pembahasan insentif EV didominasi oleh pegiat isu sosial-lingkungan dan peneliti tata kota-energi, 3 aktor merupakan media daring, dan 1 aktor merupakan penulis. Hasil dari analisis SNA pada nilai modularitas menunjukan 0.78 (> 0.5), yang mana pola interaksi dari jejaring aktor memperlihatkan adanya indikasi kuat sifat kohesif dan redundan.

Dari hasil analisis TSA, hasil sentimen seluruh aktor yang terlibat (12.806 edges) dalam jejaring aktor kebijakan insentif EV menunjukan 38% positif, 32% netral, dan 30% negatif. Lebih lanjut, hasil analisis diperkecil ruang lingkupnya pada jejaring aktor sentral menunjukan, sebanyak 6% mendukung, 21% netral, dan 73% menolak kebijakan insentif EV. Hasil tersebut berupa perolehan akumulasi 5.344 edges dalam lingkaran aktor sentral. Representasi penolakan dari lingkaran aktor sentral datang karena ketidaktepatan preferensi publik dalam kaitannya dengan penerima insentif, potensi konflik kepentingan, pemutakhiran sistem transportasi publik, dan risiko penggantian suku cadang dari komponen kendaraan listrik.

Electric vehicle (EV) incentive policies have become a public concern in recent times. This is due to the government's efforts to accelerate the downstream of nickel resources into products that have more added value. Concrete efforts made by the government in the form of providing several tax incentives and purchase discounts to develop the EV ecosystem. However, in its implementation there are several fundamental issues in aspects of preferences and potential conflicts of interest that need to be investigated more deeply. To find out more, this study uses a social network analysis (SNA) approach to identify networks of actors involved in discussing EV incentive policy topics on Twitter social media.

Furthermore, the results of the identification of the actor's network were processed using the Twitter sentiment analysis (TSA) approach to determine public response. From the results of this study, SNA analysis shows that 6 out of 10 central actors involved in the discussion of EV incentives are dominated by socio-environmental activists and energy-urban planning researchers, 3 actors are online media, and 1 actor is a writer. The results of SNA analysis on modularity values show 0.78 (> 0.5), where the interaction pattern of the actor network shows a strong indication of cohesive and redundant nature. From the results of TSA analysis, the sentiment results of all actors involved (12.806 edges) in the EV incentive policy actor network showed 38% positive, 32% neutral, and 30% negative.

Furthermore, the results of the analysis narrowed in scope to the network of central actors showed, as many as 6% support, 21% neutral, and 73% reject EV incentive policies. The result is the acquisition of an accumulation of 5.344 edges in the circle of central actors. The rejection representation from the central circle of actors comes due to inaccuracies in public preferences in relation to incentive recipients, potential conflicts of interest, upgrades to public transportation systems, and the risk of replacing parts from electric vehicle components.

Kata Kunci : jaringan, sosial, aktor, insentif, kendaraan listrik, EV, sentimen, opini, publik