Sistematika Katak Percil Microhyla Tschudi, 1838 (Amphibia: Anura: Microhylidae) di Indonesia

Rury Eprilurahman, Prof. Drs. Rosichon Ubaidillah, M.Phil., Ph.D.; Dr. Amir Hamidy, M.Sc.; Dra. Tuty Arisuryanti, M.Sc., Ph.D.

2023 | Disertasi | S3 Biologi

Microhyla merupakan genus dari katak mulut sempit atau lebih dikenal dengan percil 

anggota suku Microhylidae. Genus Microhyla pertama kali dideskripsikan oleh Tschudi 

pada tahun 1838 dengan karakter utama: kepala kecil, bagian moncong meruncing, mulut 

sempit, tidak terdapat gigi maksila dan gigi vomer, jari berselaput, panjang dan ramping, 

timpanum tidak terlihat jelas (tersembunyi). Status taksonomi katak genus Microhyla

masih terus dipelajari karena memiliki potensi untuk dilakukan species delimitation dan 

memiliki karakter cryptic. Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan 

taksonomi Microhyla di Indonesia dengan analisis multi karakter (morfologis, molekuler, 

akustik dan chondrocranium berudu), melakukan validasi dan deskripsi eksisting spesies 

Microhyla di Indonesia dan biogeografinya (penyusunan peta distribusi), dan revisi 

taksonomi Microhyla yang ada di Indonesia mengikuti sistem klasifikasi terbaru.

Pengamatan morfologis dilakukan untuk individu dewasa maupun larva. Analisis 

molekuler dilakukan menggunakan DNA mitokondria terutama gen 16S. Karakter 

tambahan diambil dari aspek biologi berudu terutama chondrocranium dan karakter suara 

panggilan individu dewasa. Hasil yang diperoleh berdasarkan analisis multikarakter 

tersebut memberikan perubahan yang signifikan pada status taksonomi Microhyla di 

Indonesia. Microhyla yang semula hanya tercatat 11 spesies, kini telah menjadi 13 spesies 

dengan diantaranya terdapat satu spesies baru (M. sriwijaya) dan tiga spesies (M. butleri, 

M. mantheyi, dan M. mukhlesuri) catatan baru di Indonesia. Penelitian ini juga 

mengkonfirmasi serta mengubah M. fissipes di Indonesia menjadi M. mukhlesuri dan M. 

heymonsi di Indonesia menjadi M. nakkavaram. Penelitian tentang status taksonomi 

Microhyla di Indonesia masih perlu dipelajari terutama kelompok M. palmipes yang 

kemungkinan memiliki potensi ditemukannya spesies baru. Selain itu, konservasi habitat 

Microhyla di Indonesia juga perlu dilaksanakan mengingat perubahan iklim global dan 

sangat cepatnya laju konversi lahan menjadi daerah pemukiman dan aktivitas lain bagi 

manusia.

Microhyla is a genus of narrow-mouthed frogs or better known as ‘percil’, members of the 

family Microhylidae. The genus Microhyla was first described by Tschudi in 1838 with the 

main characters: small head, tapered muzzle, narrow mouth, no maxilla and vomer teeth, 

webbed fingers, long and slender, tympanum not clearly visible. The taxonomic status of 

frogs of the genus Microhyla is still being studied because it has the potential for species 

delimitation and has cryptic characters. This study aims to solve Microhyla taxonomic 

problems in Indonesia utilizing multi-character analysis (morphological, molecular, 

acoustic and tadpole chondrocranium), validate and describe existing Microhyla species 

in Indonesia and their biogeography (preparation of distribution maps), and revision of 

Microhyla taxonomy those in Indonesia follow the latest classification system. 

Morphological observations are made for both adult individuals and larvae. Molecular 

analysis was performed using mitochondrial DNA, especially the 16S gene. Additional 

characters are taken from the biological aspects of tadpoles, especially chondrocranium and 

the voice characters of adult individuals. The results obtained based on the multicharacter 

analysis provide significant changes in the taxonomic status of Microhyla in Indonesia. 

Microhyla, which originally only recorded 11 species, has now become 13 species with 

one new species (M. sriwijaya) and three species (M. butleri, M. mantheyi, and M. 

mukhlesuri) new records in Indonesia. This study also confirmed and changed M. fissipes 

in Indonesia to M. mukhlesuri and M. heymonsi in Indonesia to M. nakkavaram. Research 

on the taxonomic status of Microhyla in Indonesia still needs to be studied, especially the 

M. palmipes group which may have the potential to find new species. In addition, 

conservation of Microhyla habitat in Indonesia also needs to be carried out considering the 

very fast rate of global climate change and land conversion into residential areas and other 

activities for humans.

Kata Kunci : Microhyla, cryptic species, phylogenetics, taxonomy, mitochondrial DNA