Dilema Etika Berbuat Baik (Beneficience) Dan Menghormati Keputusan Klinis Pasien (Autonomy) Berdasarkan Prognosis Penyakit: Scoping Review

Lambok Siahaan, Dr. Dra. Retna Siwi Purnamawati, M.A.

2023 | Tesis | MAGISTER BIOETIKA

Latar belakang

Salah satu dilema etika yang sering muncul dalam pelayanan kesehatan adalah konflik berbuat baik dengan sikap menghormati otonomi pasien. Dokter (dan tenaga kesehatan) berkewajiban memberikan kesembuhan (beneficience) dan mencegah terjadinya perburukan (non-maleficience) pada pasien. Apakah semua maksud kebaikan tersebut dapat diterima dengan baik oleh pasien. Atau, apakah semua kebaikan yang dilakukan dokter dilakukan dengan tetap melibatkan pasien dalam proses pengambilan keputusan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data tentang faktor yang berpengaruh pada terbentuknya keputusan klinis pasien berdasarkan prognosis penyakit yang dideritanya.

Metode Penelitian

Terbentuknya sebuah keputusan klinis sangatlah kompleks. Dinamika terbentuknya keputusan klinis berbeda di tap negara dan tiap masa. Penelitian ini dilakukan dengan metode Scoping Review yang menggunakan 5 langkah yang disesuaikan dengan framework Arksey and O’Malley (2005). Kualitas artikel yang diperoleh akan diseleksi dengan menggunakan formulir dari Critical Appraisal Skills Programme (CASP, 2018). Seluruh data preferensi pasien, preferensi dokter(dan tenaga kesehatan) serta proses terbentuknya keputusan klinis pasien yang diperoleh akan dianalisis secara naratif untuk menarik kesimpulan secara induktif. Penelitian ini diharapkan dapat membantu menemukan solusi atas dilema nilai etika beneficience dan autonomy.

Hasil Penelitian

Preferensi pasien dalam membuat keputusan klinis sangat bervariasi, terutama dipengaruhi oleh usia, Tingkat pendidikan, budaya, kepercayaan dan sarana-prasarana yang ada. Pasien usia muda, pendidikan tinggi dan ekonomi yang baik cenderung membuat keputusannya secara mandiri, walaupun masih ada yang tidak komitmen dengan keputusannya sendiri. Paternalism masih berkembang di beberapa negara yang berlatar belakang ekonomi miskin. Preferensi dokter (tenaga kesehatan) juga dipengaruhi beberapa hal seperti faktor intrinsik, kompetensi medis dan ketrampilan berkomunikasi. Prognosis penyakit juga mempengaruhi pasien dalam membuat keputusan klinisnya.

Kesimpulan

Dokter dapat membantu pasien untuk memiliki preferensi yang bersesuain dengan keinginan baiknya dengan melakukan komunikasi persuasif yang berempati tanpa memaksa dan tetap menghormati otonomi pasien.

Background

One of the dilemmas that often arises in health services is the conflict between doing good and respecting patient autonomy. Doctors (and health workers) are obliged to provide healing (beneficence) and prevent harm (non-maleficence) to patients. Can all these good intentions be well received by the patient or, is all the good that doctors do done by still involving patients in the decision-making process.

Research purposes

This study aims to obtain data about factors that influence the formation of clinical decisions in patients based on the prognosis of the disease they suffer from.

Research methods

The formation of a clinical decision is very complex. The dynamics of the formation of clinical decisions differ between countries and at each time. This research was conducted using the Scoping Review method which uses 5 steps adapted to the Arksey and O'Malley (2005) framework. The quality of the articles obtained will be selected using a form from the Critical Appraisal Skills Program (CASP, 2018). All data on patient preferences, doctor (and health workers) preferences as well as the process of forming patient clinical decisions obtained will be analyzed narratively to draw inductive conclusions. It is hoped that this research can help find a solution to the dilemma of the ethical values of beneficence and autonomy.

Research result

Patient preferences in making clinical decisions vary greatly, mainly influenced by age, level of education, culture, beliefs and existing facilities and infrastructure. Patients who are young, have high education and are economically good tend to make their decisions independently, although there are still some who are not committed to their own decisions. Paternalism is still growing in several countries with poor economic backgrounds. The preferences of doctors (health workers) are also influenced by several things such as intrinsic factors, medical competence and communication skills. Disease prognosis also influences patients in making clinical decisions.

Conclusion

Doctors can help patients to have preferences that are in line with their good wishes by carrying out persuasive communication without being pushy and still respecting the patient's autonomy.

Kata Kunci : soft paternalism, komunikasi persuasif, empati, prognosis penyakit, preferensi pasien, preferensi dokter (tenaga kesehatan)