Laporkan Masalah

Model Pencahayaan Buatan untuk Pengondisian Mood di Tempat Kerja

Silfia Mona Aryani, Dr. Ir. Arif Kusumawanto, MT., IAI., IPU.; Ir. Jatmika Adi Suryabrata. M.Sc., Ph.D.

2023 | Disertasi | S3 Teknik Arsitektur

Pencahayaan di tempat kerja bertujuan untuk memenuhi kebutuhan visual meskipun sudah disadari potensinya bagi kesehatan. Alur informasi cahaya melalui saluran utama retina diketahui mengatur jam sirkadian di otak dan tubuh serta mood pada manusia. Pengondisian mood perlu diperhatikan karena terlalu menyigapkan (hyperarousal) mengarah pada ketidaknyamanan dan atau tekanan yang mengurangi kinerja. Di lain pihak, pengondisian mood yang mengarah pada relaksasi juga diperlukan. Belum ada penelitian yang mengobservasi pengaruh luminans digabung dengan Correlated Color Temperature (CCT) dan penempatan pencahayaan terhadap mood alert – fatigue dan mood relax – tense seperti yang dilakukan penelitian ini sehingga hasilnya diharapkan dapat menjadi kebaruan dalam bidang pencahayaan dan ilmu arsitektur. Penelitian bertujuan memformulasikan model pencahayaan buatan yang dapat mengondisikan mood pekerja dalam ruangan di tempat kerjanya dan mengidentifikasi pengaruh model pencahayaan buatan yang mengondisikan mood terhadap 1) rasa kantuk, 2) detak jantung, dan 3) kecepatan bereaksi. Untuk mengonstruksikan model pencahayaan yang mengondisikan mood, penelitian mengadopsi metode penelitian eksperimen yang dilakukan oleh Flynn namun mengganti variabel uniform/ non-uniformity dengan variabel CCT. Model dinilai dapat menjembatani penerapan efek pencahayaan di lingkungan kerja dengan menyederhanakan fenomena. Model dibuat berdasar penilaian subjektif dari similaritas antar pencahayaan dan dianalisis dengan Multidimensional Scaling (MDS). Hasil MDS menggunakan hasil visualisasi dari kuesioner semantic differential terkait kesan terang – redup dan hangat – dingin sebagai rekomendasi penamaan dimensinya. Penilaian semantic differential terkait kesan mood alert – fatigue dan mood relaxed – tense dianalisis dengan regresi untuk mengetahui signifikansi dan beta weight-nya. Penelitian juga mengobservasi pengaruh pencahayaan melalui mood terhadap 1) rasa kantuk subjektif, 2) detak jantung dengan pengukuran menggunakan alat smartband, dan 3) kecepatan bereaksi dalam mengerjakan uji kesigapan untuk dianalisis dengan SEM-PLS. Penelitian dilakukan di ruang kerja tiruan tanpa pencahayaan alami dengan dinding dan langit – langit berwarna putih tulang. Pencahayaan menggunakan lampu smart wifi LED strip yang dapat diubah tingkat terang dan warna suhunya dengan dukungan aplikasi Blynk dan Wiz. Subjek terdiri dari 48 orang (26 wanita dan 22 pria) yang sehat secara umum, tidak mempunyai gangguan visual, terbiasa bekerja dengan komputer, dan cukup tidur pada malam sebelum penelitian. Temuan penelitian: 1) model pencahayaan yang mengondisikan mood alert berupa pencahayaan overhead yang langsung dan terang dengan CCT tinggi, 2) model pencahayaan yang mengondisikan mood relaxed berupa pencahayaan overhead yang tidak langsung dan redup dengan CCT rendah, dan 3) mood alert – fatigue terbukti memediasi warna suhu, penempatan, dan distribusi pencahayaan dalam memengaruhi rasa kantuk dan detak jantung serta mood relaxed  - tense terbukti memediasi warna suhu dan distribusi pencahayaan dalam memengaruhi rasa kantuk dan detak jantung. Hasil penelitian ini mengonfirmasi penelitian – penelitian terdahulu terkait pengaruh pencahayaan terhadap kesan pencahayaan dan mood. Penelitian ini berkontribusi dengan menghasilkan kebaruan dalam keilmuan desain berupa model pencahayaan yang mengombinasikan luminans, CCT, dan penempatan pencahayaan untuk mengondisikan mood. Model pencahayaan hasil penelitian ini dapat diterapkan sebagai mood lighting dalam menghadirkan pencahayaan yang mengondisikan mood untuk mengakomodasi psikologis pekerja.

Lighting in the workplace aims to fulfill visual needs even though it has been aware of their potency for health. The flow of light information through the main retinal channels is known to regulate circadian clocks in the brain and body and mood in humans. Mood conditioning needs attention because being too alert (hyperarousal) leads to discomfort and/or pressure that reduces performance. On the other hand, mood conditioning leading to relaxation is also required. No research has observed the effect of luminance combined with Correlated Color Temperature (CCT) and lighting placement on alert-fatigue and relax-tense moods like this study, so the results are expected to be novelties in the lighting and architectural sciences field. The research aims to formulate an artificial lighting model that can condition the mood of indoor workers at work and identify the effect of an artificial lighting model that conditions the mood on 1) sleepiness scale, 2) heart rate, and 3) reaction times. The study adopted the experimental research method conducted by Flynn but replaced the uniform/non-uniformity variables with CCT variables to create a mood-conditioning lighting model. The model can depict lighting effects in work environments by simplifying phenomena. The model is based on a subjective assessment of the similarity between lighting settings and analyzed using Multidimensional Scaling (MDS). The MDS results use the visualization results from the semantic differential questionnaire related to the impression of light-dim and warm-cold as a recommendation for naming the dimensions. The semantic differential assessment associated with the impression of mood alert-fatigue and mood relaxed-tense was analyzed with regression to determine the significance and beta weight. The study also observed the effect of lighting through mood on 1) a subjective sleepiness scale, 2) heart rate measured using a smartband device, and 3) reaction speed in an agility test. The study was conducted in an artificial workplace blocked from sunlighting with off-white walls and ceilings. The lighting uses a smart wifi LED strip that can be changed its brightness level and color temperature with the support of the Blynk and Wiz applications. Subjects consisted of 48 people (26 women and 22 men) who were generally healthy without visual impairment, familiar with computer-based work, and had enough sleep the night before the study. Research finds 1) lighting models that condition mood alerts in the form of bright direct overhead lighting and cool white CCT, 2) lighting models that condition relaxed mood in the form of dim, indirect overhead lighting and warm white CCT, and 3) alerts-fatigue mood has been proved in mediating the effect of lighting’s CCT, placement, and distribution on subjects’ sleepiness scale and heart rate; meanwhile relaxed-tense mood has been proved in mediating the effect of lighting’s CCT and distribution on subjects’ sleepiness scale and heart rate. This finding confirms the previous research on the effect of lighting on lighting impressions and mood. The research contributes a novelty in field of design by creating lighting model combining luminance, CCT, and placement for mood conditioning. The lighting model resulting from this study can be applied as mood lighting to generate a mood-conditioning lighting that supports the psychology of workers.

Kata Kunci : detak jantung, distribusi pencahayaan, kecepatan bereaksi, luminans, penempatan pencahayaan, rasa kantuk, warna suhu pencahayaan/ alert, Correlated Color Temperature, fatigue, heart rate, luminance, lighting placement, reaction times, relaxed, sleepiness,

  1. S3-2023-435484-abstract.pdf  
  2. S3-2023-435484-bibliography.pdf  
  3. S3-2023-435484-tableofcontent.pdf  
  4. S3-2023-435484-title.pdf