Laporkan Masalah

Sejarah Sapta Darma di Kota Surabaya 1957-1980

Muchammad Rozzaaq Arifin, Dr. Yulianti

2023 | Skripsi | ILMU SEJARAH

Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Kota ini tampil sebagai sebuah kota metropolitan dan sentra berbagai macam sektor mulai dari ekonomi hingga politik. Namun pesonanya sebagai kota besar, berbanding terbalik dengan keadaan sosial masyarakatnya yang semrawut pada tahun 1950-an. Hal itu tak lepas dari banyaknya pendatang yang berbondong masuk ke wilayah Kota Surabaya, hingga menimbulkan merajalelanya kawasan kumuh dan kriminalitas. Keadaan demikian menjadi semacam pemantik bagi Hardjosapoero, imam besar Sapta Darma di Pare, Kediri, untuk menunjuk jarinya ke Kota Surabaya sebagai destinasi penyebaran ajaran Sapta Darma.

Secara historis, Sapta Darma di Kota Surabaya mulai muncul pada tahun 1957. Namun pada tahun 1965, Sapta Darma sempat diisukan mengalami perselisihan di kepengurusan internal hingga kemudian menyebabkan perpecahan di kepercayaan tersebut. Perpecahan itu memunculkan dua Sapta Darma dengan keorganisasian yang berbeda di Kota Surabaya. Bentuk lamanya adalah Kerokhanian Sapta Darma (KSD) yang berpusat di Yogyakarta, sedangkan bentuk 'baru'nya adalah Kepercayaan Sapto Darmo Indonesia (SDI) yang berpusat di Kota Surabaya. Pasca perpecahan tersebut, isu dualisme sempat diperkarakan oleh Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan (BK Pakem) Kota Surabaya pada tahun 1968, dan konflik terus bergulir ketika SDI mencoba masuk menjadi keanggotaan Sekretariat Kerjasama Kepercayaan (SKK) pada tahun 1972.

Dengan berbekal permasalahan di atas, kajian ini akan menampilkan serangkaian peristiwa dinamika Sapta Darma di Kota Surabaya dalam kurun waktu 1957 hingga 1980. Kajian ini ditulis berdasarkan kaidah-kaidah penelitian sejarah, dengan melibatkan arsip-arsip terkait Sapta Darma dan melakukan wawancara lisan kepada penghayat Sapta Darma (KSD dan SDI) di Kota Surabaya. Kajian ini akan meruntutkan peristiwa-peristiwa pada Sapta Darma di Kota Surabaya mulai masuknya pada tahun 1957, isu-isu mengenai 'konflik perpecahan' Sapta Darma pada tahun 1965, hingga narasi perkembangan Sapta Darma setelah peristiwa 1965 yang kemudian narasi diakhiri dengan KSD dan SDI tercatat dalam Inventarisasi Aliran Kepercayaan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pada tahun 1980.

Surabaya is the second largest city in Indonesia after Jakarta. This city appears as a metropolitan city and center of various section from economy to politics. However, its charm as big city is contrasts with the chaotic social condition of Surabaya's citizen in the 1950s. This happened because high rates of immigrants flock to Surabaya, causing expansion of slum areas and high rates of crimes. The situation became a kind of trigger for Hardjosapoero, the high priest of Sapta Darma in Pare, Kediri, to point his finger at Surabaya as the destination for 'gospeling' Sapta Darma.

Historically, Sapta Darma in Surabaya began to appear in 1957. However, in 1965, internal conflict took place within the organization in Surabaya which then led to split into two branches of Sapta Darma. The old form is Kerokhanian Sapta Darma (KSD) which is based in Yogyakarta, while the 'new' form is Kepercayaan Sapto Darmo Indonesia (SDI) which is based in Surabaya. After the split, the issue of dualism was raised by Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan (BK Pakem) Surabaya in 1968, and the conflict continued when SDI tried to become a member of Sekretariat Kerjasama Kepercayaan (SKK) in 1972.

By looking at the current problem that have been shown, this study looks at the history, particularly the dynamic of Sapta Darma in Surabaya in the period 1957 to 1980. This study was written based on the principes of historical research, by involving archives related to Sapta Darma and conducting oral interviews with many of Sapta Darma's adherents (both KSD and SDI) in Surabaya. This study will trace the chronology of Sapta Darma's in Surabaya, starting from its entry in 1957, the conflict issue at the internal of Sapta Darma in 1965, to the narrative of Sapta Darma's development after 1965, which then ends with KSD and SDI recorder in Inventarisasi Aliran Kepercayaan (List of Beliefs in Indonesia) by the Ministry of Education and Culture of the Republic of Indonesia (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia) in 1980.

Kata Kunci : Kota Surabaya, Sapta Darma, Kerokhanian Sapta Darma (KSD), Kepercayaan Sapto Darmo Indonesia (SDI)/Surabaya City, Sapta Darma, Kerokhanian Sapta Darma (KSD), Kepercayaan Sapto Darmo Indonesia (SDI).

  1. S1-2023-439567-abstract.pdf  
  2. S1-2023-439567-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-439567-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-439567-title.pdf