Tanda-tanda penggunaan prinsip Feng Shui dalam desain arsitektur Rumah Cina :: Studi kasus di Kampung Cina Pasar Entho Lama Parakan Kabupaten Temanggung
HARYATI, Ari, Ir. B. Hari Wibisono, MUP.,M.Sc.,Ph.D
2003 | Tesis | S2 Teknik ArsitekturTemanggung merupakan salah satu daerah yang mempunyai kekayaan alam potensial, yaitu tembakau dan cengkih. Pada masa penjajahan Belanda kekayaan alam tersebut, merupakan salah satu aset penghasil devisa yang cukup tinggi. Dengan adanya la tar belakang historis-sosiologis yang demikian, menyebabkan terbentuknya perkampungan Pecinan di pasar Entho Lama Parakan Kabupaten Temanggung, sebagai akibat politik segregasi etnis oleh pemerintah Belanda yang mempercayakan sektor perekonomiannya dikelola oleh masyarakat Cina. Feng Shui bagi sebagian masyarakat Cina masih dianut sebagai tradisi yang dilestarikan. Feng Shui sebagai prinsip-prinsip atau aturan yang berkaitan dengan tatanan, keharmonisan aturan surga dan bumi, oleh masyarakat Cina diterapkan dalam penataan ruang dan perabot dalam rumah tinggal mereka. Untuk mempertahankan tradisi tersebut, masyarakat Cina dalam membuat hunian dipengaruhi oleh sosio-kultur daerah setempat dan sosio -kultur yang dibawa dari negeri asalnya. Tradisi dan sosio -kultur tersebut, merupakan faktor utama yang mempengaruhi ungkapan fisik dalam membangun rumah tinggalnya. Secara makro Perkampungan Cina Parakan terletak diantara dua gunung, yaitu Sindoro dan Sumbing. Menurut Feng Shui letak tersebut merupakan tempat berkumpulnya Chi, karena merupakan perkawinan antara Naga Hijau dan Harimau Putih sebagai simbol dari kedua gunung tersebut, dan dinamakan Sarang Naga. Dalam membangun rumah tinggalnya, mastarakat Cina di Parakan masih menerapkan prinsip-prinsip Feng Shui, dalam pengaturan ruang dan penataan perabotan. Dalam rumah tinggal mereka selalu terdapat ruang altar. Ruang altar sebagai penghormatan kepada nenek moyang atau leluhur mereka, disaat penghuni rumah akan bepergian ataupun masuk ke dalam rumah selalu ingat kepada leluhurnya. Prinsip Feng Shui yang masih dipegang teguh dalam membangun rumah adalah bentuk dan letak tapak, tapak selalu berbentuk segi empat yang mempunyai arti stabilitas. Dengan orientasi Utara Selatan dan menghadap ke gunung. Arah ini berhubungan dengan kepercayaan terhadap pengaruh baik buruknya mata angin, dan mereka percaya bahwa roh nenek moyang dan naga tinggal di puncak gunung. Prinsip Feng Shui yang lain adalah letak pintu dan arah bukaan pintu yang dianggap dapat mengalirkan Chi ke dalam ruang, pintu selalu membuka ke dalam rumah. Rumah Cina di Parakan, selalu terdapat pemisahan antara bangunan utama (dong) dengan ruang servis, seperti KM/WC, dapur. Karena ruang servis dianggap bagian yang tidak menguntungkan, maka letaknya di luar bangunan utama. Yaitu di bagian belakang dan sisi kiri dari bangunan utama. Dengan adanya pengaturan ruang-ruang yang demikian, berarti prinsip-prinsip Feng Shui di Perkampungan Cina Parakan masih diterapkan.
Temanggung has the potentials of natural resources, particularly its agricultural products of tobacco and cloves. During the Dutch occupation these products was important assets for its economy. This historic-sociologic background has brought about the development of Pecinan (Chinese settlement) in Pasar Entho Lama Parakan. Temanggung regency, which was also resulted from the ethnic segregation, a guiding principle imposed by the Dutch colonial, who entrusted the economic sector to be managed by the Chinese ethnic group. Feng Shui is still devoted by some of the inhibitations of Parakan, as part of their traditional heritage continued up to the present date. As a set of principles associated with harmony between heaven and earth. Feng Shui is applied by Chinese society in the lay out of rooms and furnitures in their houses. To maintain their tradition, Chinese society has been influenced by both local socio -cultural values and those brought from their country of origin. The tradition and socio -culture have been the main factors influencing the physical expression of their houses. In a macro scale, the Chinese settlement in Parakan is located between two mountains, i.e. Sindoro and Sumbing. According to Feng Shui, such location is a place, where chi is concentrated as a result of the marriage between Naga Hijau (Green Dragon) and Harimau Putih (White Tiger) as the symbol of the two mountains, which has been regarded as the Sarang Naga (Dragon Nest). In building their houses, Chinese society in Parakan still apply Feng Shui principles, particularly in the lay out of rooms and furnitures. An altar always presents in every houses, which is used to pay homage to their ascestors. The second Feng Shui principle that is still strongly employed is the shape and location of site, which is always rectangular having the meaning of stability. The site is oriented toward north-south facing to mountain, which is related to the placement of doors and their opening, which is always toward the inside of the room. This has been believed to accommodate the flow of Chi into the house. There are always a separation between the main building (dong) and service area, such as toilet and kitchen. This is because service areas is regarded as components of the house with less fortune, thus should be located outside of the main building. Having known that there are some rules in spatial arrangement, it is concluded that Feng Shui principles is still employed in Chinese Settlement in Parakan.
Kata Kunci : Desain Arsitektur,Rumah China,Prinsip Feng Shui