Keberadaan rumah Suku Bajo terhadap perubahan lingkungan tempat tinggalnya :: Studi kasus Kelurahan Bajoe, Kabupaten Bone, SUlawesi Selatan

SYAM, Syahriana, Dr.Ir. Arya Ronald

2003 | Tesis | S2 Teknik Arsitektur

Rumah Suku Bajo di Kelurahan Bajoe Sulawesi Selatan saat ini mengalami perubahan, awalnya di laut bergeser ke darat akibat kondisi alam pantai Bajo semakin surut sehingga terjadi pendangkalan. Perubahan seting tersebut menyebabkan keberadaan rumah Suku Bajo mengalami perubahan sebagai upaya adaptasi dan adjusment mereka agar dapat bertahan hidup. Penelitian dengan fokus “Perubahan rumah tinggal” bertujuan mengkaji perubahan yang dilakukan terhadap keberadaan rumah tinggalnya dalam hubungannya dengan perubahan lingkungan dan mengidentifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metodologi rasionalistik, sampel yang diambil sebanyak 15 rumah, masing-masing mewakili rumah yang ada di darat, di darat-laut, dan rumah yang sepenuhnya di atas air, dengan pertimbangan seluruh populasi sifatnya homogen. Adaptasi dan adjustment sebagai upaya Suku Bajo menghadapi perubahan lingkungan dari laut ke darat, sebagai implikasi rumah mereka terjadi perubahan, teori Habraken sebagai titik tolak untuk melihat perubahan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan perubahan rumah Suku Bajo ada 2 unsur yaitu: 1). Perubahan ruang meliputi perubahan luas, jumlah, dan fungsi ruang. 2). Perubahan kualitas menyangkut penggunaan material lantai, dinding, dan kolom/tiang rumah. Perubahan kedua unsur tersebut dapat diidentifikasi karena adanya penambahan atau pengurangan elemen-elemen pembentuk seperti penambahan aktivitas. Dari hasil penelitian ditemukan kategori rumah yang banyak mengalami perubahan adalah rumah yang terletak di darat. Akibat pendangkalan pesisir pantai Bajoe, upaya adjustment warga melakukan pengurukan pada bagian bawah rumah (kolom) yang difungsikan sebagai hunian dan tempat usaha. Faktor eksternal yang mempengaruhi terjadinya perubahan adalah 1). Lingkungan alam fisik sekitar manusia, 2). Peperangan 3). Pengaruh kebudayaan masyarakat lain, dan faktor internal adalah; 1). Jumlah penghuni, 2). Tingkat pendapatan, 3). Aktivitas penghuni. Bagi orang Bajo, laut bukan merupakan satu-satunya pilihan sebagai tempat tinggal, mereka akan menentukan sendiri kondisi yang paling sesuai agar mereka tetap bisa eksis, hal terpenting adalah laut sebagai orientasi utama sumber kehidupan mereka.

In recent times, the Bajo tribe at Bajoe district South Sulawesi house has inevitably experienced some significant changes which can be noticed by their removing of their houses location from the ocean area to the land, all of which are due to the beach condition which is getting lessen so as to cause the silting up on the beach. The site change then brings the change towards the existence of Bajo houses in view of the fact that it is understandably acknowledged as their efforts dealing with adaptation and adjustment in order to endure. The research which is emphasized on “The Lodging Change” is aimed to examine the changes made towards the existence of their houses in accordance with the change occurred in the same time, and to identity the factors affected it. The research is conducted using rationalistic methodology whose samples are taken as many as 15 houses, each represents the house built on the land, on the coastal land, above the water directly, and presumably all of the population is homogenous. Adaptation and adjustment are broadly treated as the efforts made by Bajo trbe to deal with the change transforming them from the ocean human being into the land human being, as eligibly seen from their house alteration, this also refers to Habraken theory as the principal formulation in explaining the transform. The outcome of the research shows that there are two elements supporting the change on Bajo tribe house, they are: 1) The room change covers the change on width. The number of rooms, and the function. 2) the quality change includes the use of floor materials, wall materials, and the house pillars. The change on those two elements is able to be identified since the increase and decrease numbers on the construction elements are measured similarly as the increase frequency on the activity. Reffering to the outcome of the research, it can be categorized that the change is adequately taken place on the houses built on the land area. It is due to the silting up occurred along the beach, thus far, the adjustment effort done by the Bajo people is by filling up the soil under their stage houses so that the area might be extended for lodging or business. The external factors enhance the change are 1) The pysical natural world aroud human being, 2) The Battle events, 3) The influence of other cultures, and the internal factors are; 1) The number of inhabitants, 2) The incam level, 3) The inhabitants activity. To Bajo people, the ocean is not the only alternative place to live, they will deliberately and extensively determine the most appropriate condition for them to exist. The most important point to be drawn for Bajo tribes is that the ocean has become their primary resources to endure and improve their life.

Kata Kunci : Rumah Suku Bajo,Perubahan Lingkungan, Suku Bajo, Adaptation-Adjustment, Environment, The Lodging Change.