Konsep Mahabbah Jalaluddin Rumi dalam Tinjauan Filsafat Mistik
Azi Ahmanul Hizaz, Drs. Mustofa Anshori Lidinillah, M.Hum; Drs. Farid, S.Ag., M.Hum
2023 | Skripsi | ILMU FILSAFAT
Mahabbah adalah
konsep cinta yang terkait dengan spiritualitas dalam agama, perasaan
“keintiman”, fana dalam cahaya Tuhan. Perbincangan tentang mahabbah (cinta) banyak dibicarakan khususnya di kalangan para
remaja, namun dipahami hanya berkaitan dengan perasaan biologis seseorang
terhadap lawan jenisnya, seperti dorongan suka terhadap lawan jenis dengan
alasan-alasan tertentu. Oleh karena itu, dalam mengembalikan makna cinta pada
corak religius-spiritualitas diperlukan pisau analisis yang tepat dengan tujuan
untuk bisa menggali makna cinta yang diungkapkan Jalaluddin Rumi, dalam hal ini
filsafat mistik. Tujuan penelitian ini yaitu untuk memberikan pemahaman kepada
khalayak umum, dengan mendeskripsikan secara teoritis tentang filsafat mistik, konsep
mahabbah, serta unsur-unsur
mistisisme yang terkandung dalam konsep tersebut.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan studi kepustakaan, yang ditunjang dengan refleksi kritis, mengenai
konsep mahabbah Jalaluddin Rumi yang
ditinjau dari filsafat mistik. Penelitian ini merupakan penelitian filsafat,
sehingga dalam menganalisis penelitian ini menggunakan metode filsafat mengacu
pada buku “Metodologi Penelitian
Filosofis” oleh Bakker dan Achmad Charris Zubair (1990: 110-113), yaitu:
deskripsi, Interpretasi, koherensi intern, dan analisis.
Hasil penelitian ini adalah pertama, filsafat mistik memperbincangkan bahwa manusia dapat mengadakan komunikasi secara langsung dengan roh supra-rasional. Filsafat mistik berusaha memadukan visi spiritual, visi psikologis, dan visi filosofis dalam upaya memberikan kebermaknaan dalam hidup manusia yang dapat dipahami melalui tiga pendekatan, yaitu ontologi mistik, epistemologi mistik, dan aksiologi mistik. Tiga pendekatan ini mengarahkan pada satu realitas tunggal, sehingga filsafat mistik ada dalam agama-agama. Kedua, mahabbah menurut Jalaluddin Rumi bukanlah konsep cinta biologis, melainkan cinta dalam dimensi spiritual yaitu hubungan yang tidak dapat dikalkulasikan untung dan rugi. Mahabbah dalam pemikiran Rumi adalah cinta terhadap Tuhan, sehingga mahabbah dianggap sebagai jalan menuju kesempurnaan batin dan meraih kebahagiaan tertinggi, yaitu kondisi lenyap (fana) pada diri Sang Kekasih (Tuhan). Ketiga, terdapat unsur-unsur mistik yang dapat mengubah paradigma dari cinta biologis menuju cinta universal. Unsur ontologi menunjukkan bahwa Tuhan menyingkap diri-Nya kapada makhluk-Nya untuk dikenal, dan di dalam setiap ciptaan-Nya terdapat cipratan cahaya-Nya. Unsur epistemologi menunjukkan bahwa untuk mengetahui Tuhan perlu penggunaan akal dan intuisi, bukan atas dorongan nafs. Unsur aksiologi menunjukkan bahwa pengendalian nafs mendorong manusia pada nilai etika dan estetika, yaitu kecenderungan berbuat baik dan kecenderungan menganggap bahwa Tuhan adalah keindahan, perjalanan spiritual adalah bagian dari keindahan itu sendiri.
Mahabbah is a concept of love
related to spirituality in religion, feelings of “intimacy”, and annihilation
in the light of God. Discussions about mahabbah (love) are often talked
about, especially among young people but are often understood
only in terms of a person's biological attraction to the opposite gender, such
as attraction for specific reasons. Therefore, in restoring the meaning of love
in a religious-spiritual context, the use of precise analytical tools is
necessary to delve into the meaning of love as expressed by Jalaluddin Rumi,
particularly in the context of mystical philosophy. This research aims to
provide an understanding to the general audience by theoretically describing
mystic philosophy, the concept of mahabbah, and the mystical elements
contained within it. This research is a
qualitative study with a literature review, supported by critical reflection,
concerning Jalaluddin Rumi's concept of mahabbah from a mystic
philosophy perspective. This is a philosophical study, so the analysis uses
philosophical methods as referred to in the book “Metodologi Penelitian
Filosofis” by Bakker and Achmad Charris Zubair (1990: 110-113), which
includes description, interpretation, internal coherence, and analysis. The results of this
research are as follows: first, mystic philosophy discusses that humans can
establish direct communication with suprarational spirits. Mystic philosophy
seeks to merge spiritual vision, psychological insight, and philosophical
insight in an effort to provide meaning in human life, which can be understood
through three approaches: mystic ontology, mystic epistemology, and mystic
axiology. These three approaches lead to a single reality, so mystic philosophy
exists within religions. Second, according to Jalaluddin Rumi, mahabbah
is not a concept of biological love but rather love in a spiritual dimension, a
relationship that cannot be calculated in terms of profit and loss. Mahabbah
in Rumi's thought is love for God, and thus, it is considered a path to inner
perfection and attaining the highest happiness, which is the condition of
annihilation (fana) in the Beloved (God). Third, mystical elements can
shift the paradigm from biological love to universal love. The ontological
elements indicate that God reveals Himself to His creations to be known, and in
every creation, there is a spark of His light. The epistemological elements
indicate that to know God, one needs to use reason and intuition, not just the
desires of the ego. The axiological elements indicate that self-control drives
humans toward ethical and aesthetic values, the inclination to do good and the
perception that God is beauty, and the spiritual journey is a part of that
beauty itself.
Kata Kunci : Kata kunci: Filsafat mistik, Mahabbah, Jalaluddin Rumi, dan Unsur-Unsur.