Hubungan Ketahanan Pangan Rumah Tangga, Preferensi Makan Manis, dan Preferensi Makan Berlemak Dengan Kejadian Status Gizi Lebih Pada Remaja Putri di Kabupaten Jombang
Anggita Kurnia Sari, Dr. Toto Sudargo, SKM., M.Kes. ; Meike Mayasari, S.Gz., M.P.H., Dietisien
2023 | Skripsi | GIZI KESEHATAN
Latar Belakang: Remaja rentan mengalami permasalahan kesehatan yang terkait dengan tiga beban masalah gizi yaitu gizi kurang, gizi lebih dan masalah kekurangan zat gizi mikro. Secara nasional prevalensi remaja usia 16-18 tahun dengan status gizi lebih atau overweight berada pada angka 9,5%. Prevalensi tersebut lebih besar dibandingkan dengan permasalahan status gizi lain yang dialami oleh remaja. Di Jawa Timur prevalensi remaja usia 16-18 tahun yang mengalami kegemukan sebesar 11,5?n lebih besar dibandingkan dengan prevalensi nasional. Prevalensi gizi lebih yang tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah preferensi makan dan ketahanan pangan. Preferensi makan terutama yang berkaitan dengan tingkat kesukaan dan frekuensi makan cenderung meningkat pada kelompok dengan status gizi lebih. Selain itu, tingkat ketahanan pangan yang rendah dapat meningkatkan risiko remaja mengalami kelebihan berat badan.
Tujuan: Mengetahui hubungan ketahanan pangan rumah tangga, preferensi makan manis, dan preferensi makan berlemak dengan kejadian status gizi lebih pada remaja putri.
Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik observasional kuantitatif dengan menggunakan rancangan penelitian cross-sectional study dengan melibatkan 150 subjek yang dipilih dengan cara simple random sampling dari data penelitian utama GAMA EMAS JOMBANG. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Spearman Correlation.
Hasil: Analisis deskriptif menunjukkan 60% remaja putri hidup pada lingkungan rumah tangga yang tahan pangan, 48,7% remaja putri suka dengan makanan dan minuman manis, 64% remaja putri suka dengan makanan berlemak, serta 33,3% remaja putri memiliki status gizi lebih berdasarkan perhitungan IMT/U. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan (p>0,05) antara preferensi makan manis dan ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian status gizi lebih. Namun ditemukan adanya hubungan (p<0>
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara preferensi makan manis dan ketahanan pangan rumah tangga dengan kejadian status gizi lebih. Namun terdapat hubungan antara preferensi makan berlemak dengan kejadian status gizi lebih.
Background: Adolescents are vulnerable to health problems associated with the triple burden of nutrition: underweight, overweight and micronutrient deficiencies. Nationally, the prevalence of overweight adolescents aged 16-18 years is 9.5%. This prevalence is greater than the other nutritional status problems experienced by adolescents. In East Java, the prevalence of overweight adolescents aged 16-18 years (11.5%) is higher than the national prevalence. The high prevalence of overweight can be influenced by several factors, one of which is food preference and food security. Eating preferences, especially those related to the level of preference and frequency of eating, tend to increase in groups with overweight status. In addition, low levels of food security can increase the risk of adolescents becoming overweight.
Objective: To determine the correlation of household food security, sweet preference, and fatty preference with the incidence of overweight status in adolescent girls.
Research Methods: The research design used was quantitative observational analytic research using a cross-sectional study design involving 150 subjects selected by simple random sampling from the main research data of GAMA EMAS JOMBANG. The statistical test used was the Spearman Correlation Test.
Results: Descriptive analysis shows that 60% of adolescent girls live in a food secure household environment, 48.7% of adolescent girls like sweet foods and drinks, 64% of adolescent girls like fatty foods, and 33.3% of adolescent girls have overweight status based on BMI-for-age. The results of bivariate analysis showed that there was no correlation (p>0.05) between sweet preference and household food security with the incidence of overweight status. However, there was an association (p<0>
Conclusion: There is no correlation between dietary preference for sweets and household food security with the incidence of overweight. However, there is an correlation between fatty food preferences and the incidence of overweight status.
Kata Kunci : status gizi lebih, ketahanan pangan, preferensi makan manis, preferensi makan berlemak