Laporkan Masalah

Sudut Pandang Generasi Z: Proyeksi Keberlanjutan Pernikahan Adat

Farizqa Ayuluqyana Putri, Hakimul Ikhwan, Ph.D

2023 | Skripsi | Sosiologi

Generasi Z menjadi generasi pertama yang sejak awal hidupnya sudah bersinggungan dengan berbagai macam teknologi. Bahkan banyak yang meyakini bahwa generasi ini tidak pernah merasakan hidup di era tidak ada internet. Oleh karenanya, Generasi Z dijuluki iGen (internet generation) yang identik dengan gaya hidup serba cepat dan instan. Karakter tersebut seolah bertolak belakang dengan serangkaian pernikahan adat yang melibatkan berbagai ritual berlapis. Itu sebabnya penelitian ini ada untuk melihat dinamika di antara keduanya.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi bersama Teori Ritual dari Catherine Bell sebagai kerangka teorinya. Pemilihan metode ini bertujuan agar peneliti dapat menarasikan persepsi masing-masing informan seputar pernikahan adat secara detail. Data primer studi ini diperoleh melalui proses wawancara dengan lima remaja dewasa Generasi Z yang memiliki keinginan untuk menikah. Berbagai literatur pendukung, dokumentasi dari media massa turut dihimpun sebagai data sekunder.

Berdasarkan hasil analisa data, riset kali ini menyajikan sejumlah cara pandang mengenai pernikahan adat sebagai upacara pernikahan yang bervariasi. Dari lima Generasi Z yang menjadi subjek penelitian, ditemukan setidaknya tiga persepsi: (1) tertarik melakukan pernikahan adat sejak awal karena ingin melestarikan adatnya; (2) tidak begitu tertarik dengan berbagai ritual dalam upacara adat tetapi masih akan melakukannya; dan (3) secara lugas menyatakan enggan untu menikah dengan konsep adat apa pun.

Generation Z is the first generation that from the beginning of its life has been in contact with various kinds of technology. Many believe that this generation has never experienced living in an era without the internet. Therefore, Generation Z is called iGen (internet generation) which is synonymous with a super-fast and instant lifestyle. This character seems to contradict a series of traditional marriages that involve layered rituals. That's why this study exists to see the dynamic between the two.

This research was conducted with the qualitative method using phenomenological approach along with Ritual Theory by Catherine Bell as the theoretical framework. The aim of using this method is to narrate the perceptions of each informal regarding custom weddings in detail. The primary data for this study were obtained through in-depth interviews with five informants who were Generation Z and wanted to get married. Any supporting literature and documentation from mass media were also collected as secondary data.

Based on the results of data analysis, this study presents diverse perspectives on traditional processions in wedding ceremonies. From all the source person, at least three perceptions were found: (1) some were interested in doing custom weddings from the beginning, because they wanted to preserve their customs; (2) some do not really interested in various rituals in custom weddings but still want to do them; and (3) some expressly stated that they were reluctant to marry with any custom concept.

Kata Kunci : Generasi Z,Pernikahan Adat,Ritual

  1. S1-2023-428300-abstract.pdf  
  2. S1-2023-428300-bibliography.pdf  
  3. S1-2023-428300-tableofcontent.pdf  
  4. S1-2023-428300-title.pdf