Evaluas Kinerja Gedung Hijau Berdasarkan ASCE 41-17 (Studi Kasus Evaluasi Kinerja Gedung Hijau 7 Lantai Fungsi Pendidikan)
Kristian Hadinata, Prof. Dr.-Ing. Ir. Andreas Triwiyono, IPU
2023 | Skripsi | TEKNIK SIPIL
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan wilayah
yang secara rutin terpapar oleh gempa bumi. Oleh karena itu, keperluan akan
konstruksi yang tahan gempa menjadi sebuah hal yang mendesak. Gedung
pendidikan, yang memiliki peran sentral dalam kehidupan sosial dan edukasi,
perlu diupayakan agar tetap aman dan fungsional baik selama maupun setelah
gempa. Studi ini berfokus pada evaluasi struktur gedung pendidikan tujuh lantai
yang terletak di Yogyakarta.
Evaluasi dilakukan berdasarkan standar ASCE
41-17. Standar ini mengadopsi pendekatan Desain Berbasis Kinerja (Performance
Based Design) yang menilai bangunan berdasarkan tingkat kinerja yang
diinginkan. Proses pemodelan struktur dilakukan melalui perangkat lunak ETABS,
dan penilaian dilakukan dengan menggunakan dua tahapan evaluasi, yaitu screening
(tier 1) dan tahap selanjutnya deficiency-based evaluation (tier
2), dengan target kinerja Immediate Occupancy. Penelitian menggunakan
bencana gempa dengan periode ulang 475 tahun sebagai skenario evaluasi. Gedung
ini memiliki sertifikat greenship dengan total nilai 48 dari nilai
maksimal 101 poin yang dapat dicapai.
Hasil
evaluasi menunjukkan adanya beberapa kriteria yang belum terpenuhi. Pada tahap
pertama, terdapat sejumlah persyaratan dan checklist yang belum
terpenuhi, sehingga evaluasi perlu dilakukan ke tier 2. Selanjutnya,
ditemukan beberapa komponen struktural yang masih belum memenuhi persyaratan,
dan mengindikasikan potensi defisiensi dalam hal kinerja struktur. Dengan
demikian, kesimpulan yang dapat diambil adalah gedung 7 lantai ini tidak
mencapai tingkat kinerja Immediate Occupancy saat menghadapi gempa
dengan periode ulang 475 tahun, dengan umur bangunan selama 50 tahun. Selain
itu, terdapat potensi peningkatan nilai greenship yang cukup tinggi dari
gedung ini.
The Special Region of Yogyakarta is an area
that is regularly exposed to earthquakes. Therefore, the need for
earthquake-resistant construction is urgent. Educational buildings, which play
a central role in social life and education, need to be ensured to remain safe
and functional both during and after earthquakes. This study focuses on the
evaluation of a seven-story educational building located in Yogyakarta.
The evaluation is conducted based on the ASCE
41-17 standard, which adopts a Performance-Based Design approach that assesses
buildings based on desired performance levels. The structural modeling process
is carried out using the ETABS software, and the assessment is performed in two
stages of evaluation: screening (tier 1) and the subsequent deficiency-based
evaluation (tier 2), with the target performance level being Immediate
Occupancy. The study uses a 475-year return period earthquake as the evaluation
scenario. This building has a greenship certificate with a total score of 48
out of a maximum of 101 points achievable.
The evaluation results indicate several unmet
criteria. In the first stage, there are several requirements and checklists
that are not met, necessitating further evaluation in tier 2. Furthermore, some
structural components still do not meet the requirements, indicating potential
deficiencies in structural performance. Therefore, the conclusion drawn is that
this seven-story building does not achieve the Immediate Occupancy performance
level when facing a 475-year return period earthquake, with a building lifespan
of 50 years. Additionally, there is a significant potential for improving the
greenship score of this building.
Kata Kunci : evaluasi, struktur, greenship, ASCE 41-17, immediate occupancy